Al-Wilayah (kekuasaan) adalah sebagian dari kenikmatan yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wata’ala jika digunakan untuk kemaslahatan umat manusia.
Maka, apabila seseorang diberi kenikmatan tersebut dalam hidupnya, akan tetapi tidak mengetahui hakikat nikmat tersebut dan justru sebalikanya ia berbuat dzalim dengan kekuasaannya serta mengikuti hawa nafsunya. Pemimpin yang demikian, kata Imam al-Ghazali, telah menempatkan posisinya sebagai musuh Allah Subhanahu Wata’ala.
Jika seseorang telah menempatkan posisinya sebagai musuh Allah
Subhanahu Wata’ala sebagaimana tersebut di atas, maka inilah titik
bahaya seorang pemimpin.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam pernah mengingatkan, bahwa seorang pemimpin harus memperhatikan tiga perkara:
Pertama, apabila rakyat meminta/membutuhkan belas kasih, maka ia wajib berbagi kasih kepada mereka.
Kedua, apabila menghukumi mereka, maka berbuatlah adil.
Ketiga, laksanakan apa yang telah kamu katakan (tidak menyalahi janji)
KITAB Al-Tibr al-Masbuk fii Nasihat al- Muluk, hal : 15
Karya : Hujjatul Islam al-Imam al-Ghozali RA
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam pernah mengingatkan, bahwa seorang pemimpin harus memperhatikan tiga perkara:
Pertama, apabila rakyat meminta/membutuhkan belas kasih, maka ia wajib berbagi kasih kepada mereka.
Kedua, apabila menghukumi mereka, maka berbuatlah adil.
Ketiga, laksanakan apa yang telah kamu katakan (tidak menyalahi janji)
ومما يدل على خطر الولاية ما روى عن ابن عباس ، أن رسوا الله صلى الله
عليه وسلم اتى بعض الايام حلقة باب الكعبة وكان ف البيت نفر من قريش ، فقال
: يا سادات قريش عاملوا رعاياكم واتباعكم بثلاثة اشياء : اذا سألوكم
الرحمة فارحموهم ، واذا حكموكم فاعدلوا فيهم، واعملوا بما تقولون، فمن لم
يعمل بهذافعليهلعنة الله وملئكته لايقبل الله منه فرضا ولا نفلا.
KITAB Al-Tibr al-Masbuk fii Nasihat al- Muluk, hal : 15
Karya : Hujjatul Islam al-Imam al-Ghozali RA
Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar