Suatu hari, Abu Nawas pergi ke pasar. Melihat keramaian pasar, tergerak
hati Abu Nawas untuk melakukan sesuatu. Lama dia berpikir, akhirnya
menemukan ide...
Tanpa disadari banyak orang, tiba-tiba Abu Nawas menaiki gerobak seseorang sambil berdiri dengan berkacak pinggang. Si empunya gerobak pun ngomel sambil memerintahkan Abu Nawas turun dari gerobaknya. Tapi, Abu Nawas tidak menggubrisnya bahkan berteriak dengan lantang sehingga orang-orang yang ada di pasar itu pun menoleh padanya.
"Wahai umat manusia, ketahuilah! Saya, Abu Nawas, adalah orang yang sangat suka kepada fitnah, orang yang membenci pada Yang Haq (kebenaran), saya orang yang selalu lari dari rahmat Allah, dan saya adalah orang yang lebih kaya dibandingkan Allah", teriaknya.
Tak ayal, teriakan Abu Nawas membuat geger orang-orang yang ada di pasar yang memang penduduk muslim taat. Serta-merta pemilik gerobak menjatuhkankannya, sehingga Abu Nawas terguling dan langsung dihajar massa.
Beruntung bagi Abu Nawas, ada prajurit Kerajaan yang kebetulan lewat dan segera menghentikan amuk massa. Setelah diusut oleh prajurit tersebut, justru menambah celaka bagi Abu Nawas.
Abu Nawas digelandang ke Istana Raja Harun Al-Rosyid. Amat jelas bagi Abu Nawas akan mendapat hukuman dari raja, minimal dihukum pancung. Demikian pikiran orang-orang yang ikut serta ke Istana.
Setelah dihadapkan pada Raja, Abu Nawas bertekuk lutut dengan muka babak belur. Raja pun bertanya setelah mendapat laporan dari prajurit yang menangkapnya.
Raja: "Betul apa yang dilaporkan itu Abu nawas?"
Abu Nawas: "Betul Baginda Raja"
Raja: "Baik, sekarang jelaskan kepadaku, apa maksud dari pernyataanmu itu? Pertama kamu katakan sangat suka pada fitnah?"
Abu Nawas: "Betul Baginda, anak dan istri itu fitnah. Lalu, siapakah orang yang tidak menyukai keduanya? Bahkan Baginda Raja juga menyukainya"
Raja: "Iya juga, lalu yang kedua kamu katakan membenci Yang Haq (kebenaran)?"
Abu Nawas: Betul Baginda, mati dan neraka itu Haq adanya. Saya membenci keduanya, termasuk juga Baginda"
Raja: (sambil termenung mengiyakan) "Lalu, kamu katakan selalu lari dari rahmat Allah? Padahal, kita manusia selalu mengharapkan rahmatNya, justru kamu lari!?"
Abu Nawas: "Saya lari dari rahmat Allah karena takut basah kuyup Baginda, karena hujan itu juga rahmat Allah"
Raja: "hahaha... betul kamu. Lalu, kenapa kamu katakan kamu lebih kaya dari pada Allah? Padahal, Allah Maha Kaya bahkan yang memberikan kekayaan pada manusia!"
Abu Nawas: "Saya lebih kaya dari pada Allah karena saya punya anak dan istri, keduanya adalah kekayaan. Sedangkan Allah tidak punya, Baginda"
Raja: "Iya, betul kamu. Lalu, apa tujuan kamu berteriak hal tersebut di keramaian orang?"
Abu Nawas: "Supaya ditangkap dan dihadapkan kepada Baginda"
Raja: "Setelah itu apa?"
Abu Nawas: "Untuk menerima hadiah dari Baginda"
Raja: "Hahaha... cerdik juga kamu. Baik, ini saya berikan kamu sekantong dinar untuk kebutuhan keluargamu"
Abu Nawas: "Terima kasih Baginda, saya pamit mau pulang"
===================================
@santrialit : Subhanallah !!!. Ternyata Abu Nawas lebih tabahur ilmunya, mungkin idenya terinspirasi dari kisah Sahabat Huzaifah al-Yamani dengan Kholifah Umar bin al-Khoththob rodhiyallahu 'anhuma
Berikut kisah Sahabat Huzaifah al-Yamani dengan sahabat Umar bin al-Khoththob dalam kitab Man'u tadwini al-hadits, halaman 120-121
Wallahu a'lam
On facebook : https://www.facebook.com/ical.rizaldysantrialit/posts/1259746274045725?pnref=story
Tanpa disadari banyak orang, tiba-tiba Abu Nawas menaiki gerobak seseorang sambil berdiri dengan berkacak pinggang. Si empunya gerobak pun ngomel sambil memerintahkan Abu Nawas turun dari gerobaknya. Tapi, Abu Nawas tidak menggubrisnya bahkan berteriak dengan lantang sehingga orang-orang yang ada di pasar itu pun menoleh padanya.
"Wahai umat manusia, ketahuilah! Saya, Abu Nawas, adalah orang yang sangat suka kepada fitnah, orang yang membenci pada Yang Haq (kebenaran), saya orang yang selalu lari dari rahmat Allah, dan saya adalah orang yang lebih kaya dibandingkan Allah", teriaknya.
Tak ayal, teriakan Abu Nawas membuat geger orang-orang yang ada di pasar yang memang penduduk muslim taat. Serta-merta pemilik gerobak menjatuhkankannya, sehingga Abu Nawas terguling dan langsung dihajar massa.
Beruntung bagi Abu Nawas, ada prajurit Kerajaan yang kebetulan lewat dan segera menghentikan amuk massa. Setelah diusut oleh prajurit tersebut, justru menambah celaka bagi Abu Nawas.
Abu Nawas digelandang ke Istana Raja Harun Al-Rosyid. Amat jelas bagi Abu Nawas akan mendapat hukuman dari raja, minimal dihukum pancung. Demikian pikiran orang-orang yang ikut serta ke Istana.
Setelah dihadapkan pada Raja, Abu Nawas bertekuk lutut dengan muka babak belur. Raja pun bertanya setelah mendapat laporan dari prajurit yang menangkapnya.
Raja: "Betul apa yang dilaporkan itu Abu nawas?"
Abu Nawas: "Betul Baginda Raja"
Raja: "Baik, sekarang jelaskan kepadaku, apa maksud dari pernyataanmu itu? Pertama kamu katakan sangat suka pada fitnah?"
Abu Nawas: "Betul Baginda, anak dan istri itu fitnah. Lalu, siapakah orang yang tidak menyukai keduanya? Bahkan Baginda Raja juga menyukainya"
Raja: "Iya juga, lalu yang kedua kamu katakan membenci Yang Haq (kebenaran)?"
Abu Nawas: Betul Baginda, mati dan neraka itu Haq adanya. Saya membenci keduanya, termasuk juga Baginda"
Raja: (sambil termenung mengiyakan) "Lalu, kamu katakan selalu lari dari rahmat Allah? Padahal, kita manusia selalu mengharapkan rahmatNya, justru kamu lari!?"
Abu Nawas: "Saya lari dari rahmat Allah karena takut basah kuyup Baginda, karena hujan itu juga rahmat Allah"
Raja: "hahaha... betul kamu. Lalu, kenapa kamu katakan kamu lebih kaya dari pada Allah? Padahal, Allah Maha Kaya bahkan yang memberikan kekayaan pada manusia!"
Abu Nawas: "Saya lebih kaya dari pada Allah karena saya punya anak dan istri, keduanya adalah kekayaan. Sedangkan Allah tidak punya, Baginda"
Raja: "Iya, betul kamu. Lalu, apa tujuan kamu berteriak hal tersebut di keramaian orang?"
Abu Nawas: "Supaya ditangkap dan dihadapkan kepada Baginda"
Raja: "Setelah itu apa?"
Abu Nawas: "Untuk menerima hadiah dari Baginda"
Raja: "Hahaha... cerdik juga kamu. Baik, ini saya berikan kamu sekantong dinar untuk kebutuhan keluargamu"
Abu Nawas: "Terima kasih Baginda, saya pamit mau pulang"
===================================
@santrialit : Subhanallah !!!. Ternyata Abu Nawas lebih tabahur ilmunya, mungkin idenya terinspirasi dari kisah Sahabat Huzaifah al-Yamani dengan Kholifah Umar bin al-Khoththob rodhiyallahu 'anhuma
Berikut kisah Sahabat Huzaifah al-Yamani dengan sahabat Umar bin al-Khoththob dalam kitab Man'u tadwini al-hadits, halaman 120-121
4 ـ حُذيفة بن اليمان:
عن حذيفة بن اليمان: إنّه لقي عمر بن الخطّاب، فقال له عمر: كيف أصبحت يابن اليمان؟
فقال: كيف تريدني أُصبي؟! أصبحت والله أكره الحقّ، وأُحبّ الفتنة، وأشهد بما لم أرَه، وأحفظ غير المخلوق، وأُصلّي على غير وضوء، ولي في الاَرض ما ليس لله في السماء.
عن حذيفة بن اليمان: إنّه لقي عمر بن الخطّاب، فقال له عمر: كيف أصبحت يابن اليمان؟
فقال: كيف تريدني أُصبي؟! أصبحت والله أكره الحقّ، وأُحبّ الفتنة، وأشهد بما لم أرَه، وأحفظ غير المخلوق، وأُصلّي على غير وضوء، ولي في الاَرض ما ليس لله في السماء.
____________
(1) السنن الكبرى 6: 247.
(2) السنن الكبرى 8: 32، كنز العمّال 15: 94.
( 121 )
____________
غضب عمر لقوله وانصرف من فوره، وقد أعجله أمر، وعزم على أذى حذيفة بقوله ذلك، فبينا هو في الطريق إذ مرّ بعليّ بن أبي طالب، فرأى الغضب في وجهه فقال:
ما أغضبك يا عمر؟
فقال: لقيت حذيفة بن اليمان، فسألته: كيف أصبحت؟ فقال: أصبحت أكرهُ الحقّ؟
فقال: صدق، يكره الموت وهو حقُّ.
فقال، يقول: وأُحبُّ الفتنة!
قال: صدق، يُحبّ المال، والولد، وقد قال الله تعالى (إنّما أموالُكم وأولادكم فتنة)(1).
فقال: يا عليّ! يقول: وأشهدُ بما لم أره؟!
فقال: صدق، يشهد لله بالوحدانيّة، والموت، والبعث، والقيامة، والجنّة، والنار، والصِّراط، ولم يرَ ذلك كلّه.
فقال: يا عليّ! وقد قال: إنّي أحفظ غير المخلوق!
قال: صدق، يحفظ كتاب الله تعالى؛ القرآن، وهو غير مخلوق.
قال: ويقول: أُصلّي على غير وضوء.
قال: صدق، يُصلّي على ابن عمّي رسول الله (ص) على غير وضوء، والصلاة عليه جائزة.
فقال: يا أبا الحسن! قد قال أكبرَ من ذلك.
فقال: وما هو؟
قال: قال إنّ لي في الاَرض ما ليس لله في السماء!
قال: صدق، له زوجة وولد، وتعالى الله عن الزوجة والولد.
قال عمر: كاد يهلكُ ابن الخطّاب، لولا عليّ بن أبي طالب(2).
(1) السنن الكبرى 6: 247.
(2) السنن الكبرى 8: 32، كنز العمّال 15: 94.
( 121 )
____________
غضب عمر لقوله وانصرف من فوره، وقد أعجله أمر، وعزم على أذى حذيفة بقوله ذلك، فبينا هو في الطريق إذ مرّ بعليّ بن أبي طالب، فرأى الغضب في وجهه فقال:
ما أغضبك يا عمر؟
فقال: لقيت حذيفة بن اليمان، فسألته: كيف أصبحت؟ فقال: أصبحت أكرهُ الحقّ؟
فقال: صدق، يكره الموت وهو حقُّ.
فقال، يقول: وأُحبُّ الفتنة!
قال: صدق، يُحبّ المال، والولد، وقد قال الله تعالى (إنّما أموالُكم وأولادكم فتنة)(1).
فقال: يا عليّ! يقول: وأشهدُ بما لم أره؟!
فقال: صدق، يشهد لله بالوحدانيّة، والموت، والبعث، والقيامة، والجنّة، والنار، والصِّراط، ولم يرَ ذلك كلّه.
فقال: يا عليّ! وقد قال: إنّي أحفظ غير المخلوق!
قال: صدق، يحفظ كتاب الله تعالى؛ القرآن، وهو غير مخلوق.
قال: ويقول: أُصلّي على غير وضوء.
قال: صدق، يُصلّي على ابن عمّي رسول الله (ص) على غير وضوء، والصلاة عليه جائزة.
فقال: يا أبا الحسن! قد قال أكبرَ من ذلك.
فقال: وما هو؟
قال: قال إنّ لي في الاَرض ما ليس لله في السماء!
قال: صدق، له زوجة وولد، وتعالى الله عن الزوجة والولد.
قال عمر: كاد يهلكُ ابن الخطّاب، لولا عليّ بن أبي طالب(2).
____________
(1) التغابن : 15 ، الاَنفال : 28 .
(2) الفصول المهمّة لابن الصبّاغ المالكيّ: 35 ، وكفاية الطالب للكنجيّ الشافعيّ ص:218ـ219.
(1) التغابن : 15 ، الاَنفال : 28 .
(2) الفصول المهمّة لابن الصبّاغ المالكيّ: 35 ، وكفاية الطالب للكنجيّ الشافعيّ ص:218ـ219.
On facebook : https://www.facebook.com/ical.rizaldysantrialit/posts/1259746274045725?pnref=story
Tidak ada komentar:
Posting Komentar