بسم الله الرحمن الرحيم
I. HUKUM PERKAWINAN.
A. Dasar hukum dan anjuran perkawinan.
§ Al Qur’an Surat Ar Ruum ayat 21 :
ومن أياته أن خلق لكم من أنفسكم أزواجا لتسكنوا إليها وجعل بينكم مودة ورحمة إن في ذلك لأيات لقوم يتفكرون
Dan diantara tanda-tanda kebesaranNya ialah Dia menciptakan untuk isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
§ Al Qur’an Surat An Nahl ayat 72 :
والله جعل لكم من أنفسكم أزواجا وجعل لكم من أزواجكم بنين وحفدة
ورزقكم من الطيبات
Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteridari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu dan memberimu rizki dari yang baik-baik.
§ Al Qur’an Surat An Nuur ayat 32 :
وأنكحوا الأيامى منكم والصالحين من عبادكم وإمائكم إن يكونوا فقراء يغنهم
الله من فضله والله واسع عليم
Dan
kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang
yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika
mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia Nya. Dan Allah
Maha luas (pemberian Nya) lagi Maha Mengetahui.
§ Al Qur’an Surat An Nuur ayat 33 :
وليستعفف الذين لا يجدون نكاحا حتى يغنيهم الله من فضله
Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (dirinya) sehingga Allah memampukan mereka dengan karuniaNya.
§ Al Qur’an surat An Nisa ayat 9 :
وليخش الذين لو تركوا من خلفهم ذرية ضعافا خافوا عليهم
Dan
hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka.
§ Hadits Rasulullah saw. :
أن النبي صلى الله عليه وسلم قال لرجل تزوج امرأة قال أنظرت إليها ؟ قال لا
إذهب فانظر إليها (رواه مسلم)
Bahwa
Nabi bersabda kepada seorang laki-laki yang akan mengawini seorang
perempuan, “Sudahkah engkau melihat wanita itu ?” Jawabnya :”Belum”.
Beliau bersabda :”Hendaklah engkau melihatnya dulu”.
§ Hadits Rasulullah saw. :
تنكح المرأة لأربع لمالها ولحسبها ولجمالها ولدينها فاظفر بذات الدين تربت يداك
Perempuan
itu dinikahi karena empat perkara. Karena kekayaannya, karena
keturunannya, karena kecantikan dan karena agamanya.Maka ambillah
perempuan yang beragama, pasti engkau berbahagia.
B. Syarat dan Rukun Nikah.
§ Al Qur’an Surat An Nisaa ayat 22 :
ولاتنكحوا ما نكح أباؤكم من النساء إلاماقد سلف إنه كان فاحشة وساء سبيلا
Dan
janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu,
terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat
keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan.
§ Al Qur’an Surat An Nisaa ayat 23 :
حرمت عليكم أمهاتكم وبناتكم وأخواتكم و عماتكم و
خالاتكم و بنات الأخ وبنات الأخت و أمهاتكم التي أرضعنكم وأخواتكم من
الرضاعة وأمهات نسائكم وربائبكم التي في حجوركم من نسائكم التي دخلتم بـهن
فإن لم تكونوا دخلتم بـهن فلا جناح عليكم وحلائل أبنائكم الذين من أصلابكم
وأن تجمعوا بين الأختين إلا ماقدسلف
Diharamkan
atas kamu (mengawini) ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan,
saudara-saudaramu yang perempuan,saudara-saudara bapakmu yang perempuan,
saudara-saudara ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari
saudara-saudaramu yang laki-laki, anak-anak perempuan dari
saudara-saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu yang menyusukan kamu,
saudara perempuan sepersusuan, ibu-ibu isterimu (mertua), anak-anak
isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri,
tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu
ceraikan) maka tidak berdosa kamu mengawininya, (dan diharamkan bagimu)
isteri-isteri anak kandungmu (menantu), dan menghimpunkan (dalam
perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi
pada masa lampau. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
§ Al Qur’an Surat An Nisaa ayat 24 :
والمحصنات من النساء ……
….dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami ….........
§ Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 230 :
فإن طلقها فلا تحل له من بعد حتى تنكح زوجا غيره فإن طلقها فلا جناح عليهما أن
يتراجعا إن ظن أن يقيما حدود الله يبينها لقوم يعلمون
Kemudian
jika si suami mentalaknya (sesudah talak yang ke dua), maka perempuan
itu tidak halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain.
Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa
bagi keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika
keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah
hukum-hukum Allah, diterangkannya kepada kaum yang (mau) mengetahui.
§ Kitab Al Iqna’ juz II halaman 123 :
أركان النكاح وهي خمسة صيغة وزوجة وزوخ وولي وهما العاقدان وشاهدان
Rukun
nikah itu ada lima yaitu sighat (ijab kabul), calon isteri, calon
suami, wali, keduanya yang melakukan akad nikah dan dua orang saksi.
§ Hadits diriwayatkan oleh Daruqutni dari ‘Aisyah r.a. ia berkata, telah bersabda Rasulullah saw. :
لانكاح إلا بولي وشاهدي عدول
Tidak ada perkawinan kecuali dengan wali dan dua orang saksi yang adil.
§ Kitab I’anatut thalibin juz III halaman 280 :
وشرط في زوجة او المنكوحة خلو من النكاح وعدة من غير الخ …..
Dan
syarat calon isteri atau wanita yang dinikahi antara lain tidak dalam
ikatan perkawinan dengan orang lain, tidak dalam ikatan iddah dengan
laki-laki lain dan seterusnya . . . .
§ Kitab Fiqhussunnah Juz II halaman 29 :
الركن الحقيقي للزواج هو رضا الطرفين وتوافق إرادتـهما في الإرتبات
Pada
hakekatnya perkawinan itu didasarkan atas kerelaan dan persetujuan
bersama antara kedua belah pihak (suami-isteri) untuk melangsungkan
perkawinan.
- Kitab Al Muhadzdzab Juz II halaman 112 :
إذا طلق الحر إمرأته ثلاثا أوطلق العبد إمرأته طلقتين حرمت عليه ولا يحل لـه نكاحا حتى تنكح زوجا غيره ويطؤها
Apabila
seorang yang merdeka menceraikan isterinya dengan talak tiga, atau
seorang hamba menceraikan isterinya dengan talak dua, maka isteri itu
haram atasnya dan tidak halal baginya kawin dengan bekas isteri itu,
sehingga ia kawin lagi dengan suami yang lain, dan suaminya yang kedua
itu telah mengumpulinya (jima’) pula.
§ Kitab Nailul Authar juz VI halaman 252 :
عن عثمان رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لا ينكح المحرم ولا ينكح (رواه مسلم)
Dari Utsman ra. Berkata : Rasulullah telah bersabda : Mahram itu tidak boleh menikahi dan tidak boleh dinikahi. HR Muslim.
§ Kitab Al Muhadzdzab juz II halaman 46 :
يجوز نكاح الحامل من الزنا لأن حملها لا يلحق بأحد . فكان وجوده كعدمه
Boleh
menikahi wanita hamil karena zina, karena kehamilannya tidak mulhaq
dengan seseorang. Adanya kehamilan itu seperti tidak ada.
§ Kitab Bughyatul Mustarsyidin halaman 201 :
يجوز نكاح الحامل من الزنا سواء الزانى وغيره ووطؤها حينئذ مع الكراهة
Boleh
menikahi wanita hamil karena zina, sama halnya laki-laki yang menzinai
atau laki-laki lain. Dan persetubuhannya itu mengandung keterpaksaan.
- Kitab Subulus Salam juz II halaman 118 :
عن
أبى هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : لا تنكح
الأيم حتى تستأمر ولا تنكح البكر حتى تستأذن قالوا يا رسول الله وكيف إذنها
؟ قال أن تسكت
Dari
Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw bersabda : “Janda tidak boleh
dikawinkan kecuali sesudah ditanya, dan perawan tidak boleh dikawinkan
kecuali sesudah diminta izinnya”. Para sahabat bertanya : “Ya
Rasulullah, bagaimanakah izinnya ?” Beliau menjawab : “Diamnya, itulah
izinnya”.
C. Dispensasi kawin/Izin kawin.
§ Al Qur’an Surat Annur ayat 32 :
وأنكحوا الأيامى منكم والصالحين من عبادكم وإمائكم إن يكونوا فقراء يغنهم الله من فضله والله واسع عليم
Dan
kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang
yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan
hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan
memampukan mereka dengan kurnianya. Dan Allah Maha Luas pemberiannya
lagi Maha Mengetahui.
§ Hadits Rasulullah saw. (Kitab Subulus Salam juz II halaman 110) :
عن
عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قالنا رسول الله صلى الله عليه وسلم : يا
معشر الشباب من استطاع منكم الباءة فليتزوج فإن!ه أغضّ للبصر وأحصن للفرج
ومن لم يستطع فعليه بالصوم فإنّه له وجاء (متفق عليه)
Dari
Abdullah bin Mas’ud ra ia berkata : “Rasulullah saw telah bersabda
kepada kami : “Hai para pemuda, apabila diantara kamu sekalian telah
mampu untuk kawin, hendaklah ia kawin, sebab kawin itu lebih dapat
menutup penglihatan dan menjaga kemaluan, dan barang siapa atidak mampu,
hendaklah ia berpuasa, sebab puasa itu menjadi perisai untuknya”.
(muttafaq ‘alaihi).
D. Pengesahan Nikah.
§ Kitab I’anatut thalibin juz IV halaman 254 :
وفى الدعوى بنكاح على امرأة ذكر صحته وشروطه من نحو ولي وشاهدين عدول
Dan
didalam pengakuan tentang pernikahan dengan seorang wanita, harus dapat
menyebutkan tentang sahnya pernikahan dahulu dan syarat-syaratnya
seperti wali dan dua orang saksi yang adil.
§ Kitab Bughyatul Mustarsyidin halaman 298 :
فإذا شهدت لها بينة على وقف الدعوى ثبتت الزوجية
Maka
jika telah ada saksi yang memberikan keterangan bagi seorang perempuan
yang sesuai dengan gugatan, tetaplah hukum atas pernikahannya.
§ Kitab I’anatut thalibin juz IV halaman 301 :
وله أي للشخص بلامعارض شهادة على نكاح بتسامع أي استفاضة من جمع يؤمن
كذبهم لكثرتـهم
Jika
tak ada bantahan, seseorang boleh menjadi saksi atas pernikahan
berdasarkan pendengaran dari orang banyak, karena banyaknya orang yang
memberitakan akan aman dari kedustaan.
§ Kitab Ushulul Fiqhi Abdul Wahab Khalaf halaman 93 :
من عرف فلانة زوجة فلان شهد بالزوجية مادام لم يقم له دليل علا إنتهائها
Barang
siapa mengetahui bahwa seorang wanita itu sebagai isteri seorang
laki-laki, maka dihukumkan masih tetap adanya hubungan suami isteri
selama tidak ada bukti tentang putusnya perkawinan.
§ Kitab I’anatut thalibin juz IV halaman 275 :
يجب على شهود النكاح ضبط التاريخ بالساعات واللحظات
Persaksian mengenai pernikahan wajib menyebutkan tentang tanggal, waktu dan tempat terjadinya pernikahan tersebut.
§ Kitab Mughni al Muhtaj juz II
ويقبل إقرار البالغة العاقلة بالنكاح على جديد
Diterima pengakuan nikahnya seorang perempuan yang ‘aqil baligh, menurut qaul jadid.
§ Kitab Asnal Mathalib juz II halaman 393 :
(ويشترط
فى) دعوى (النكاح) سواء ادعى ابتداءه أو دوامه (أن يقول تزوجتها بولي
وشاهدين ويصفهم بالعدالة) ويصف (المرأة بالرضا) بالنكاح حيث شرط رضاها إن كانت غير مجبرة
Disyaratkan
untuk dakwaan nikah, baik permulaan atau kelangsungan nikah, si suami
harus berkata : “Saya nikahi wanita itu dengan wali dan saksi-saksi yang
adil”, serta menyebut pula keredlaan isteri, jika memang harus
disyaratkan keredlaannya, jika wanita itu bukan mujbarah.
E. Izin/ penolakan Poligami.
- Al Qur’an surat An Nisa’ ayat 3 :
فانكحوا ماطاب لكم من النساء مثنى وثلاث ورباع فإن خفتم أن لاتعدلوا فواحدة
Nikahilah
olehmu wanita-wanita yang kamu sukai dua, tiga atau empat. Jika kamu
takut tidak dapat berlaku adil, nikahilah satu saja.
- Al Qur’an surat An Nisa ayat 129 :
ولن تستطيعوا أن تعدلوا بين النساء ولوحرصتم فلا تميلوا كل الميل فتذروها كالمعلقة وإن تصلحوا وتتقوا فإن الله كان غفورا رحيما
Dan
kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara
isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena
itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga
kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan
perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka swesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
- Hadits Rasulullah saw. Diriwayat dari Abu Hurairah r.a. :
لا يجمع بين المرأة وعمتها ولا بين المرأة وخالتها
Tidak
boleh mengumpulkan/ memadu seorang perempuan dengan bibi (saudara
perempuan ayah) dan begitu juga antara permpuan dan bibi (saudara
perempuan ibu).
- Kitab Kifayatul Ahkyar juz II halaman 36 :
يحرم على الرجل أن يجمع في نكاحه بين المرأة وأختها سواء في ذلك من الأبوين أو
من الأب أو من الأم
Diharamkan
bagi seorang laki-laki mengumpulkan dalam pernikahannya/ poligami
anatara seorang perempuan dengan saudara perempuannya, baik kedua
saudara itu seibu sebapak, sebapak atau seibu saja.
F. Perwalian Nikah dan Wali Adlal.
- Hadits Rasulullah saw riwayat Daruquthny :
الثيب أحق بنفسها من وليها والبكر يزوجها أبوها
Perempuan janda lebih berhak atas dirinya sendiri dari pada walinya, sedangkan perempuan gadis, bapaknyalah yang menikahkannya.
- Kitab Al Bajuri Juz II halaman 105 :
وأولى الولاة أي
أحق الأولياء بالتزويج الأب ثم الجد أبو الأب ثم الأخ للأب والأم ثم الأخ
للأب ثم إبن الأخ للأب والأم ثم إبن الأخ للأب ثم العم الشقيق ثم العم للأب
ثم إبنه أي إبن لكل بينهما وإن سفل
Yang
berhak menjadi wali (untuk mengawinkan) ialah ayah, kemudian kakek
kemudian ayahnya kakek, kemudian saudara laki-laki sekandung,kemudian
saudara laki-laki seayah, kemudian anak laki-laki saudara laki-laki
sekandung, kemudian anak laki-laki dari sudara laki-laki seayah,
kemudian paman sekandung, kemudian paman seayah, kemudian anaknya.
- Kitab Kifayatul Akhyar Juz II halaman 33 :
فلا يزوج أحد وهناك من هو أقرب منه
Seorang wali (yang jauh urutannya) tidak boleh menikahkan jika masih ada wali yang lebih dekat dari padanya.
- Kitab Qalyubi Juz III halaman 238 :
ولا ينتقل الولاية إلى الأبعد فى الأصح لبقاء الرشد والنظر
Perwalian
tidak boleh berpindah dari wali yang dekat kepada wali yang jauh,
karena tetapnya kejujuran dan pandangan wali yang dekat itu.
- Hadits Rasulullah saw. Diriwayatkan oleh Abu Daud, At Turmudzi dan Ibnu Hibban :
السلطان ولي من لا ولي له
Sultan (Pemerintah) adalah wali bagi orang yang tidak mempunyai wali.(diriwayatkan oleh Abu Daud, At Turmudzi dan Ibnu Hibban).
- Kitab I’anatut Thalibin juz III halaman 319 yang berbunyi :
ولو ثبت توري الولي او تعززه زوجها الحاكم
Jika telah ada penetapan tentang bersembunyi atau tidak pedulinya wali, maka hakim boleh menikahkan wanita itu.
- Kitab I’anatut Thalibin juz III halaman 319 :
والتعززكأن يقول عند طلب التزويج منه أزوجها غدا وهكذا فكلما يسئل في ذلك
يوعد
Yang
dimaksud dengan enggan ialah seperti berkata wali ketika diminta untuk
mengawinkan, “besok saya kawinkan”, setiap kali diminta ia selalu
menjanji-janjikan.
- Kitab Qalyubi Juz II halaman 225 :
ولابد من ثبوت العضل عند الحاكم ليزوج بأن يمتنع الولي من التزويج بين يديه بعد
أمره به والمرأة والخاطب حاضران
Untuk
menetapkan adanya sikap adlal wali untuk mengawinkan, hendaklah dengan
penolakan wali tersebut untuk mengawinkan di muka Hakim, setelah Hakim
memintanya untuk itu sedangkan pihak wanita dan pria yang melamarnya
hadir dalam sidang tersebut.
- Hadits Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah dan Daruquthni :
إن جارية بكرا أتت رسول الله فذكرت أن أباها زوجها وهي كارهة فخيرها النبي
صلى الله عليه وسلم
Sesungguhnya
seorang perawan telah mengadukan halnya kepada Rasulullah saw bahwa ia
telah dikawinkan oleh bapaknya dan ia tidak menyukainya. Maka Nabi saw
memberi kesempatan kepada perawan itu untuk meneruskan atau membatalkan
perkawinan itu.
- Kitab Tanwirul qulub Juz II halaman 343 :
ويزوج
الحاكم أيضا إذا غاب الولي بمسافة القصر أو بحبس يمنع من الوصول إليه أو
هرب أو إحرام أو تعزز بأن وعد كلما خوطب فى ذلك أو منع مكلفة بكفء
Dan,
hakimlah yang menikahkan apabila wali nasab pergi sejauh jarak yang
dibolehkan mengqashar shalat, atau wali nasab sedang ditahan (dipenjara)
yang tidak dapat didatangi, atau wali lari, atau ikhram/hajji atau
ta’azzuz seperti ia hanya berjanji ketika (si perempuan) dilamar, atau
wali nikah itu menolak wanita yang sudah dewasa dinikah oleh lelaki yang
sekufu’.
G. Hak dan kewajiban suami isteri.
- Al Qur’an surat An Nisa’ ayat 34 :
الرجال قوامون على النساء بما فضل الله بعضهم على بعض وبما أنفقوا من أموالهم
Kaum
laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain
(wanita), dan karena mereka (laki-laki)telah menafkahkan dari sebagian
harta mereka.
- Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 228 :
ولهن مثل الذي عليهن بالمعروف
Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf.
- Al Qur’an surat An Nisa’ ayat 19 :
وعاشروهن بالمعروف فإن كرهتموهن فعسى أن تكرهوا شيئا ويجعل الله فيه
خيرا كثيرا
Dan pergaulilah mereka (isteri-isterimu) secara patut. Kemudian
bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu
tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang
banyak.
- Al Qur’an surat Asy Syuraa ayat 38 :
وأمرهم شورى بينهم
Urusan mereka diputuskan dengan musyawarah diantara mereka
- Hadits Rasulullah saw :
فاتقوا الله فى النساء فإنكم أخذتـموهن بأمانة الله …… إلى قوله … ولهن عليكم رزقهن وكسوتـهن بالمعروف
Takutlah kamu kepada Allah tentang isterimu, karena engkau mengambil dia dengan amanat Allah …… s/d …… kamu wajib memberi nafkah dan pakaian kepadanya secara baik.
- Hadits Rasulullah saw :
أكمل المؤمنين إيـمانا أحسنهم خلقا, وخياركم خياركم لنسائهم
Sempurnanya
iman seorang mukmin itu terletak pada bagusnya akhlak mereka. Dan orang
yang terpilih diantaramu tergantung pada pilihan isterinya.
- Kitab Bughyatul mustarsyidin halaman 215 :
الحقوق الواجبة للزوج على زوجته أربعة طاعته و معاشرته بالمعروف و تسليم نفسها إليه وملازمة المسكن . والوجبة لها عليه أربعة أيضا ومعاشرتها بالمعروف ومؤنـها والمهر والقسم
Hak-hak
bagi suami yang merupakan kewajiban atas isteri itu ada empat yaitu
taatnya isteri, sikap yang baik dari isteri, penyerahan diri si isteri
dan menempati tempat yang disediakan suami. Demikian pula kewajiban atas
suami yang menjadi hak isteri ada empat yaitu sikap yang baik dari
suami, nafkah kepada isteri, mahar dan giliran ( jika poligami).
H. Cerai talak/ cerai gugat/ ta’lik talak.
- Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 227 :
وإن عزموا الطلاق فإن الله سميع عليم
Dan jika mereka ber’azam (bertetap hati untuk) talak, maka sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
- Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 229 :
الطلاق مرتان فإمساك بمعروف أو تسريح بإحسان
Talak (yang dapat dirujuk) itu dua kali, setelah itu boleh rujuk lagi atau menceraikan dengan cara yang baik.
- Al Qur’an Surat An Nisa ayat 130 :
وإن يتفرقا يغن الله كلا من سعته وكان الله واسعا حكيما
Jika
keduanya bercerai maka Allah akan memberi kecukupan kepada
masing-masingnya dari limpahan karunianya. Dan adalah Allah Maha Luas
(karunia Nya) lagi Maha Bijaksana.
§ Al-Qur’an surat An Nisa’ ayat 34 :
فإن أطعنكم فلا تبغوا عليهن سبيلا إن الله كان عليا كبيرا
|
Maka
jika isteri-isteri itu telah taat kepadamu, maka janganlah kamu
mencari-cari jalan kesalahan mereka, sesungguhnya Allah Maha Tinggi dan
Maha Besar
- Sabda Rasulullah dalam Kitab Al Bajuri Juz II halaman 145 :
الطلاق بالرجل والعدة بالنساء
Talak itu di tangan laki-laki (suami) dan ‘iddah itu di pihak perempuan.
- Kitab Ath Thalaq minasy Syariatil Islamiyah wal Qanun, halaman 40:
إن سببه الحاجة إلى الخلاص عند تباين الأخلاق وعروض البغضاء الموجبة عدم إقامة حدود الله
Sesungguhnya
sebab diperbolehkannya melakukan perceraian adalah adanya kehendak
untuk melepaskan ikatan perkawinan ketika terjadi pertengkaran akhlaq
dan timbulnya rasa benci antara suami isteri yang mengakibatkan tidak
adanya kesanggupan untuk menegakkan hukum Allah.
- Kitab Fiqhus Sunnah juz II halaman 208 :
…… وإنما كان حراما لأنه ضرر بنفس الزوج وضرر بزوجته وإعدام للمصلحة الحاصلة لهما من غير حجة إليه
………
Talak itu hukumnya haram, jika akan mendatangkan madlarat bagi suami
sendiri dan madlarat bagi isterinya, karena akan meniadakan kemaslahatan
yang dihasilkan bagi keduanya, tanpa adanya kebutuhan yang mendesak
terhadap talak itu.
- Kitab I’anatut Thalibin juz IV halaman 1 :
طلاق المندوب كأن يعجز عن القيام بحقوقها ولو بعدم الميل إليها أو تكون غير
عفيفة ما لم يخش الفجور أو سيئة الخلق
Talak
sunnah, seperti jika suami tidak sanggup memenuhi hak-hak isterinya,
walaupun dengan tidak adanya kecenderungan kepada si siteri, atau isteri
tidak dapat menjaga diri, tidak takut berbuat dosa atau berakhlak
jelek.
- Kitab Syarqawi alat tahrir juz II halaman 302 :
ومن علق طلاقا بصفة وقع بوجودها عملا بمقتضى اللفظ
Barang
siapa menggantungkan talak dengan suatu sifat, jatuhlah talak tersebut
dengan terwujudnya sifat yang digantungkan menurut dhahirnya ucapan.
- Kitab Kifayatul Akhyar halaman 104 :
فلوكان الطلاق رجعيا ثم راجعها ثم وجدت الصفة طلاقت بلاخلاف لأنه ليس
نكاحا مجددا ولم تحدث حالة تمنع وقوع الطلاق
Jika
talak itu adalah talak raj’i, kemudian suami merujuk isterinya,
kemudian didapati sifat (yang dita’liqkan) maka jatuhlah talak itu,
tidak ada khilaf, karena rujuk itu bukanlah nikah baru dan tidak terjadi
hal baru yang mencegah jatuhnya talak.
- Kitab Tuhfah juz VIII halaman 118 :
بخلاف ما إذا أطلق أو قصد التعليق بمجرد صورة الفعل فإنه يقع مطلقا
Kecuali
jika ta’liq talak itu diikrarkan oleh suami dengan mutlak atau dengan
melulu atas terjadinya suatu perbuatan, maka jatuhlah talaknya dengan
mutlak.
- Kitab Fatawa Kubra juz III halaman 227 :
فيقع الطلاق مطلقا لوجود صفات الطلاق المعلق
Maka jatuhlah talak dengan mutlak karena telah terwujudnya sifat talak yang digantungkan.
- Kitab Bughyatul mustarsyidin halaman 222 :
علق الطلاق بغيبته عن بلده أو بجلوسه من موضع كذا ثلاث سنين وإعطاء أو
ضمان فلان له فرشا مثلا فلابد من وجود الغيبة المذكور والإعطاء ويقع بائنا
Apabila
seseorang menggantungkan talaknya dengan kepergiannya atau dengan
tinggal di suatu tempat selama tiga tahun, atau dengan jaminan dari
seseorang sebanyak ..... umpamanya, maka dengan adanya kepergian yang disebutkan atau pemberian yang dimaksud, jatuhlah talaknya.
- Kitab Bughyatul mustarsyidin halaman 231 :
ولا طريق للرجوع عن الطلاق المعلق بل يقع عند وجود الصفة
Dan tidak ada jalan untuk mencabut kembali talak yang digantungkan, bahkan jatuh talak itu bila ada shifat yang digantungkan.
- Hadits riwayat At Turmudzi :
المسلمون على شروطهم إلا شرطا أحل حراما أو حرم حلالا
Orang Muslim itu terikat dengan janjinya/syaratnya, kecuali janji/ syarat menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal.
- Kitab Qurratul ‘aini halaman 134 :
إن ترك وطأها ضرارا إلى قوله فرفعت أمرها للحاكم لتضررها بترك الوطء فله أن
يطلق عليه بالإجتهاد
Apabila
suami sengaja tidak mau menyetubuhi isterinya sehingga menderitakan
isterinya, dan isterinya itu mengadukan kepada hakim tentang deritanya
karena tidak disetubuhi, maka hakim berwenang untuk menceraikannya.
- Kitab I’anatut Thalibin juz IV halaman 5 :
واتفقوا على وقوع الطلاق بالغضبان وإن ادعى زوال شعوره بالغضب
Para
Ulama sepakat bahwa ucapan talak orang dalam keadaan marah itu tetap
jatuh, walaupun ia menyatakan perasaannya hilang karena marahnya itu.
- Kitab Nidhamul ‘Usrah karangan Dr. Abdur Rahman ash Shabuni halaman 95 :
جاء رجل أعربي إلى عمر ابن الخطاب يستشيره في طلاق إمرأته فقال له عمر لا تفعل فقال أعربي لكني لا أحبها فقال عمر ويحك فأين الرعاية وأين التذميم
Seorang
laki-laki pedesaan datang menghadap Shahabat ‘Umar bin Khaththab mohon
petunjuk untuk menalak isterinya. ‘Umar berkata : “jangan lakukan itu”.
Orang itu berkata :”tetapi saya tidak mencintainya lagi”. ‘Umar berkata
:”Celaka kamu, apakah kamu kira rumah tangga itu dibina hanya karena
cinta saja, lalu dimana letak kepemimpinanmu (pengayomanmu) dan rasa
tanggung jawabmu (terhadap isteri).
- Hadits Rasulullah saw.
إن أبغض الحلال عند الله الطلاق
Sesungguhnya perbuatan halal yang paling dibenci Allah adalah perceraian.
- Kitab Fiqhus Sunnah juz II halaman 379 :
إذا ارتد الزوج أو الزوجة إنقطعت علاقة كلامنهما بالأخر لأن الردة أي واحد منهما موجبة للفرقة بينهما
Apabila
suami atau isteri murtad, putuslah ikatan keduanya satu sama lain,
karena murtadnya salah satu diantara mereka memestikan perceraian antara
keduanya.
- Kitab Bughyatul mustarsyidin halaman 223 :
لايثبت الطلاق منجزا او معلقا إلا بشهادة رجلين سمعا لفظه من الزوج
Tidak tetap talak itu, kecuali dengan adanya dua orang saksi yang mendengarkan ucapan talak si suami.
- Kitab Bughyatul mustarsyidin halaman 176 :
صريح القعود لا يحتاج إلى نية بل إلى قصد معنى اللفظ بحروفه فى الجملة
Perikatan yang sharih tidak membutuhkan niat, melainkan membutuhkan kesengajaan melepaskannya dalam suatu susunan kalimat.
I. Fasakh Nikah karena i’sar dan cacat pada pihak lain.
- Kitab Fiqhus Sunnah juz II halaman 314 :
فسخ العقد نقضه , وحل الرابطة التي تربط بين الزوجين
Faskhul ‘aqdi adalah membatalkan aqad, dan melepaskan tali ikatan perkawinan suami isteri.
- Kitab I’anatut thalibin juz IV halaman 91 :
فإن انقطع خبره ولا مال له حاضر جاز لها الفسخ
Apabila
telah terputus khabar tentang suami dan tidak ada harta benda yang
ditinggalkan untuk isteri, boleh bagi si isteri untuk fasakh nikahnya.
- Kitab I’anatut thalibin juz IV halaman 94 :
ولا يجوز الفسخ إلا يشرط ملازمتها للمسكن وعدم سدور نشوزمنها
Tidak boleh fasakh kecuali apabila si isteri tinggal di tempat dan tidak nusyuz.
- Kitab Al Iqna’ juz II halaman 133 :
يثبت للمرأة فسخ نكاحها منه …… بالجنون
Dapat ditetapkan gugatan fasakh/perceraian seorang isteri dari suaminya ......dengan alasan gila (sakit ingatan).
- Kitab I’anatut thalibin juz III halaman 33 :
فلكل من الزوجين الخيار فورا في فسخ النكاح بما وجد من العيوب المذكور في
الأخر بشرط أن يكون بحضور الحاكم
Bagi
masing-masing suami isteri boleh memilih dengan seketika untuk
memfasakh pernikahannya dengan sebab terdapatnya cacat pada pihak lain,
dengan syarat di muka hakim.
- Kitab I’anatut thalibin juz III halaman 336 :
وتقبل دعوه الجهل بأصل ثبوت الخيار أو بفوريته
Dan
diterima pengakuan si isteri bahwa dia tidak tahu tentang hal-hal yang
menjadi pokok mengenai khiyar atau tidak tahu tentang keharusan segera
melaporkan kejadian penyakit gilanya suami.
- Kitab Al Muhadzab juz II halaman 48 :
وإن وجدت المرأة زوجها مجنونا أو مجذوما أو عنينا ثبتت لها الخيار
Jika
seorang isteri mendapati suaminya sakit gila/ ingatan, lepra atau
impotent/ lemah syahwat, isteri boleh memilih untuk memfasakh nikahnya
atau meneruskannya.
- Kitab Subulussalam juz III halaman 134 :
عن ابن عباس أن جارية بكرا أتت النبي ص م أن أباهازوجها وهي كارهة فتخيرها
رسول الله ص م
Diriwayatkan
dari Ibnu ‘Abbas ra., bahwasanya seorang budak wanita/ gadis menghadap
kepada Nabi saw., ia menerangkan bahwa ia telah dinikahkan oleh ayahnya,
tetapi ia tidak senang, maka Nabi saw. menjawab, ia boleh memilih
meneruskan atau tidak meneruskan perkawinan tersebut.
- Kitab Al Muhadzab juz II halaman 134 :
إذ أعسر الزوج بنفقة المعسر فلها أن تفسخ النكاح لما روي أبو هريرة
Apabila
si suami tidak mampu memberikan nafkah yang cukup, boleh bagi isteri
memfasakh nikahnya , sbagaimana hadits riwayat Abu Hurairah.
- Kitab I’anatut thalibin juz IV halaman 92 :
ولو عجزة المرأة عن بينة الإعسار جاز لها الإستقلال بالفسخ
Apabila isteri tidak dapat mengajukan bukti saksi tentang i’sar/ kemiskinan suami, isteri boleh memfasakh dirinya sendiri.
- Kitab I’anatut thalibin juz IV halaman 92 :
إذا تعذر القاضي أوتعذر الإثبات عنده لفقد الشهود أو غيبتهم فلها أن تشهد بالفسخ وتفسخ بنفسها
Jika
hakim kesulitan untuk menetapkan i’sar/ kemiskinannya suami karena
tidak adanya saksi/ saksi ghaib maka isteri boleh memfasakh dirinya
sendiri.
- Kitab Bughyatul mustarsyidin halaman 239 :
لا تستحق الزوجة المؤن ويباح لها الفسخ بالإعسار إلا إذا كم تخرج عن طاعة
الزوج
Isteri
tidak berhak mendapatkan nafkah dan tidak boleh menggugat fasakh ketika
suami dalam kesukaran, kecuali apabila ia tidak keluar (tetap) taat
kepada suami.
- Kitab Bughyatul mustarsyidin halaman 243 :
لو تعذر تحصيل النفقة من الزوج فى ثلاثة أيام جاز لها الفسخ حضر الزوج أم غاب
Apabila
suami berhalangan (tidak sanggup) memberikan nafkah dalam tiga hari,
maka si isteri berhak memfasakh, baik suami tersebut hadir atau ghaib.
- Kitab Bujairimi Wahab halaman 239 :
ولا يمنع إعساره عقار او عرض لا يتيسر بيعها في مدة قريبة
Apabila
suami berhalangan (tidak sanggup) memberikan nafkah dalam tiga hari,
maka si isteri berhak memfasakh, baik suami tersebut hadir atau ghaib.
- Kitab Al Fiqhu ‘ala madzahibil arba’ah Juz IV halaman 193 :
فإذ جن أحد الزوجين كان للأخر الحق في طلب فسخ النكاح
Apabila salah satu dari suami isteri berubah gila, maka fihak lain berhak mengajukan gugatan cerai fasakh.
- Kitab Al Fiqhu ‘ala madzahibil arba’ah Juz IV halaman 193 :
ولا فرق أيضا بين أن يكون جنونا مطبقا أو متقطعا
Dan tidak ada perbedaan keadaannya baik penyakit gila itu tetap atau temporer.
- Kitab Al Fiqhu ‘ala madzahibil arba’ah Juz IV halaman 193 :
…… والمراد بالجنون نا يشمل فقد الشعور القلبي
....... yang dimaksud dengan gila ialah hilangnya perasaan atau pikiran.
- Kitab al Muwaththa’ Imam Malik, juz III, halaman 145 :
أيمارجل تزوج إمرأة وبه جنون أو ضررفلها تخيرفإن شاءت قرت وإن شاءت فارقت
Bagi
seorang isteri yang suaminya menderita sakit gila atau cacad, diberi
hak memilih untuk tetap sebagai isterinya atau bercerai.
- Kitab Syarqawi ‘alat Tahrir Juz II halaman 252 :
العيوب المثبتة للخيار في فسخ النكاح سبعة جنون ولو منقطعا
Adapun ‘aib-’aib yang membolehkan fasakh nikah ada tujuh macam, diantaranya penyakit gila meskipun temporer.
- Kitab Fiqhus sunnah juz II halaman 389 :
إذا ارتد الزوج أو الزوجة إنقطعت علاقة كل منهما بالأخر لأن ردة أي واحد
منهما موجبة للفرقة بينهما وهذه الفرقة تعتبر فسخا
Apabila
seorang suami atau isteri murtad, maka putuslah hubungan perkawinan
mereka satu sama lain. Karena sesungguhnya riddah salah seorang diantara
mereka itu menjadikan putusnya hubungan perkawinan mereka. Dan putusnya
hubungan perkawinan itu berupa fasakh.
J. Syiqoq dan cerai dengan putusan hakim.
- Al Qur’an surat An Nisa’ ayat 35 :
وإن خفتم شقاق بينهما فابعثوا حكما من أهله وحكما من أهلها إن تريد إصلاحا
يوفق الله بينهما إن الله كان عليما خبيرا
Dan
jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah
seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga
perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan,
niscaya Allah memberikan taufik kepada suami isteri itu. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui dan Maha Mengenal.
- Tafsir Ayat Ahkam, M.Ali ash Shabuni, juz I halaman 464 :
الشقاق, الخلاف والعداوة وهو مأخوذ من الشق بمعنى الجانب لأنه كان من
المتخالفين يكون في شق الأخر بسبب العداوة والمباينة
Syiqaq yaitu perselisihan dan
permusuhan. Kata syiqaq diambil dari kata “asy syiqqu”dengan arti
“sisi”. Adanya perselisihan suami isteri disebut sisi, karena
masing-masing pihak yang berselisih itu berada pada sisi yang berlainan
disebabkan adanya perlawanan dan pertentangan.
- Kitab Khulashatut Tiryaq halaman 62 :
فإن امتنع على القبول وامتنعت المرأة على الطاعة دخلت القضية فى باب الشقاق
Apabila suami menolak untuk mengabulkan cerai, sedang isteri menolak untuk taat, maka perkara itu masuk pada bab syiqaq.
- Kitab Mughnil Muhtaj juz III halaman 261 :
فإن اشتد الشقاق بعث القاضى حكما من أهله وحكما من أهلها لينظر فى أمرهما بعد اختلاء حكمه به وحكمها بها
Jika
perselisihan telah memuncak, maka kahim wajib mengangkat seorang Hakam
dari ahlinya suami dan seorang Hakam dari ahlinya isteri, untuk
mengetahui duduk perkaranya suami isteri itu, dan mengambil sikap
sesudah Hakam pihak suami menghubungi suami dan Hakam pihak isteri
menghubungi isteri.
- Kitab Mughnil Muhtaj juz III halaman 261 :
والبعث واجب وأما كونـهما من أهلهما فمستحب غير مستحق إجماعا
Mengangkat hakam adalah wajib, adapun perihal hakamain dari ahlinya masing-masing adalah sunat, bukan wajib menurut ijma’.
- Kitab At Tanbih halaman 102 :
وهما حكمان من جهة الحاكم في القول الأخر فيجعل الحاكم إليهما الإصلاح
والتفريق من غير رضى الزوجين وهو الأصح
Kedudukan
dua hakam tersebut, menurut pendapat lain adalah sebagai pendamai atas
kuasa dari Hakim. Maka Hakim memberi kewenangan kepada mereka untuk
mendamaikan atau mencerai kan dengan tanpa adanya persetujuan suami
isteri. Dan pendapat ini adalah yang lebih shahih.
- Kitab Ghoyatul Marom :
وإذا اشتد عدم رغبة الزوجية لزوجها طلق عليه القاضى طلقة
Dan ketika isteri sudah sangat tidak senang terhadap suaminya maka Hakim dibolehkan menjatuhkan talak satu suami.
- Kitab Fiqhus Sunnah juz II halaman 248 :
ذهب
الإمام مالك : أن للزوجة أن تطلب من القاضي التفريق إذا ادعت إضرار الزوج
بـها إضرارا لا يستطاع معه دوام العشرة بين أمثالهما مثل ضربها أو سبها أو
إيذائها بأي نوع من أنوع الإيذاء الذي لا يطاق او إكراهها على منكر من
القول أو الفعل
Imam
Malik berpendapat : Seorang isteri berhak mengajukan gugatan kepada
hakim untuk diceraikan dari suaminya, apabila ia mendakwakan adanya
perbuatan suami yang membahayakan dirinya sehingga siisteri merasa tidak
mampu melangsungkan kehidupan rumahtangga yang sepantasnya bersama si
suami, seperti memukulnya, memaki-maki/mencelanya atau menyakiti dengan
segala macam bentuk menyakiti yang tidak tertahankan atau kebencian si
isteri atas kemunkaran berupa perkataan atau perbuatan.
- Kitab Fiqhus Sunnah juz II halaman 248 :
وإذا ثبت دعواها لدى القاضي ببينة الزوجية أو اعتراف الزوج وكان الإيذاء ممايطاق معه دوام العشرة بين مثلها وعجز القاضي عن الإصلاح بينهما طلقها طلقة بائنة
Maka
apabila telah tetap gugatan isteri dihadapan hakim dengan bukti dari
pihak isteri atau pengakuan suami, sedangkan adanya perihal yang
menyakitkan itu menyebabkan tidak adanya pergaulan yang pantas antara
keduanya, dan Hakim tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak, maka
Hakim dapat menceraikannya dengan talak ba’in.
§ Kitab Fiqhu as Sunnah, Juz II, halaman 249 :
اذا ادعت الزوجة اضرار الزوج بـها بما لا يستطاع معه دوام العشرة بين امثالهما يجوزلها ان تطلب من القاضى التفريق وحينئذ يطلقها القاضى طلقة بائنة اذا ثبت الضرر وعجز عن الاصلاح بينهما.
Jika
isteri menggugat cerai karena suaminya memadlorotkan terhadap isteri
(misal : memukul, mencaci maki, berkata kasar, melakukan perbuatan yang
munkar, seperti berjudi dan lain-lainnya sehingga menggoyahkan keutuhan
rumah tangga, maka dibolehkan bagi isterinya tersebut utnuk meminta
cerai kepada hakim dan bila madlorot tersebut telah terbukti, sedangkan
perdamaianpun tidak tercapai, maka hakim menetapkan jatuh talak satu
ba’in”.
- Kitab Madaa Hurriyatuz Zaujaini fith Thalaaq Juz I halaman 83 :
وقد اختار الإسلام نظام الطلاق حين تضطرب الحياة الزوجين ولم يعد ينفع فيها نصائح ولا صلح وحيث تصبح الربطة الزواج صورة من غير روح لأن الإستمرار معناه أن يحكم على أحد الزوجين بالسجن المؤبد وهذا ظلم تأباه روح العدالة
Islam
memilih lembaga thalaq/cerai ketika rumah tangga sudah dianggap goncang
serta dianggap sudah tidak bermanfaat lagi nasehat/perdamaian, dan
hubungan suami isteri menjadi tanpa ruh (hampa), sebab meneruskan
perkawinan berarti menghukum salah satu suami isteri dengan penjara yang
berkepanjangan. Ini adalah aniaya yang bertentangan dengan semangat
keadilan.
- Kitab Fiqhus Sunnah juz II halaman 208, Ibnu Sina dalam Kitab Asy Syifa’ :
ينبغى
أن يكون إلى الفرقة سبيل ما وأن لا يسد ذلك من كل وجه لأن حسم أسباب
التوصل إلى الفرقة بالكلية يقتضى وجوها من الضرر والخلل منها.أن من الطبائع
ما لا يألف بعض الطبائع فكلما اجتهد فى الجمع بينهما زاد الشرالنبو (أي
الخلاف) وتنغصت المعايش
Seyogyanya
jalan untuk bercerai itu diberikan dan jangan ditutup sama sekali,
karena menutup mati jalan perceraian akan mengakibatkan beberapa bahaya
dan kerusakan. Diantaranya jika tabi’at suami isteri sudah tidak saling
kasih sayang lagi, maka ketika dipaksakan untuk tetap berkumpul diantara
mereka berdua justru akan bertambah jelek, pecah dan kehidupannya
menjadi kalut.
- Kitab Al Mar’ah bainal Fiqh wal Qanun oleh Dr. Musthafa As Siba’i, halaman 100 :
فان
الحياة الزوجية لاتستقيم مع الشقاق والنـزاع عداما فى ذلك من ضرر بالغ
بتربية الأولاد وسلوكهم ولاخير فى إجتماع بين متباغضين ومهما يكن أسباب هذا
النـزاع خطيرا كان اوتافها فإنه من الخير أن تنتهى العلا قة الزوجية بين
هذين الزوجين لعل الله يهيئ لكل واحد منهما شريكا أخر لحياته يجد معه الطمأنينة و الإستقرار
Sesungguhnya
kehidupan suami isteri tidak akan tegak dengan adanya perpecahan dan
pertentangan, selain itu justru akan menimbulkan bahaya yang serius
terhadap pendidikan anak-anak dan perkembangan mereka, dan tidak ada
kebaikannya mengumpulkan dua orang yang saling membenci. Dan
kadang-kadang apapun sebab-sebab timbulnya perselisihan ini, baik yang
membahayakan atau patut dapat diduga membahayakan, sesungguhnya yang
lebih baik adalah mengakhiri hubungan perkawinan antara dua orang suami
isteri ini. Mudah-mudahan (sesudah itu) Allah menyediakan bagi mereka
pasangan lain dalam hidupnya, barangkali dengan pasangan baru itu
diperoleh ketenangan dan kedamaian.
K. Khulu’.
- Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 229 :
فإن خفتم ألاّ يقيما حدود الله فلا جناح عليهما فيما افتدت به تلك حدود الله فلا تعتدوها ومن يتعدّ حدود الله فأولئك هم الظالمون
Jika
kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak akan menjalankan
hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran
yang diberikan untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka
janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum
Allah mereka itulah orang-orang yang zhalim.
- Hadits Rasulullah saw. , dalam Kitab Nailul Authar juz VII halaman 34 :
عن
ابن عباس جائت إمرأة ثابت بن قيس بن شماس إلى رسول الله صلى الله عليه
وسلم فقالت يا رسول الله إني ما أعتب عليه في خلق ولا دين ولكني أكره الكفر
في الإسلام فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم أتريدين عليه حديقته قالت
نعمفقال رسول الله صلى الله عليه وسلم أقبل الحديقة وطلقها تطليقة (رواه
البخارى والنسائ )
Dari Ibnu Abbas berkata : Bahwa isteri
Tsabit bin Qois bin Syimas menghadap kepada Rasulullah saw seraya
berkata : “Ya Rasulullah sesungguhnya saya tidak mencela suami saya
tentang akhlaq dan agamanya, tetapi saya takut melanggar hukum Allah
dalam bidang rumah tangga. Maka Rasulullahi bersabda : “Apakah kamu
bersedia mengembalikan kebunnya kepadanya ?” Maka isteri Tsabit menjawab
: “Ya”. Maka Rasulullah memerintahkan kepada Tsabit untuk menerima
kebun tadi dan memerintahkan pula untuk mentalak isterinya dengan talak
satu khul’i. (Riwayat Bukhari dan An Nasa’i).
- Hadits Rasulullah saw. Diriwayatkan oleh Abu Daud dari At Tirmidzi:
إن امرأة ثابت بن قيس إختلعت منه فجعل النبي صلى الله وسلم عدتها حيضة
Bahwasanya
isteri Tsabit bin Qais mengajukan permohonan agar tali perkawinan
dengan suaminya itu diputus, maka Nabi saw menetapkan iddahnya satu kali
haid.
- Kitab Al Anwar juz II halaman 100 :
وهو لغة النـزع, وشرعا الفرقة بعوض يأخذه الزوج وهو طلاق ينتقص به العدد
Khulu’
menurut bahasa adalah melepaskan. Menurut syara’ ialah perceraian
dengan ganti tebusan yang diambil oleh pihak suami. Khulu’ adalah talak
yang mengurangi bilangannya.
- Kitab Subulus Salam juz II halaman 252 :
يصح الخلع مع الرضى الزوجين
Sah khulu’ itu dengan kerelaan kedua belah pihak.
- Kitab Subulus Salam juz II halaman 256 :
والخلع
تكون بتراضى الزوج والزوجة . فإذا لم يتم التراضى منهما فللقاضى الزام
الزوج بالخلع . لأن ثابتا وزوجته رفعا أمرهما النبى ص م وألزمه الرسول بأن
يقبل الحديقة ويطلق
Khulu’
itu hendaklah dengan keridlaan suami dan isteri. Maka apabila tidak
penuh keridlaan keduanya, maka hakim berwenang menetapkan khulu’ atas
suami. Karena Tsabit dan isterinya telah mengadukan perkaranya kepada
Nabi saw, dan Rasul menetapkan agar Tsabit menerima kebun dan
menceraikan isterinya.
L. Cerai dengan alasan zina / li’an.
- Al Qur’an Surat An Nur ayat 6 – 9 :
والذين
يرمون أزواجهم ولم يكن لهم شهداء إلاّ أنفسهم فشهادة أحدهم أربع شهادات
بالله إنه لمن الصادقين والخامسة أنّ لعنت الله عليه إن كان من الكاذبين
ويدرؤا عنها العذاب أن تشهد أربع شهادات بالله إنه لمن الكاذبين والخامسة
أنّ غضب الله عليها إن كان من الصادقين
Dan
orang-orang yang menuduh isterinya (berzina) padahal mereka tidak
mempunyai saksi-saksi selain dari mereka sendiri, maka persaksian orang
itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya ia
termasuk orang-orang yang benar. Dan (sumpah) yang kelima, bahwa laknat
Allah atasnya, jika ia termasuk orang-orang yang berdusta. Dan isterinya
itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama Allah,
sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang yang dusta, dan (sumpah) yang kelima bahwa laknat Allah atasnya jika suaminya itu termasuk orang-orang yang benar.
- Kitab Ahkamul Qur’an juz II halaman 218 :
عن
عبد الله بن عمر رضي الله عنهما أن رجلا رمى إمرأته وانتفى من ولدها في
زمن رسول الله ص م فتلاعنا لما قال الله تعالى ثمّ بالولد للمرأة وفرق بين
المتلاعنين (رواه البخارى)
Dari
Abdillah bin Umar ra. bahwa ada seorang laki-laki menuduh isterinya
berbuat zina dan tidak mengakui anaik ini anaknya, hal itu terjadi pada
masa Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah menyuruh sama-sama bersumpah
li’an seperti firman Allah, kemudian Rasulullah saw memutuskan anak itu
menjadi anak si perempuan tadi dan menceraikan kedua orang yang
sama-sama bersumpah li’an tadi.
- Kitab Fiqhus Sunnah juz II halaman 271 :
ويكون
اللعان في صورتين : الصورة الأولى أن يرمي الرجل إمرأته بالزنى ولم يكن له
أربعة شهود يشهدون عليها بما رماها به. الصورة الثانى أن ينفي حملها منه
Li’an
itu ada dua macam : yang pertama apabila seorang suami menuduh
isterinya berbuat zina, ia tidak dapat membuktikan dengan empat orang
saksi atas tuduhan tersebut. Yang kedua tidak mengakui kandungan
isterinya.
- Kitab Majmu’ Syarah Muhadzdzab juz 17 halaman 437 :
لا يصح اللعان إلا بأمر الحاكم لأنه يمين في دعوى فلم يصح إلا بأمر الحاكم كاليمين في سائر الدعوى
Li’an
tidak sah kecuali atas perintah hakim, karena merupakan sumpah dalam
perkara gugatan, jadi tidak dapat diberlakukan melainkan atas perintah
hakim sebagaimana sumpah dalam semua perkara gugat menggugat.
M. Syarat Islam/Riddah.
- Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 217 :
ومن يرتد منكم عن دينه فيمت فهو كافر فأولئك حبطت أعمالهم في الدنيا والأخرة وأولئك أصحاب النار هم فيها خالدون
Barangsiapa yang murtad
diantara kamu dari agamanya, lalu ia mati dalam kekafiran, maka mereka
itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan akhirat, dan mereka itulah
penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
- Al Qur’an Surat Ali ‘Imran ayat :
ومن يبتغ غير الإسلام دينا فلن يقبل منه فهو في الأخرة من الخاسرين
Barang
siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan
diterima (agama itu) dari padanya, dan dia di akhirat termasuk
orang-orang yang rugi.
- Kitab Al Husunul Hamidiyah, halaman 7 – 8 :
ثم ان النطق بالشهادتين وهما أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمدا رسولالله قد جعل شرطا لازما لإجراء الأحكام الدنيوية على المؤمن من نحو مناكحة … الخ
Kemudian
sesungguhnya pengucapan dua kalimah syahadat, yakni “Aku bersaksi bahwa
tiada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah
Rasul Allah”, merupakan syarat wajib untuk melaksanakan hukum keduniaan
bagi orang beriman, misalnya hukum munakahat .......dst.
- Kitab Fiqhus sunnah juz II halaman 389 :
إذا ارتد الزوج أو الزوجة إنقطعت علاقة كل منهما بالأخر لأن ردة أي واحد
منهما موجبة للفرقة بينهما وهذه الفرقة تعتبر فسخا
Apabila
seorang suami atau isteri murtad, maka putuslah hubungan perkawinan
mereka satu sama lain. Karena sesungguhnya riddah salah seorang diantara
mereka itu menjadikan putusnya hubungan perkawinan mereka. Dan putusnya
hubungan perkawinan itu berupa fasakh.
- Kitab Al Iqna’ juz II halaman 158 :
لو ارتد الزوج أو ارتدا معا يمنع دوام النكاح
Apabila suami murtad atau kedua suami isteri murtad, menghalangi tetapnya perkawinan.
N. Ruju’.
- Kitab Bughyatul Mustarsyidin halaman 235 :
إدعى الرجعة لم يصدق إلاببينة تشهده بأنه راجع قبل إنقضاء العدة
Pengakuan rujuk tidak diterima, kecuali dengan saksi bahwa ia merujuk isterinya sebelum habis masa iddah.
- Kitab Al Um juz IV halaman 88 :
فلا تكون الرجعة إلا بكلام والكلام بها أن تقول : قد راجعتها
Maka tidak sah ruju’ itu kecuali dengan perkataan. Kalimat ruju’ seperti perkataan suami : “Aku telah merujuk padanya”.
- Kitab Majmu’ Syarah Muhadzdzab juz XVII halaman 267 :
وقال مالك وإسحاق : إذا وطئها ونوى به الرجعة كان رجعها وإن لم ينو به الرجعة لم يكن رجعها
Berkata
Malik dan Ishaq : Apabila seseorang menyetubuhi isteri yang ditalak
raj’i dengan niat ruju’ berarti sudah ruju’. Kalau tidak dengan niat
ruju’, berarti belum ruju’.
O. Mahar.
- Al Qur’an Surat An Nisa’ ayat 4 :
وأتوا النساء صدقاتهن نحلة فإن طبن لكم عن شيئ منه نفسا فكلوه هنيئا مريئا
Berikanlah
maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian
dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu
sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah)
pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.
- Kitab Al Bajuri Juz II halaman 118 :
الصداق إسم لمال واجب على الرجل بنكاح أو وطء شبهة أو بموت
Mahar atau maskawin itu ialah harta yang wajib atas laki-laki karena perkawinan atau wati’ syubhat atau kematian.
- Kitab Al Muhadzdzab Juz II halaman 57 :
وإن وقعت فرقة بعد الدخول لم يسقط من الصداق شيء
Apabila terjadi perceraian sesudah dukhul maka mahar tidak gugur (harus dibayar penuh).
- Kitab Bughyatul Mustarsyidin halaman 243 :
دفع لمخطوبته مالا ثمّ ادعى أنه يقصد المهر وأنكرت صدقت هي إن كان الدفع قبل العقد
Seorang
calon suami menyerahkan harta kepada calon isterinya, kemudian dia
menyatakan bahwa penyerahan tersebut sebagai mahar. Apabila calon isteri
mengingkari hal itu sebagai mahar, maka hal itu diterima apabila
ternyata penyerahan harta tersebut terjadi sebelum akad nikah.
- Kitab Al Anwar jilid II halaman 93 :
ولو اختلفا أداء المهر صدقت بيمينها قبل الدخول
Apabila
suami isteri berselisih tentang penyerahan mahar (telah diserahkan atau
belum) maka pengakuan isteri yang dikuatkan dengan sumpahnya diterima
kalau hal itu terjadi sebelum dukhul.
P. Tamkin dan Nusyuz.
- Al Qur’an Surat An Nisa’ ayat 128 :
وإن امرأة خافت من بعلها نشوزا أو إعراضا فلا جناح عليهما أن يصلحا بينهما صلحا. والصلح خير وأحضرت الأنفص الشح. وإن تحسنوا وتتقوا فإن الله كان بما تعملون خبيرا
Dan
jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari
suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanyamengadakan perdamaian yang
sebenar-benarnya. Dan perdamaian itu lebih baik (bagi
mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu
menggauli isterimu dengan baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan
sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.
- Kitab Al Iqna’ juz II halaman 140 :
والنشوز هو الخروج عن الطاعة
Nusyuz itu ialah keluar dari tha’at.
- Kitab Al Iqna’ juz II halaman 144 :
والنشوز يحصل بخروجها من منـزل زوجها بغير إذنه لا إلى القاضى لطلب الحق منه ولا إلى اكتسابها النفقة اذ أعسر بها الزوج ولا إلى استفتاء إذا لم يكن زوجها فقيها ولم يستفت لها ويحصل أيضا بمنعها الزوج من الإستمتاع ولو غير الجماع حيث لا عذر لا منعها له منه تذلّلا ولا الشتم له ولا الإيذاء له باللسان وغيره بل تأثّم به وتستحق التأدب
Nusyuz
itu cukup dengan keluarnya si isteri dari tempat suaminya tanpa izin,
bukan pergi ke Pengadilan untuk menuntut haknya atau pergi mencari
nafkah apabila suaminya miskin, tidak juga minta fatwa, jika suaminya
tidak dapat memberi fatwa. Dianggap nusyuz juga (si isteri) karena
menolak bermesraan, walaupun selain jima’ tanpa alasan yang sah. Tidak
termasuk nusyuz mencegahnya karena menganggap hina dan mengumpatnya, dan
tidak pula menyakitinya dengan lisan atau lainnya, namun dia berdosa
karena sikap tersebut dan berhak mendapat pengajaran.
- Kitab Fathul Wahab juz II hal 63 :
... فمن خرجت عن طاعة زوجها كأن خرجت من مسكنه بغير إذن أو لم تفتح له الباب ليدخل أو لم تمكنه من نفسها لا تستحق قسما كما لا تستحق نفقة وإذا عادت للطاعة لا تستحق قضاء
Siapa
yang keluar dari mentaati suaminya, seperti ia keluar dari rumahnya
tanpa izin suaminya atau ia tidak mau membukakan pintu bagi suaminya,
atau ia tidak mau menyerahkan dirinya, maka ia tidak berhak mendapat
giliran sebagaimana ia tidak berhak mendapat nafkah. Dan kalau ia taat
kembali kepada suaminya, tidak berlaku qadla’ untuk hal tersebut.
- Kitab Bughyatul Mustarsyidin halaman 272 :
وترك إجابته إلى المسكن اللائق بها نشوز
Tidak mau diajak pindah oleh suaminya ke tempat yang layak baginya, adalah nusyuz.
- Kitab Al Mughni, Ibnu Qudamah juz VI halaman 295 :
النشوز أي إمتنعت من فراشه أو خرجت من منـزله بغير إذنه
Nusyuz, yaitu jika seorang perempuan menolak seketiduran dengan suami atau keluar dari rumahnya tanpa seizin suami.
- Kitab Subulus Salam juz III halaman 40 :
فإن طلبت الطلاق نشوز
Jika seorang isteri minta cerai, ia termasuk isteri yang nusyuz.
- Kitab I’anatut thalibin juz IV halaman 60 dan 61 :
يصدق هو بيمينه فى عدم التمكين وهي فى عدم النشوز
Fihak
suami dibenarkan dengan sumpahnya tentang tidak adanya tamkin, sedang
fihak isteri dibenarkan dengan sumpahnya tentang tidak adanya nusyuz.
- Kitab Bughyatul Mustarsyidin halaman 240 :
تصدق المرأة بيمينها في عدم النشوز أي بعد التمكين
Fihak isteri dibenarkan dengan sumpahnya tentang tidak adanya nusyuz (sesudah tamkin).
- Kitab I’anatut thalibin juz IV halaman 82 :
ويحصل النشوز بسفرها بإذنه أيضا ولكن كان سفرها لغرضها أو لغرض أجنبي
ولوسافرت بإذنه لغرضهما معا فمقتضى المرجح عدم السقوط
Dapat
dianggap nusyuz, isteri yang pergi atas kehendaknya sendiri atau
kehendak orang lain, meskipun mendapat izin suami. Dan jika perginya itu
atas kehendak kedua suami isteri, maka kewajiban nafkah tidak gugur.
- Kitab I’anatut thalibin juz IV halaman 85 :
لونشزت
بالخروج من المنـزل فغاب وأطاعت فى غيبته بنحوعودها للمنـزل لم تجب مؤنتها
مادام غائبا فى الأصح الخ (قوله فى الأصح) مقابله يقول مؤنتها تجب لعودها
إلى الطاعة الخ. وقضية قول الشافعى فى القديم أن النفقة تعود عند عودها
بطاعة الخ
Jika
isteri nusyuz dengan keluar dari rumah, lalu si suami pergi, dan waktu
suami masih pergi, isteri kembali taat pulang ke rumah lagi, maka nafkah
tidak wajib selama suami masih pergi, menurut pendapat yang ashah
(lebih sah). Lawan pendapat yang ashah, nafkah jadi wajib lagi setelah
isteri kembali taat, dan pendapat yang terakhir ini sesuai dengan
pendapat Imam Syafi’I menurut qaul qadim.
Q. Nafkah/maskan dan kiswah isteri.
- Al Qur’an surat An Nisa ayat 233 :
وعلى المولودله رزقهن وكسوتهن بالمعروف
Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf.
- Al Qur’an surat Ath Thalaq ayat 7 :
لينفق ذو سعة من سعته ومن قدر عليه رزقه فلينفق مما أتاه الله لا يكلف الله نفسا إلا ما أتاها سيجعل الله بعد عسر يسرا
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rizkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.
- Kitab Syarqowi alat tahrir juz II halaman 308 :
وتسقط النفقة بمضى الزمان إلا نفقة الزوجة بل تصير دينا في ذمته
Semua nafkah menjadi gugur sebab kedaluwarsa, kecuali nafkah isteri, bahkan menjadi hutang yang harus ditanggung suami.
- Kitab Al Muhadzdzab juz II halaman 178 :
إذا وجدت التمكين الموجب للنفقة ولم ينفق حتى مضت مدة زمان صارت
النفقة دينا في ذمته ولا تسقط بمضى الزمان
Tatkala
telah ada tamkin (penyerahan) dari seorang isteri terhadap suaminya
yang mewajibkan nafakah, dan sisuami tidak membayar nafkah itu sampai
lewat batas waktunya, nafkah itu menjadi hutang yang harus ditanggung
suami dan tidak gugur dengan lewatnya waktu.
- Kitab Subul al Salam Juz III halaman 221
عن
حكيم بن معاوية القشيري عن أبيه قال قلت : يا رسول الله ما حقّ زوجة أحدنا
عليه ؟ قال : أن تطعمها إذا أطعمت وتكسوها إذا كسيت (رواه أحمد)
Dari
Hakim Ibnh Mu’awiyah al Qusyairi dari ayahnya, ia berkata : “Ya Rasul
Allah, kewajiban apakah yang dibebankan kepada kami terhadap isteri ?”
Beliau bersabda : “hendaklah engkau memberinya makan apabila engkau
makan, dan memberinya pakaian apabila engkau berpakaian”.
- Kitab Al Bajuri Juz II halaman 189 :
ونفقة الزوجة الممكنة من نفسها واجبة على الزوج …… وهي مقدرة
Nafkah isteri yang tamkin menjadi kewajiban atas suami menurut kadar kemampuannya.
- Kitab I’anatut thalibin juz IV halaman 84 :
وتجب المؤن من حين التسليم
Nafkah itu wajib atas suami sejak isteri menyerahkan dirinya.
- Kitab Al Anwar juz II halaman 226 :
فإن النفقة لا تجب بالعقد بل بالتمكين
Nafkah itu tidak wajib karena aqad, tetapi adalah karena tamkin/penyerahan.
- Kitab Mizanul Kubra juz II halaman 139 :
إنها لا تسقط لخروجها عن النشوز بإذنه لها
Sesungguhnya kewajiban memberi nafkah itu tidak gugur karena keluarnya isteri dengan seizin suami.
- Kitab Al Iqna’ juz II halaman 77 :
إن ما كان تمليك كالنفقة والكسوة والأواني رعي فيه حال الزوج
Sesungguhnya
sesuatu yang menjadi milik isteri, seperti nafkah kiswah dan bejana
(barang-barang pecah belah) disesuaikan dengan kemampuan suami.
- Kitab Bughyatul mustarsyidin halaman 228 :
ولهن عليكم رزقهن وكسوتهن بالمعروف
Dan bagi mereka mempunyai hak nafkah dan pakaian dengan jalan yang baik.
- Kitab Al Muhadzdzab juz II halaman 175 :
وإذا اختلف الزوجان في قبض النفقة فادعى الزوج أنها فبضت وانكرت الزوجة فالقول قولها مع يمينها
Jika
suami isteri berselisih tentang penerimaan nafkah, suami mendakwa bahwa
nafkah telah diterima oleh isteri, sedang si isteri mengingkarinya,
maka yang benar adalah perkataan isteri, disertai sumpahnya. (Ini kalau
tidak ada saksi-saksi).
- Kitab I’anatut thalibin juz IV halaman 61 :
وتصدق هي فيما لواتفقا على التمكين وادعى هونشوزها بعده أو ادعى هو الإنفاق عليها وادعت عدمه
Isteri
dibenarkan belum (diberi nafkah) jika mereka berdua sepakat sudah
tamkin, dan suami menuduh isteri nusyuz (sedang isteri dengan sumpah
menolak tuduhan nusyuz itu).
Maksudnya
: Jika isteri berkata sudah tamkin, dan suami mendakwa belum tamkin dan
nusyuz pula, maka tidak wajib nafkah, karena laki-laki dibenarkan
katanya belum tamkin.
- Kitab I’anatut thalibin juz IV halaman 85 :
فالنفقة أو الكسوة لجميع ما مضى من تلك المدة دين لها عليه لأنها استحق ذلك فى ذمته
Nafkah dan pakaian yang telah lewat dari batas waktunya menjadi hutang suami kepada isterinya yang harus ditanggung/dilunasi.
- Kitab I’anatut thalibin juz IV halaman 81 :
ولو امتنعت من النقلة معه لم تجب النفقة
Apabila isteri menolak untuk pindah tempat bersama suami, maka tidak wajib atas suami untuk memberi nafkah.
R. Nafkah dalam masa ‘iddah.
- Al Qur’an surat Ath Thalaq ayat 6 :
أسكنوهن من حيث سكنتم من وجدكم ولا تضاروهن ليضيقوا عليهن. وإن كنّ أولات حمل فأنفقوا عليهنّ حتى يضعن حملهن فإن أرضعن لكم فأتوهنّ أجورهنّ. وأتمروا بينكم بمعروف. وإن تعاسرتم فسترضع له أخرى
Tempatkanlah
mereka (para isteri) dimana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu
dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan
jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalak) itu sedang hamil, maka
berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika
mereka menyusukan (anak-anak) mu untukmu maka berikanlah kepada mereka
upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu), dengan
baik, dan jika kamu kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak
itu) untuknya.
- Kitab Al Muhadzdzab juz II halaman 176 :
إذا طلق إمرأته بعد الدخول طلاقا رجعيا وجب لها السكنى والنفقة في العدة
Apabila
suami mencerai isteri sesudah dukhul dengan talak raj’i, maka isteri
berhak mendapat tempat tinggal dan nafkah semasa iddah.
- Kitab Al Iqna’ juz II halaman 177 :
ويجب للمعتدة الرجعية السكنى والنفقة
Wajib diberikan kepada perempuan yang mengalami iddah raj’iy yaitu tempat tinggal dan nafkah.
- Kitab Fathul Wahab juz II halaman 137 :
ومؤنة عدة كمؤنة زوجة في تقديرها ووجوبها يوما فيوم
Nafkah isteri dalam masa iddah itu sama dengan nafkah isteri dalam perhitungan dan kewajiban sehari-hari.
- Kitab Al Fiqhu ‘ala Madzahibil Arba’ah juz IV hal 576 :
إن النفقة العدة يجب للزوجة المطلقة رجعيا حرة أو أمة. والمراد بالنفقة ما يشتمل الإطعام أو الكسوة والمسكنة
Sesungguhnya
nafkah iddah itu wajib atas seorang suami untuk isterinya yang ditalak
raj’iy, baik merdeka atau budak. Yang dimaksud dengan nafkah ialah apa
yang berhubungan dengan makanan, pakaian dan tempat tinggal.
- Qalyubi juz IV halaman 85 :
وتجبان
(أى النفقة والكسوة) لحامل لقوله تعالى :" وإن كن أولات حمل فانفقوا عليهن
حتى يضعن حملهن" لها (أى نفسها) بسبب الحمل وفى قول للحمل نفسه
Nafkah
dan pakaian wajib atas suami yang menalak isterinya yang sedang hamil
karena firman Allah : “Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah
ditalak) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya
hingga mereka bersalin” *) hak untuk si isteri dengan sebab
kehamilannya. Dalam qaul yang lain untuk kehamilan dirinya.
*) Surat At Thalaq ayat 6.
S. Mut’ah.
- Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 241 :
وللمطلقات متاع بالمعروف
Kepada wanita-wanita yang diceraikan (hendaklah diberikan oleh suaminya) mut’ah (pemberian) menurut yang ma’ruf.
- Al Qur’an Surat Al Ahzab ayat 49 :
فمتعوهن وسرحوهن سراحا جميلا
Senangkanlah olehmu hati mereka dengan pemberian dan lepaslah mereka secara baik.
- Kitab I’anatut thalibin juz III hal 356 :
تجب عليه لزوجة موطوأة ولو أمة متعة بفراق بغير سببها
Wajib
atas seorang laki-laki/suami memberikan mut’ah kepada wanita/isteri
yang telah disetubuhi, walaupun wanita itu budak, karena ditalak dengan
tidak ada sebab dari wanita tersebut.
- Kitab Syarqawi alat tahrir juz IV halaman 275 :
ويستحب أن لاينقص المتعة عن ثلاثين درهما وأن لا يبلغ نصف المهر فلاحد للواجب بل إن ترضيا بشيء فذاك وإن تنازعا قدرها لاقاضى بإجتهاده معتبرا حالهما
Dan
disukai pemberian mut'ah itu tidak kurang dari tiga puluh dirham dan
tidak sampai seperdua mahar, maka tidak ada batas wajibnya, kalau kedua
belah pihak sama-sama rela dengan mut'ah sesuatu, maka disitulah batas
wajibnya. Dan apabila kedua belah pihak bertikai tentang besarnya mut'ah
maka hakim yang menentukan dengan memandang keduanya.
§ Kitab Bughyatul Mustarsyidin halaman 214 :
وتجب المتعة لموطوءة طلقت بائنا أو رجعيا وانقضت عدتها
Wajib
mut’ah atas suami terhadap isterinya yang telah disetubuhi, baik ia
ditalak ba’in atau raj’iy dan sudah habis masa iddahnya.
- Dr. Wahbah az Zuhaili dalam kitabnya Fiqh Al-Islami wa adillatuhu juz VII halaman 320 :
لتطييب خاطر المرأة وتخفيف ألم الفراق ولإيجاد باعث على العودة إلى الزوجية إن لم تكن البينونة كبرى
Pemberian
mut’ah itu agar isteri terhibur hatinya, dapat mengurangi kepedihan
akibat cerai talak, dan untuk menumbuhkan keinginan rukun kembali
sebagai suami isteri, jika talak itu bukan ba’in kubra.
- Dr. Wahbah az Zuhaili dalam kitabnya Fiqh Al-Islami wa adillatuhu juz VII halaman 532 :
إذا طلق الرجل زوجته وتبين للقاضى أن الزوج متعسف فى طلاقها دون ماسبب معقول وأن الزوجة سيصيبها بذلك بؤس وفاقة جاز للقاضى أن يحكم لها على مطلقها بحسب حاله ودرجة تعسفه بتعويض لايتجاوز مبلغ نفقة ثلاث سنوات لأمثالها فوق نفقة العدة وللقاضى أن يجعل دفع هذا التعويض جملة أوشهريا بسبب مقتضى الحال
Apabila
seorang suami mentalaq isterinya, dan telah jelas bagi hakim bahwa si
suami berbuat sembarangan dalam talaknya tanpa sebab yang masuk akal,
dan dengan perbuatan si suami
itu isteri menderita sengsara, diperbolehkan bagi hakim untuk menetapkan
atas suami kepada isterinya sesuai dengan kemampuan suami dan tingkat
kesengsaraannya, pemberian kerugian tidak lebih dari nafakah selama tiga
tahun sepadan dengan status isteri (dalam kurun waktu) lebih lama dari
pada nafakah masa iddah. Dan hakim dapat menetapkan pembayaran ganti
rugi itu secara kontan atau secara bulanan sesuai dengan kondisi suami.
T. ‘Iddah (masa tunggu).
- Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 228 :
وللمطلقات يتربصن بأنفسهن ثلاثة قروء
Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’.
- Kitab Al Qur’an Surat At Thalaq ayat 4 :
وللائى يئسن من المحيض من نسائكم إن ارتبتم فعدتهن ثلاثة أشهروللائى لم يحضن
Dan
perempuan- perempuan yang putus asa dari haidl diantara
perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), maka
iddah mereka adalah tiga bulan.
- Al Qur’an Surat At Thalaq ayat 4 :
وأولات الأحمال أجلهن أن يضعن حملهن
Dan perempuan yang hamil waktu ‘iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya.
- Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 234 :
والذين يتوفون منكم ويذرون أزواجا يتربصن بأ نفسهن أربعة أشهر وعشرا
Orang-orang
yang meninggal dunia diantaramu dengan meninggalkan isteri-isteri
(hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (beriddah) empat bulan
sepuluh hari.
- Al Qur’an Surat Al Ahzab ayat 49 :
…… ثم طلقتموهن من قبل أن تمسوهن فما لكم عليهن من عدة
..... kemudian kamu ceraikan sebelum kamu mencampurinya maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka iddah bagimu.
- Tafsir Ibnu Katsir juz I halaman 276 :
إن المختلفة عدته عدة المطلقة بثلاثة قروء إن كانت ممن تحيض
Sesungguhnya
perceraian yang bermacam-macam itu iddahnya adalah iddah perempuan yang
ditalak, yaitu tiga kali suci jika perempuan itu masih haid.
U. Nafkah anak.
- Kitab I’anatut thalibin Juz IV halaman 99 :
من له أب وأم فنفقته على أب … أي ولوكان بالغا إستصحابا لما كان في صغره
لعموم خبر هندن السابق
Anak
yang masih mempunyai ayah dan ibu, nafakahnya menjadi kewajiban
ayahnya, maksudnya walaupun anak itu telah baligh, karena istishhab
kepada keadaannya waktu masih kecil dan kepada hadits yang ditujukan
kepada Hindun (isteri Abu Sufyan).
- Kitab Al Umm Juz V halaman 81 :
إنّ على الأب أن يقيم بالمؤنة في إصلاح ولده من رضاع ونفقة وكسوة وخدمة
Ayah
diwajibkan menjamin segala sesuatu untuk kemaslahatan anaknya yang
masih kecil, baik dari segi penyusuannya, nafkahnya, pakaiannya dan
perawatannya.
- Kitab Al Muhadzdzab juz II halaman 166 :
إن رجلا جاء إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقال يا وسول الله عندى دينار فقال أنفقه على نفسك قال عندى أخرفقال أنفقه على ولدك قال عندى أخرفقال أنفقه على أهلك قال عندى أخرقال أنفقه على خادمك قال عندى أخرقال أنت أعلم به
Telah
datang seorang laki-laki menghadap Rasulullah saw. lalu berkata: ‘Aku
punya dinar (uang)’. Rasulullah bersabda: ‘Nafakahkanlah bagi dirimu’.
Laki-laki tadi berkata lagi: ‘Masih ada sisanya’. Rasulullah bersabda:
‘Nafakahkanlah untuk anakmu’. Laki-laki tadi berkata: ‘Masih ada
sisanya’. Rasulullah bersabda: ‘Nafakahkanlah untuk isterimu’. Laki-laki
tadi berkata lagi: ‘Masih ada sisanya’. Rasulullah bersabda:
‘Nafakahkanlah untuk pembantumu’. Laki-laki tadi berkata: ‘Masih ada
sisanya’. Rasulullah akhirnya bersabda: ‘Engkau lebih tahu cara
menggunakannya”.
- Dr. Wahbah Zuhaili dalam kitabnya Fiqh Al-Islami juz VII hal 824 sebagai berikut :
وأما الولد الكبير فلا تجب نفقته على الأب إلا إذا كان عاجزا عن الكسب لأفات … او بسبب طلب العلم
Adapun anak yang sudah besar maka ayah tidak kewajiban memberi nafakah kecuali ia tidak bisa berusaha karena cacat, ……….. atau sebab masih mencari ilmu (kuliah)
- Kitab Al Muhadzdzab juz II halaman 189 :
ومن وجبت عليه نفقته بالقرابة وجبت نفقته على قدر الكفاية ... وإن مضت و لم ينفق على من تلزمه نفقته من الأقارب لم يصر دينا عليه
Barangsiapa
diwajibkan memberi nafkah karena ada hubungan kerabat, maka ia wajib
memberikan nafkah menurut kemampuannya, ... dan bila masanya sudah
berlalu ia tidak memberikan nafkah itu kepada kerabatnya, maka nafkah
itu tidak menjadi hutang baginya.
V. Pemeliharaan anak/Hadlanah.
- Kitab Bajuri juz II halaman 195 :
وإذا فارق الرجل زوجته وله منها ولد فهي أحق بحضانته
Apabila
seorang laki-laki bercerai dengan isterinya, dan dia mempunyai anak
dari perkawinannya dengan isterinya itu, isterinya lebih berhak untuk
memeliharanya.
- Kitab I’anatut thalibin juz IV halaman 101 :
والأولى بالحضانة وهي تربية من لا يستقل إلى التمييز أم لم تتزوج
Yang
lebih utama dalam hal hadlanah yaitu pemeliharaan anak sampai umur
mumayyiz, adalah ibu selama ia belum menikah dengan laki-laki lain.
- Kitab I’anatut thalibin juz IV halaman 102 :
والمميز إن افترق أبواه من النكاح كان عند من اختاره منهما
Dan kalau sudah mumayyiz dimana ayah ibunya telah bercerai, maka hadlanah anak itu berada pada ayahnya atau ibunya yang dipilih diantara keduanya.
- Kitab I’anatut thalibin juz IV halaman 99 :
من له أب وأم فنفقته على أب
Anak yang masih punya bapak dan ibu, maka bapaknyalah yang wajib menafakahinya.
- Kitab Kifayatul Akhyar juz II halaman 94 :
وشرائط الحضانة سبع العقل والحرية والدين والعفة والأمانة والإقامة فى بلد المميز
والخلو من زوج فإن احتل شرط منها أي السبعة فى الأم سقطت حضنتها
Syarat-syarat
hadlanah itu ada tujuh, berakal, merdeka, beragama Islam, menjaga
kehormatan, amanah(dapat dipercaya), tinggal di tempat yang dipilih dan
belum menikah dengan laki-laki lain. Jika tidak terpenuhi salah satu
diantara syarat-syarat tersebut gugurlah hak si ibu untuk memelihara
anaknya.
- Kitab Kifayatul Akhyar juz II halaman 93 :
أن رسول الله ص م أتته إمرأة وقالت يارسول الله إن إبني هذا كان بطني لـه وعاء
ولثديي له سقاء وحجري له حواء وأن أباه طلقني وأراد أن ينـزعه مني . فقال لـها رسول الله ص م أنت أحق به ما لم تنكحي
Bahwasanya Rasulullah telah didatangi seorang wanita, ia berceritera “Ya
Rasulullah, sesungguhnya anak saya ini perut sayalah yang
mengandungnya, air susu sayalah yang diminumnya serta pangkuan sayalah
tempat penjagaannya, sedang ayahnya telah menceraikan saya dan ia
bermaksud memisahkan anakku dari padaku”. Maka sabda Rasulullah saw.
padanya “Engkau lebih berhak terhadap anakmu selama engkau belum kawin”.
- Kitab Bajuri juz II halaman 198 :
العفة والأمانة (العفة … الكسف عما لا يحل ولا يحمد … والأمانة ضد الخيانة)
فلا حضانة لفاسقة (ومن الفاسقة تاركة الصلاة)
Dan
diantara syarat hadlanah yaitu mempunyai sifat ‘iffah dan amanah,
(‘iffah yaitu mencegah diri dari perbuatan tidak halal dan tidak
terpuji, amanah adalah lawan khiyanat), maka tidak ada hak hadlanah bagi
isteri yang fasik(dan sebagian kefasikan itu ialah meninggalkan
shalat).
- Kitab Syarqowi ala at Tahrir juz II halaman 352 :
فيما إذا اجتمعا وتقدم حينئذ أم فأمهاتها وإن علت . فأب فأمهاته وإن علا فالأقرب
من الحواشى
Dalam
hal pemegang hak hadlanah bersama-sama ada, ketika itu didahulukan ibu
dan seterusnya ke atas, kemudian ayah dan seterusnya keatas, baru
keluarga dekat menyamping.
- Hadits Rasulullah saw :
و عن عبد الحميد بن جعفر الأنصارى عن جده أن جده أسلم وأبت امرأته أن
تسلم فجاء بابن له صغير لم يبلغ قال فأجلس النبي صلى الله عليه وسلم الأب
ها هنا والأم ها هنا ثم خيره وقال اللهم اهده فذهب إلى أبيه (رواه أحمد والنسائ)
Dari Abdul Hamid bin
Ja’far Al Anshari dari kakeknya : sesungguhnya kakeknya telah masuk
Islam, sedang neneknya enggan masuk Islam. Maka datanglah kakeknya tersebut membawa anak kecil/belum dewasa. Abdul Hamid bin Ja’far Al Anshari berkata : “maka Nabi mendudukkan ayahnya
di sana dan ibunya di sana. Kemudian menyuruh anak itu untuk memilihnya
dan beliau berdoa : Ya Allah berilah petunjuk kepada anak itu. Maka
pergilah anak itu memilih ayahnya”. Diriwayatkan oleh Ahmad dan An
Nasa’i.
W. Perwalian anak.
- Kitab Ahkamul aulaad halaman 76 :
ولماكانت هذه الولاية ثابتة لعجز المولى عليه عن النظر وتبين المصلحة كانت ثابتة على الصغير والصغيرة وعلى المجنون والمجنونة
Perwalian
dapat ditetapkan karena lemahnya akal/ tidak mampunya menggunakan
pikiran dan menilai kemaslahatan dari orang yang berada di bawah
perwalian, demikian juga terhadap anak-anak dan orang yang sakit
ingatan.
X. Pengangkatan anak.
- Al Qur’an surat Al Ahzab ayat 4 dan 5 yang berbunyi :
ما جعل الله لرجل من قلبين فى جوفه …… وما جعل ادعياءكم أبناءكم ذلكم قولكم بأفواهكم والله يقول الحق وهو يهدى السبيل . أدعوهم لأبائهم هوأقسط عند الله . فإن لم تعلموا أباءهم فإخوانكم فى الدين ومواليكم .
Allah
sekali-kali tidak menjadikan bagi seseoprang dua buah hati dalam
rongganya, dan……………….Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai
anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataanmu
dimulutmu saja. Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan
jalan( yang benar). Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan
(memakai) nama bapak-bapak mereka,
itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui
bapak-bapak mereka maka (panggillah mereka sebagai) saudara-saudaramu
seagama dan maula-maulamu……..
Y. Pengesahan Anak/Penentuan Nasab.
- Kitab Bughyatul Mustarsyidin halaman 155 :
ولا يثبت النسب إلا بالبينة الكاملة وهي رجلان فقط
Dan tidaklah tetap sahnya nasab (keturunan), kecuali dengan bukti yang sempurna, yaitu 2 orang saksi laki-laki.
- Kitab Fiqh Islami wa adillatuhu oleh Dr. Wahbah Az Zuhaili jilid 7 halaman 673 sebagai berikut :
النسب
أقوى الدعائم التي تقوم عليها الأسرة , ويرتبط به أفرادها برباط دائم من
الصلة تقوم على أساس وحدة الدم والجزئية والبعضية فالولد جزء من أبيه والأب
بعض من ولده. ورابطة النسب هي نسيج الأسرة الذي لا تنفصم عراه وهو نعمة
عظمي أنعمها الله على الإنسان إذ لولاها لتفككت أواصر الأسرة وذابت الصلات
بينها ولما بقي أثر من حنان وعطف ورحمة بين أفرادها , لذا امتن الله عز وجل
على الإنسان بالنسب فقال سبحانه :
Nasab
adalah paling kuatnya tiang penyangga keluarga, sebab dengan nasab
terikatlah individu-individu keluarga dengan ikatan yang kekal abadi
dari silaturohim yang berdiri diatas dasar satunya darah, daging dan
tulang-tulang manusia. Maka anak adalah bagian dari ayahnya demikian
pula ayah adalah sebagian dari anaknya. Ikatan nasab adalah laksana
tenunan keluarga yang tidak terputus talinya. Dan nasab adalah nikmat
yang agung yang dianugerahkan Allah swt atas manusia, karena tanpa
adanya ikatan nasab, maka akan terlepaslah ikatan keluarga dan akan
mencairlah ikatan silaturohim. Oleh karena itu Allah swt.
menganugerahkan atas manusia dengan nasab dan berfirman dalam surat 25
Al Furqon ayat 54 :
وهو الذى خلق من الماء بشرا. فجعله نسبا وصهرا وكان ربك قديرا
Dan
Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia
itu (punya) keturunan dan mushoharoh dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.
- Kitab Fiqh Islami wa adillatuhu oleh Dr. Wahbah Az Zuhaili jilid 7 halaman 673 - 674 sebagai berikut :
ومنع الشرع الأباء من إنكار نسب الأولاد وحرم على النساء نسبة ولد إلى غير أبيه الحقيقي فقال صلى الله عليه وسلم :
Bahwa
agama melarang seorang ayah mengingkari anaknya sendiri dan
mengharamkan seorang wanita yang menasabkan anaknya kepada selain
ayahnya yang haqiqi, bersabda Nabi Muhammad saw. :
ايما
امرأة ادخلت على قوم من ليس منهم, فليست من الله فى شيئ ولن يدخلها الله
جنته,وأيمارجل جحدولده وهو ينظر الله احتجب الله تعالىمنه وفضحه على رؤوس
الأولين والأخرين يوم القيامة. (رواه أبودود والنسائ وابن ماجه وابن حبان
والحاكم عن أبى هريرة وهو صحيح).
Setiap
orang perempuan yang memasukkan nasab anaknya pada suatu kaum, padahal
(ia tahu) bahwa anak itu bukan dari golongan kaum tersebut, maka Allah
SWT. tidak bertanggung jawab atas perbuatan perempuan tersebut dan tidak
akan memasukkan ke surgaNya, dan setiap orang laki-laki yang mengingkari anaknya sendiri sedang ia tahu dan menyadari, maka Allah SWT.
Akan menutup darinya dan akan membuka kejelekan-kejelekannya pada hari
Kiamat dimuka pemuka-pemuka Awalin dan Akhirin (dari Abu Hurairah).
- Kitab Fiqh Islami wa adillatuhu oleh Dr. Wahbah Az Zuhaili jilid 7 halaman 674 sebagai berikut :
ومنع الشرع أيضا الأبناء من انتسا بهم إلى غير أبائهم فقال صلى الله عليه وسلم
Agama
juga melarang pada anak-anak yang mengaku-ngaku ada hubungan nasab
dengan selain ayahnya, besabda Hadist Nabi Muhammad saw :
من ادعى الى غير أبيه وهويعلم,فالجنة عليه حرام
Barang
siapa (seorang anak) mengaku-ngaku ada hubungan nasab dengan bukan
ayahnya sendiri, maka haram baginya masuk surga. (Hadist riwayat Ahmad,
Bukhori, Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah dari Abu Hurairah dan dia
Shoheh).
Z. Kewajiban anak terhadap orang tua.
- Al Qur’an Surat Al ‘Ankabut ayat 8 :
ووصينا الإنسان بوالديه حسنا
Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu bapaknya.
- Al Qur’an Surat Luqman ayat 14 :
ووصينا الإنسان بوالديه إحسانا حملته أمه وهنا على وهن وفصاله في عامين أن اشكرلي ولوالديك إليّ المصير
Dan
Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu
bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada
Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada Ku lah kembalimu.
- Hadits Rasulullah saw., dalam Kitab Riyadhus shalihin, Bab Birrul Walidain dan Shilaturrahmi :
عن
أبي عبد الرحمن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال : سألت النبي صلى الله
عليه وسلم : أيّ العمل أحب إلى الله تعالى ؟ قال : الصلاة على وقتها, قلت:
ثمّ أيٌّ ؟ قال : برّ الوالدين, قلت : ثمّ أيٌّ ؟ قال : الجهاد في سبيل الله. (متفق عليه)
Dari
Aburrahman Abdullah bin Mas’ud ia berkata : Saya bertanya kepada Nabi
saw : “Apakah amal yang paling disukai Allah Ta’ala ?” Beliau menjawab :
“Shalat pada waktunya”. Saya bertanya lagi : “Kemudian apa?”. Beliau
menjawab : “Berbuat baik kepada orang tua”. Saya bertanya lagi :
“Kemudian apa ?”. Beliau menjawab : ”Berjuang pada jalan Allah”.(Riwayat
Bukhari Muslim).
- Hadits Rasulullah saw., dalam Kitab Riyadhus shalihin, Bab Birrul Walidain dan Shilaturrahmi :
عن
أبي هريرة رضي الله عنه قال : جاء رجل إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم
فقال : يا رسول الله من أحقّ الناس بحسن صحابتي ؟ قال : أمّك, قال : ثمّ من
؟ قال : أمّك, قال : ثمّ من ؟ قال : أمّك, قال : ثمّ من ؟ قال أبوك. (متفق
عليه)
Dari
Abu Hurairah ra. berkata : Ada seseorang datang kepada Rasulullah saw
dan bertanya : “Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak saya
pergauli dengan sebaik-baiknya ?”. Beliau menjawab : “Ibumu”. Ia
bertanya : “Kemudian siapa ?” Beliau menjawab : “Ibumu”. Ia bertanya :
“Kemudian siapa ?” Beliau menjawab : “Ibumu”. Ia bertanya lagi :
“Kemudian siapa ?” Beliau menjawab : “Ayahmu”. (Riwayat Bukhari Muslim).
AA. Harta Bersama/Gono-gini.
- Al Qur’an Surat An Nisa’ ayat 32 :
ولا
تتمنّوا ما فضل الله به بعضكم على بعض للرجال نصيب مما اكتسبوا وللنساء
نصيب مما اكتسبن واسئلوا الله من فضله إنّ الله كان بكلّ شيئ عليما
Dan
janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebahagian kamu lebih banyak dari pada sebahagian yang lain. (Karena)
bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan,
dan bagi apara wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan,
dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia Nya. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu.
- Kitab Nailul Authar juz VIII halaman 313 :
وأما إذا كان في يد أحدهما فالقول قوله
Apabila harta itu berada pada salah satu pihak, maka yang diterima adalah pengakuan pihak yang memegang harta itu.
- Kitab Bughyatul Mustarsyidin halaman 100 :
إختلط مال الزوجين ولم يعلم أيهما أكثر …… فإن كان في يدهما فلكل تحليف الأخر فم يقسم قسمين
Apabila
harta suami isteri bercampur dan tidak diketahui mana diantara keduanya
yang lebih banyak ………….. kalau harta itu ada di tangan kedua suami
isteri, maka masing-masing dari mereka bersumpah satu sama lain,
kemudian harta tersebut dibagi dua.
- Kitab Fiqh Islami wa adillatuhu jilid 7 halaman 792 :
إذا
عملت الزوجة نهارا أو ليلا خارج المنـزل كالطبيبة والمعلمة والمحامية
والممرضة والصناعة ……… إذا رضي الوزج بخروجها ولم يمنعها من العمل , وجبت
لها النفقة لأن إحتباس الزوجة حق للزوج فله أن يتنازل عنه
Apabila
isteri bekerja siang dan malam di luar rumah seperti menjadi dokter,
guru/ dosen, advokat, perawat dan pekerja/buruh, jika suami ridha dengan
keluarnya isteri dan tidak menghalangi untuk bekerja, maka wajib bagi
si isteri untuk memperoleh nafkah (dari suami), karena mencegah isteri
(untuk bekerja) itu adalah hak suami, dan bagi suami boleh melepaskan
haknya itu.
II. HUKUM KEWARISAN.
A. Waris.
- Al Qur’an Surat an Nisa’ ayat 8 :
وإذا حضر القسمة أولوا القربى واليتامى والمساكين فارزقوهم منه وقولوا لهم قولا معروفا
Dan
apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang
miskin, maka berilah mereka harta dari harta itu dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang baik.
- Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 180 :
كتب عليكم إذا حضر أحدكم الموت إن ترك خيرا الوصية للوالدين والأقربين
بالمعروف حقا على المتقين
Diwajibkan
atasmu, bila kematian merenggut salah seorang dari kamu, jika ia
meningalkan harta peninggalan, berwashiyat kepada kedua orang tua dan
kerabat-kerabat secara adil, sebagai kewajiban bagi orang-orang yang
taqwa.
- Al Qur’an Surat an Nisa’ ayat 12 :
ولكم نصف ما ترك أزواجكم إن لم يكن لهن ولد
Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isteri, jika ia tidak mempunyai anak.
- Al Qur’an Surat an Nisa’ ayat 11 :
فإن كن نساء فوق اثنتين فلهن ثلثا ما ترك
....
maka jika mereka itu perempuan-perempuan lebih dari dua orang, bagi
mereka dua per tiga dari harta peninggalannya ..........
- Al Qur’an Surat an Nisa’ ayat 11 :
يوصيكم الله فى أولادكم للذكر مثل حظ الأنثيين
Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua anak perempuan...
- Al Qur’an Surat An Nisa’ ayat 11 :
فإن كان له إخوة فلأمه السدس
Jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam.
- Al Qur’an Surat An Nisa’ ayat 176 :
وإن كانوا إخوة رجالا ونساء فللذكر مثل حظ الأنثيين
Dan
jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan
perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua
orang saudara perempuan.
- Al Qur’an surat an Nisa ayat 12 :
ولهن الربع مما تركتم إن لم يكن لكم ولد فإن كان لكم ولد فلهن الثمن مما تركتم من بعد وصية توصون بها أو دين
Para
isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak
mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak maka para isteri memperoleh
seperdelapan dari harta peninggalan yang kamu tinggalkan setelah
dipenuhi wasiyat yang kamu buat atau setelah dilunasi hutang.
- Hadits Sabda Rasulullah saw. :
الحقوا الفرائض بأهلها فما بقي فهو لأولى رجل ذكر
Serahkanlah
bagian-bagian harta waris kepada ahlinya yang berhak, maka bagian
selebihnya adalah untuk laki-laki yang lebih dekat kepada simati.
- Hadits Sabda Rasulullah saw. dalam Kitab Bulughul Maram hal .... :
عن
ابن مسعود رضي الله عنه في بنت وبنت إبن وأخت قضى النبي صلى الله عليه
وسلم للإبنة النصف وللإبنة الإبن السدس تكملة الثلثين وما بقي فللأخت
Dari
Ibnu Mas’ud ra. tentang anak perempuan, cucu perempuan dari anak
laki-laki dan saudara perempuan, Nabi saw. memutuskan untuk anak
perempuan setengah, untuk cucu perempuan dari anak laki-laki seperenam
buat menggenapi dua pertiga, adapun sisanya buat saudara perempuan.
(Hadits riwayat Bukhari).
- Kitab I’anatut thalibin juz III halaman 223 :
والتركة ما خلفه الميت مال أوحق
Peninggalan ialah sesuatu yang ditinggalkan si mati baik berupa harta maupun hak.
- Kitab I’anatut thalibin juz IV halaman 275 :
لوادعت … أنها زوجة فلان الميت وطلبت الإرث فيثبت ما داعته برجل وإمرأتين
Pengakuan
tentang status isteri dari orang yang mati, yang menuntut waris dapat
ditetapkan dengan saksi seorang laki-laki dan dua orang wanita.
B. Wasiyat.
- Al Qur’an Surat Al Ma’idah ayat 106 :
يأيها الذين أمنواشهادة بينكم إذا حضر أحدكم الموت حين الوصية ذوا عدل منكم ……
Hai
orang-orang yang beriman, apabila salah seorang kamu menghadapi
kematian, sedang ia akan berwasiat, maka hendaklah (wasiat itu)
disaksikan oleh dua orang yang adil diantara kamu, …...........
- Hadits Nabi dalam masalah wasiat dari Sa’ad bin Abi Waqqash :
الثلث الثلث كثير أو كبير إنك إن تذر ورثتك أغنياء خير من أن تذرهم عالة
يتكففون الناس
Sepertiga,
sepertiga itu banyak dan banyak, kalau engkau meninggalkan ahli warismu
dalam keadaan kaya, lebih baik dari pada meninggalkan mereka dalam
keadaan miskin, yang menengadahkan tangannya kepada manusia;
- Hadits Nabi riwayat Ad Daru Quthny :
لا وصية لوارث إلا أن بجيز الورثة
Tidak ada hak menerima wasiyat bagi orang yang menerima warisan, kecuali para ahli waris membolehkannya.
- Kitab Bajuri juz II halaman 85 :
فإن زاد على الثلث وقف الزائد على إجازة الورثة
Jika washiyat lebih dari sepertiga, maka selebihnya tergantung pada persetujuan ahli waris.
- Kitab Bajuri juz II halaman 86 :
ولا يجوز الوصية لوارث إلا أن يجيزها باقي الورثة
Tidak boleh berwashiyat untuk ahli waris kecuali dengan persetujuan ahli waris lainnya.
- Kitab Tanwirul Qulub halaman 333 :
ولابد لإعتبار الوصية من شاهدي عدل
Menetapkan washiyat harus dengan dua orang saksi yang adil.
C. Hibah.
- Al Qur’an Surat Ali ‘Imran ayat 38 :
قال ربّ هب لي من لدنك ذرّية طيّبة إنك سميع الدعاء
.............
Berkata Zakariya : “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang
anak yang baik, sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do’a”.
- Hadits Sabda Rasulullah saw. dalam Kitab Fiqhus Sunnah juz III halaman 388 :
عن أبي هريرة رضي الله عنه يقول الرسول صلى الله عليه وسلم : تـهادوا تحابوا (رواه البخارى في الأدب المفرد)
Saling memberi hadiahlah kamu, agar kamu saling mencintai.
- Hadits Rasulullah saw. :
سووا بين أولادكم في العطية ولوكنت مفضلا أجدا لفضلت النساء (رواه الطبرانى)
Samakanlah
diantara anak-anakmu dalam pemberian (hibah), seandainya aku boleh
melebihkan diantara anak laki-laki dan perempuan, tentu aku akan
melebihkan anak perempuan. (Diriwayatkan oleh Thabrani).
- Kitab I’anatut thalibin juz III halaman 142 :
الهبة تمليك عين بلا عوض بإيجاب وقبول أي لفظا أو إشارة
Hibah ialah menyerahkan hak milik tanpa imbalan dengan disertai ijab qabul baik berupa ucapan atau isyarat.
- Hadits Rasulullah saw. tersebut dalam Kitab Subulussalam Juz III hal. 86 :
لا يحل لرجل مسلم أن يعطي العطية ثم يرجع فيها ألا الوالد فيما يعطي ولده
(رواه أحمد وصححه الترمذى)
Tidak
halal bagi seorang Muslim menarik kembali sesuatu pemberian kepada
siapapun, kecuali orang tua yang menarik kembali pemberian kepada
anaknya.
- Kitab Al Anwar Juz III halaman 16 :
التبرعات المعلقة بالموت معتبرة من الثلث
Pemberian dari seseorang yang digantungkan dengan kematian diterus kan sepertiganya.
- Kitab Asybah wan Nadhaair halaman 265 :
لا تصح هبة المجهول
Tidak sah hibah yang majhul.
- Kitab Bajuri Juz II halaman 48 :
ولا يصح الهبة إلا بإيجاب وقبول لفظا
Tidak sah hibah kecuali dengan ijab dan qabul yang diucapkan.
- Kitab Al Bajuri Juz II halaman 51 :
يسن
للوالد وإن علا العدل في عطية أولاده بأن يسوي بين الذكور والإناث فيها
وكذا في سائر وجوه الاكرام حتى في التقبيل والبشاشة لخبر البخارى إتقوا
الله واعدلوا بين أولادكم
Sunnat
bagi bapak dan seterusnya ke atas berlaku adil dalam memberikan sesuatu
kepada anak-anak anya dengan menyamaratakan antara laki-laki dan
perempuan. Demikian juga dalam bentuk penghormatan kepada mereka seperti
mencium, bermulut manis sesuai dengan hadits Al Bukhari “Takutlah
kepada Allah dan berlaku adillah terhadap anak-anakmu”.
III. HUKUM PERWAKAFAN.
- Al Qur’an Surat Ali ‘Imran ayat 92 :
لن تنال البرّ حتى تنفقوا ممّا تحبون وما تنفقوا من شيئ فإنّ الله به عليم
Kamu
sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu
nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.
- Hadits Sabda Rasulullah saw. dalam Kitab Fiqhus Sunnah juz III halaman 379 :
عن
أنس رضي الله عنه قال : لما قدم رسول الله صلى الله عليه وسلم المدينة
وأمر ببناء المسجد قال : يا بني النجار, ثامنوني بحائطكم هذا ؟ فقالوا :
واللهِ لا نطلب ثمنه إلاّ إلى الله تعالى أي فأخذه فبناه مسجدأ. (رواه
الثلاثة)
Dari
Anas ra., berkata : Ketika Rasulullah saw datang ke Madinah dan
memerintahkan untuk membangun masjid, beliau bersabda : “Hai Bani
Najjar, berilah harga kebun (tanah) mu ini”. Mereka berkata : “Demi
Allah, kami tidak minta harganya kecuali kepada Allah Ta’ala. Maka
Rasulullah mengambil tanah tersebut dan membangun masjid”.
- Kitab Al Anwar juz I halaman 438.
ومهما شهد الشهود بما سمعوا ثبت الوقف
Apabila
beberapa saksi memberi kesaksian berdasarkan apa yang mereka dengar,
maka ditetapkan wakaf itu berdasarkan kesaksian tersebut.
- Kitab Fiqhus Sunnah juz III halaman 379.
والراجح من مذهب الشافعية ان الملك في رقبة الموقوف ينتقل إلى الله عز وجل فلا يكون ملكا للوقف ولا ملكا للموقوف عليه
Pendapat
yang kuat dari Madzhab Syafi’i, bahwa hak kepemilikan terhadap barang
yang telah diwakafkan beralih menjadi hak Allah ‘azza wa jalla, tidak
lagi menjadi hak wakif maupun maukuf ‘alaih.
- Kitab I’anatut thalibin juz III halaman 158 :
لا يباع أصلها …… إلى قوله ببيع الوقف أي بالإستبدال
Tidak diperbolehkan menjual pokok dari wakaf . . . . . . . menjual wakaf berarti juga menukarnya.
IV. HUKUM ZAKAT, INFAQ SHADAQAH.
A. Zakat.
- Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 276 dan 277 :
يمحق الله الربوا ويربى الصدقات والله يحب كل كفار أثيم إن الذين أمنوا وعملوا الصالحات وأقاموا الصلوة أتوا الزكوة لهم أجرهم عند ربهم ولا خوف عليهم ولا هم يحزنون
Allah
memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai
setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat dosa. Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, mendirikan shalat
dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak
ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
- Al Qur’an Surat At Taubah ayat 103 :
خذ من أموالهم صدقة تطهرهم وتزكيهم بها وصل عليهم إن صلوتك سكن لهم والله سميع عليم
Ambillah
zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka, dan mendo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu menjadi ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha mengetahui.
- Al Qur’an Surat Ar Ruum ayat 39 :
وما أتيتم من ربا ليربوا في أموال الناس فلا يربوا عند الله وما أتيتم من زكوة
تريدون وجه الله فأولئك هم المضعفون
Dan
sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia menambah pada harta
manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah,
maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan
(pahalanya).
- Al Qur’an Surat At Taubah ayat 34 :
والذين يكنـزون الذهب والفضة ولا ينفقونها في سبيل الله فبشرهم بعذاب أليم
Dan
orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya di
jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan
mendapat) siksa yang pedih.
- Al Qur’an Surat At Taubah ayat 60 :
إنما
الصدقات للفقراء والمساكين والعاملين عليها والمؤلفة قلوبـهم و في الرقاب
والغارمين وفي سبيل الله وابن السبيل فريضة من الله والله عليم حكيم
Sesungguhnya
zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
pengurus-pengurus zakat, para mua’allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan
orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang
diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
- Al Qur’an Surat Adz Dzariyaat ayat 19 :
وفي أموالهم حق للسائل والمحروم
Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.
- Hadits Nabi dari Mu’adz bin Jabal, Rasulullah bersabda :
فقال : أدعهم إلى شهادة أنّ
لا إله إلا الله وأني رسول الله فإن هم أطاعوا لذلك فأعلمهم أنّ الله
افترض عليهم خمس صلوات في كل يوم وليلة فإن هم أطاعوا لذلك فأعلمهم أنّ
الله افترض عليهم صدقة في أموالهم تؤخذ من أغنيائهم وترد على فقرائهم
Rasulullah
bersabda kepadanya, ajaklah mereka (penduduk Yaman) untuk mengakui
bahwasanya tiada Tuhan yang wajib disembah selain Allah. Jika mereka
telah mengikutinya, maka beritahu kepada mereka, bahwasanya Allah swt
mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka
telah mengikutinya, maka beritahu pula kepada mereka, bahwasanya Allah
swt mewajibkan kepada harta mereka sedekah (zalat), yang diambil dari
orang kaya mereka dan diberikan kepada orang-orang fakir.
- Hadits Nabi dari Abu Hurairah ra Rasulullah saw. bersabda :
من تصدق بعدل تمرة من كسب طيب ولا يقبل الله إلا الطيب وإن الله يتقبلها
بيمينه ثم يربيها لصاحبه كما يربي أحدكم فلوه حتى تكون مثل الجبل
Barangsiapa
yang bersedekah dengan senilai biji kurma dari hasil usaha yang halal,
dan Allah tidak akan menerima kecuali dari yang baik (halal). Dan
sesungguhnya Allah akan menerima sedekah yang baik dengan tangan kanan
Nya, lalu mengembangkannya buat miliknya, seperti halnya seseorang
diantara kamu mengembangkan anak ternaknya, sehingga hartanya itu akan
menjadi besar seperti sebuah gunung.
- Hadits Nabi saw :
إن الله لا يقبل صدقة عن غلول
Sesengguhnya Allah swt tidak akan menerima sedekah dari harta yang didapat secara tidak sah.
- Hadits Nabi dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw. bersabda :
إذا أديت زكاة ملك فقد قضيت ما عليك (رواه الترمذي)
Apabila engkau telah mengeluarkan zakat harta engkau, maka engkau telah melaksanakan kewajiban.
- Hadits Nabi dari Salim bin Abdillah dari bapaknya, Rasulullah saw. bersabda :
فيما سقت السماء والعيون أو كان عثريا العشر وما سقي بالنضح نصف العشر (رواه البخاري)
Jika
tanaman itu diairi dengan air hujan atau air sungai, maka zakatnya
sepuluh persen. Dan jika mempergunakan alat, maka zakatnya sebesar lima
persen. (HR Al Bukhari).
- Hadits Nabi saw dari Abu Hurairah, beliau bersabda :
ما
من صاحب كنـز لا يؤدي زكاته إلا أحمي عليه في نار جهنم فيجعل صفائح فيكوى
بها جنباه وجبينه حتى يحكم الله بين عباده في يوم كان مقداره خمسين ألف سنة
ثم يرى سبيله إما إلى الجنة وإما إلى النار (رواه مسلم )
Tidaklah
seseorang yang memiliki harta simpanan (emas dan perak) dan tidak
mengeluarkan zakatnya, kecuali harta tersebut akan dipanaskan kelak di
neraka jahanam lalu dijadikan lempengan-lempengan dan diseterikakan pada
punggung dan jidatnya, sampai Allah swt menetapkan keputusan di antara
para hamba-Nya, pada suatu hari yang ukuran waktunya lima puluh ribu
tahun. Kemudian diperlihatkan jalannya, mungkin ke surga atau ke neraka.
(HR Muslim).
- Hadits Nabi dari Samrah bin Jundab, ia menyatakan :
أما بعد : فإن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يأمرنا أن نخرج الصدقة من
الذي نعد للبيع (رواه أبو داود)
Amma
ba’du, sesungguhnya Rasulullah saw telah menyuruh kita semua untuk
mengeluarkan sedekah (zakat) pada setiap komoditas yang kita persiapkan
untuk diperdagangkan. (HR Abu Daud).
- Hadits Nabi saw, beliau bersabda :
في الإبل صدقتها وفي البقر صدقتها وفي الغنم صدقتها وفي البز صدقتها (رواه إبن ماجه)
Di
dalam unta terdapat sedekahnya (zakatnya), di dalam ternak sapi
terdapat sedekahnya (zakatnya), di dalam ternak kambing terdapat
sedekahnya (zakatnya), dan dalam baz terdapat sedekahnya (zakatnya). (HR
Ibnu Majah).
B. Infaq dan Shadaqah.
- Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 261 :
مثل الذين ينفقون أموالهم في سبيل الله كمثل حبة أنبتت سبع سنابيل في كل سنبلة مائة حبة والله يضاعف لمن يشاء والله واسع عليم
Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di
jalan Allah, adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbhkan tujuh
bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
- Al Qur’an Surat Ali ‘Imran ayat 92 :
لن تنالوا البر حتى تنفقوا مما تحبون وما تنفقوا من شيء فإن الله به عليم
- Al Qur’an Surat Al Hadid ayat 7 :
أمنوا بالله ورسوله وأنفقوا مما جعلكم مستخلفين فيه فالذين أمنوا منكم وأنفقوا لهم أجر كبير
Berimanlah
kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu
yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman diantara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.
- Hadits Rasullah saw dari Fathimah binti Qayis :
سألت أو سئل النبي صلى الله عليه وسلم عن الزكاة فقال : إن في المال لحقا سوى الزكاة ثم تلا هذه الأتة التي في سورة البقرة 177.
Nabi
saw ditanya tentang zakat, beliau bersabda : “Sesungguhnya dalam harta
itu ada kewajiban lain di luar zakat”, kemudian Nabi saw membaca Al
Qur’an surah Al Baqarah ayat 177.
- Hadits Nabi saw :
إن الصدقة تطفئ غضب الرب وتدفع ميتة السوء
Sesungguhnya shadaqah itu akan memadamkan kemarahan Tuhan dan menolak jeleknya kematian.
§ Fiqhus Sunnah Juz 3 halaman 318 :
وحقق
هذه القضية صاحب الروضة الندية فقال : من كان له صبر على الفاقة و قلة ذات
اليد فلا بأس بالتصدق بأكثر ماله أو بكله ومن كان يتكفف الناس إذا احتاج
لم يحل له أن يتصدق بجميع ماله ولا بأكثره . وهذا هو وجه الجمع والأحاديث
الدالة على أن مجاوزة الثلث غير مشروعة وبين الأدلة على مشروعته التصدق
بزيادة على الثلث .
Shohibu Roudlotun Nadiyah memerinci sebagai berikut :
- Barang
siapa yang sabar atas kemelaratan yang menimpa (setelah Shodaqoh), maka
tidak apa-apa bersedekah/menyedekahkan sebagian besar hartanya atau
seluruhnya ;
- Tetapi
bagi orang yang setelah sedekah lalu menjadi beban orang lain, ketika
ia butuh makan dan minum, maka orang yang semacam ini tidak halal
baginya bersedekah dengan sebagian besar hartanya apalagi seluruh
hartanya. Cara ini adalah mengompromikan (الجمع) antara beberapa hadist yang seolah-olah bertentangan (ada yang memperbolehkan shodaqoh lebih dari 1/3 ada yang melarang) ;
V. HUKUM EKONOMI SYARI’AH.
- Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 275 :
…… وأحل الله البيع وحرم الربا ……
……. Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba ………..
- Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 280 :
وإن كان ذو عسرة فنظرة إلى ميسرة ….
Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai ia kelapangan …………
- Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 282 :
يا أيها الذين أمنوا إذا تداينتم بدين إلى أجل مسمى فاكتبوه …
Hai orang-orang yang beriman ! Jika kamu melakukan transaksi hutang piutang untuk jangka waktu yang ditentukan, tuliskanlah …….
- Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 283 :
…. فإن أمن بعضكم بعضا فليؤد الذى اؤتمن أمانته وليتق الله ربه ….
……
Maka jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang
dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertaqwa kepada
Allah Tuhannya …….
- Al Qur’an Surat An Nisa’ ayat 29 :
يا أيها الذين أمنوا لا تأكلوا أموالكم بينكم بالباطل إلا أن تكون تجارة عن تراض منكم …
Hai
orang-orang yang beriman ! Janganlah kalian saling memakan (mengambil)
harta sesamamu dengan jalan bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan sukarela diantaramu …….
- Al Qur’an Surat Al Maidah ayat 1 :
يا أيها الذين أمنوا أوفوا بالعقود ……
Hai orang-orang yang beriman ! Penuhilah akad-akad itu ………….
- Al Qur’an Surat Shaad ayat 24 :
…… وإن كثيرا من الخلطاء ليبغي بعضهم على بعض إلا الذين أمنوا وعملوا الصالحات وقليل ماهم ….
…..
dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang bersyarikat itu
sebagian dari mereka berbuat dhalim kepada sebagian lain, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, dan amat
sedikitlah mereka ini ……
- Hadits Nabi dari Abu Sa’id Al Khudhri :
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : إنما البيع عن تراض ( رواه البيهقي وابن ماجه وصححه ابن حبان)
Bahwa
Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan
suka sama suka “ (HR Al Baihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai shahih oleh
Ibnu Hibban).
- Hadits Nabi saw :
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : ثلاث فيهن البركة : البيع إلى أجـل
والمقارضة وخلط البر بالشعير للبيت لا للبيع (رواه ابن ماجه عن صهيب)
Bahwa
Rasulullah saw bersabda : Ada tiga hal yang mengandung berkah, jual
beli tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum
dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual. (HR Ibnu Majah dari Shuhaib).
§ Hadits Nabi riwayat Jama’ah :
مَطْلُ الْغَنِيِّ ظُلْم .... (رواه الجماعة)
Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah suatu kedhaliman ………
- Hadits Nabi saw riwayat Nasa’I, Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahamad dari Syuraid bin Suwaid :
لَيُّ الْوَاجِدِ يُحِلُّ عِرْضَهُ وَعُقُوْبَتَهُ (رواه النسائى و ابو داود وابن ماجه و أحمد)
Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu menghalalkan harga diri dan pemberian sanksi kepadanya. (HR An Nasa’i, Abu dawud, Ibnu Majah dan Ahmad).
- Hadits Nabi dari Zaid bin Aslam :
أنه سئل رسول الله صلى الله عليه وسلم عن العربان فى البيع فأحله (رواه عبد
الرازق)
Rasulullah ditanya tentang ‘urban (uang muka) dalam jual beli, maka beliau menghalalkannya. (HR ‘Abd ar-Raziq)
- Hadits Nabi dari Ibnu Abbas :
كان
سيدنا العباس بن عبد المطلب إذا دفع المال مضاربة إشترط على صاحبه أن لا
يسلك به بحرا ولا ينـزل به واديا ولا يشتري به دابة ذات كبد رطبة فإن فعل
ذلك ضمن فبلغ شرطه رسول الله صلى الله عليه واله وسلم فأجازه (رواه الطبراني في الأوسط عن ابن عباس)
Abbas
bin Abdul Muthallib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia
mensyaratkan kepada mudharibnya agar tidak mengarungi lautan dan tidak
menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika
persyaratan itu dilanggar ia (mudharib) harus menanggung resikonya.
Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah, beliau
membenarkannya. (HR Thabrani dari Ibnu Abbas).
- Hadits Nabi dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda :
إن الله تعالى يقول : أنا ثالث الشريكين ما لم يخن أحدهما صاحبه فإذا خان أحدهما صاحبه خرجت من بينهما (رواه أبو داود وصححه الحاكم)
Allah
swt berfirman : “Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang
bersyarikat selama salah satu pihak tidak mengkhianati pihak yang lain.
Jika salah satu pihak telah berkhianat, Aku keluar dari syarikat mereka.
(HR Abu Dawud yang dishahihkan oleh Al Hakim).
- Hadits Nabi dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda :
من نفس عن مسلم كربة من كرب الدنيا نفس الله عنه كربة من كرب يوم
القيامة ومن يسر على معسر يسر الله عليه في الدنيا والأخرة ومن ستر مسلما
ستره عليه في الدنيا والأخرة والله في عون العبد مادام العبد في عون أخيه (رواه مسلم وأبو داود والترمذي)
Barangsiapa
melonggarkan dari seorang muslim kesempitan di dunia, Allah akan
melonggarkan kesempitan orang itu pada hari kiamat, barang siapa yang
memudahkan atas orang yang kesulitan, Allah akan memudahkan orang itu di
dunia dan akhirat, dan barang siapa menutupi ‘aib seorang muslim maka
Allah akan menutupi aib orang tersebut di dunia dan aklhirat. Allah akan menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya.
- Hadits Nabi dari Ibnu Mas’ud, Rasulullah bersabda :
ما من مسلم يقرض مسلما قرضا مرتين إلا كان كصدقة مرة
Tidaklah seorang muslim memberi pinjaman kepada muslim lain dua kali, kecuali seperti shadaqah satu kali.
- Hadits Nabi dari Anas, Rasulullah bersabda :
رأيت
ليلة أسري بي على باب الجنة مكتوبا: الصدقة بعشر أمثالها والقرض بثمانية
عشرز فقلت يا جبريل ما بال القرض أفضل من الصدقة ؟ قال لأن السائل يسأل
وعنده والمستقرض لا يستقرض إلا من حاجة
Aku
melihat pada malam aku diperjalankan (Isra’) pada pintu surga tertulis :
shadaqah itu pahalanya lipat sepuluh kali dari shadaqahnya, sedangkan
qiradh (pinjaman) pahalanya lipat delapan belas kali dari pinjamannya.
Aku bertanya : “Hai Jibril, bagaimana pinjaman itu lebih utama daripada
shadaqah ?” Jibril menjawab : “Karena orang yang minta, ia minta sesuatu
yang ia telah punya, dan orang yang meminjam, ia tidak akan meminjam
kecuali karena membutuhkan”.
- Wahbah al Zuhaily, al Fiqhu al Islami, cet. IV tahun 1997 juz V/ 3416.
لا
شكَّ في جواز التأمين التعاوني في الإسلام لأنه يدخل في عقود التبرعات,
ومن قبيل التعاون على البر لأن كل مشترك يدفع إشتراكه بطيبِ نفسٍ لتخفيف
اثار المخاطر وترميم الأضرار التي تصيب أحد المشتركين
Tidak
diragukan lagi bahwa asuransi ta’awuni (tolong-menolong) dibolehkan
dalam syari’at Islam, karena hal itu termasuk akad tabarru’ dan sebagai
bentuk tolong-menolong dalam kebaikan karena setiap peserta
membayarkepesertaannya (preminya) secara sukarela untuk meringankan
dampak resiko dan memulihkan kerugian yang dialami salah seorang peserta
asuransi.
- Husain Hamid Hasan , Hukmu al Syari’ah al Islamiyyah fi ‘uquud al Ta’min, Darul I’tisham, 1976.
أن أساس المنع في التأمين هو إشتماله على الغرر الذي نهى الشارع عن الغرر ينطبق على العقود التي يقصد بها المعاوضة
Alasan
pelarangan dalam asuransi (konvensional) adalah karena ia mengandung
(unsur) gharar yang dilarang oleh syari’at. Larangan syari’at terhadap
gharar yang dimaksud di sini adalah pada akad-akad pertukaran
(mu’awadhah).
§ Pendapat Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni juz 5/173 [Beirut:Dar al Fikr, tanpa tahun]:
وإن اشترى أحد الشريكين حصة شريكه منه جاز, لنه يشتري ملك غيره
Jika salah seorang dari dua orang berserikat membeli porsi mitra serikatnya, hukumnya boleh karena ia membeli milik pihak lain.
§ Pendapat Dr. Wahbah al-Zuhaili dalam Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu juz 3/1841:
التعامل بالأسهم جائز شرعا لأن أصحاب الأسهم شركاء في الشركة بنسبة ما يملكون من أسهم
Bermuamalah
dengan (melakukan kegiatan transaksi atas) saham hukumnya boleh, karena
pemilik saham adalah mitra dalam perseroan sesuai dengan saham yang
dimilikinya.
§ Pendapat
para ulama yang menyatakan kbolehan jual beli saham pada
perusahaan-perusahaan yang memiliki bisnis yang mubah, antara lain
dikemukakan oleh Dr. Muhammad ‘Abdul Ghaffar al-Syarif (al-Syarif,
Buhuts Fiqhiyyah Mu’ashirah, [Beirut: Dar Ibn Hazm, 1999], h.78-79); Dr.
Muhammad Yusuf Musa (Musa, al-Islam wa Muskilatuna al-Hadhirah, [t.t :
Silsilah al-Tsaqafah al-Islamiyah, 1958], h.58). Dr. Muhammad Rawas
Qal’ahji, (Qal’ahji, al-Mu’amalat al-Maliyah al-Mu’ashirah fi Dhaw’i
al-Fiqh wa al-Syari’ah, [Beirut: Dar al-Nafa’is, 1999]). Syaikh Dr.
‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz al-Matrak (Al-Matrak, al-Riba wa al-Mu’amalat
al-Mashrafiyyah, [Riyadh: Dar al-‘Ashimah, 1417 H], h. 369-375)
menyatakan:
(الثاني)
أسهم في مؤسسات مباحة كالشركات التجارية المباحة أو المؤسسات الصناعية
المباحة فهذه : المساهمة فيها والمشاركة فيها وبيع أسهمها, إذا كانت الشركة
معروفة أو مشهورة وليس فيها غرر ولا جهالة فاحشة جائزة, لأن السهم جزء من
رأس المال يعود على صاحبه بربح ناشىء من كسب التجارة والصناعة, وهذه حلال
بلا شك
(Jenis
kedua) adalah saham-saham yang terdapat dalam perseroan yang
dibolehkan, seperti perusahaan dagang atau perusahaan manufaktur yang
dibolehkan. Bermusahamah (saling bersaham) dan bersyarikah (kongsi)
dalam perusahaan tersebut serta menjualbelikan sahamnya, jika perusahaan
itu dikenal serta tidak mengandung ketidakpastian dan ketidakjelasan
yang signifikan, hukumnya boleh. Hal itu disebabkan karena saham adalah
bagian dari modal yang dapat memberikan keuntungan kepada pemiliknya
sebagai hasil dari usaha perniagaan dan manufaktur. Hal itu hukumnya
halal, tanpa diragukan.
§ Pendapat para ulama yang membolehkan pengalihan kepemilikan porsi (حصة)
suatu surat berharga selama disepakati dan diizinkan oleh pemilik porsi
lain dari suatu surat berharga (bi-idzni syarikihi). Lihat: Al-Majmu’
Syarh al-Muhazdzab IX/265 dan Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu IV/881.
§ Keputusan Muktamar ke-7 Majma’ Fiqh Islami tahun 1992 di Jeddah:
يجوز بيع السهم, أو رهنه مع مراعاة ما يقتضى به نظام الشركة
Boleh menjual atau menjaminkan saham dengan tetap memperhatikan peraturan yang berlaku pada perseroan.
§ Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, [Damsyiq: Dar al-Fikr, 2004], juz V, h. 3925 :
وأما
الإجماع فما روي عن جماعة من الصحابة أنهم دفعوا مال اليتيم مضاربة ولم
ينكر عليهم أحد فكان إجماعا ( الفقه الإسلام وأدلته لوهب الزحيلى الجزء
الخامس ص : 3925)
“Mengenai
Ijma’, diriwayatkan bahwa sejumlah sahabat menyerahkan harta anak yatim
sebagai mudharabah, dan tidak ada seorang pun mengingkarinya. Oleh
karena itu, hal tersebut adalah ijma’.
§ Pendapat para
ulama, antara lain Ibn Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyah, [al-Qahirah: Dar
al-Hadis, 2004], juz I, h. 141; Muhammad Abd al-Mun’im Abu Zaid, Nahwa
Tathwir al-Mudharabah, [al-Qahirah: Maktabah al-Ma’had al-‘Alami
li-al-Fikr al-Islami, 2000], h. 411.
أنّ
النبي صلى الله عليه وسلم خرج إلى الشام مضارباً بمال السيدة خديجة بنت
خويلد وكان ذلك قبل النبوة ثم حكاه بعدها مقرّرا له (السيرة النبوية لإبن
هشام ص :141 نحو تطوير نظام المضاربة لمحمد عبد المنعم أبي زيد ص : 411 )
“Nabi
shallallahu alaihi wa sallam pergi berniaga sebagai mudharib ke Syam
dengan harta Sayyidah Khadijah binti Khuwailid sebelum menjadi nabi;
setelah menjadi nabi, beliau menceritakan perniagaan tersebut sebagai
penegasan (taqrir).”
§ Muhammad
Abd al-Mun’im Abu Zaid, Nahwa Tathwir al-Mudharabah, [al-Qahirah:
Maktabah al-Ma’had al-‘Alami li-al-Fikr al-Islami, 2000], h. 11.
المضاربة عقد مشروع بلا خلاف بين الفقهاء أماّ دليل هذه المشروعيّة فقد ثبت بالإجماع المُسْتَنَدِ إلى السنة التقريرية (نحو تطوير نظام المضاربة ص :11)
“Mudharabah
adalah akad yang disyari’atkan tanpa ada perbedaan pendapat di kalangan
ahli fiqh. Dalil pensyari’atan tersebut ditetapkan dengan ijma’ yang
didasarkan pada sunnah taqririyah.”
- Ibn Qudamah, al-Mughni, [Kairo: Dar al-Hadis, 2004], juz 6, h. 348).
القسم
الرابع : أن يشترك مالان وبدن صاحب أحدهما , فهذا يجمع شركةً ومضاربةً ,
وهو صحيح . فلو كان بين رجلين ثلاثة الاف درهم , لأحدهما ألف ولأخر ألفان,
فأذن صاحب الألفين لصاجب الألف أن يتصرَّف فيها على أن يكون الربح بينهما
نصفين صحَّ. ويكون لصاحب الألف ثلث الربح بحق ماله, والباقي وهو ثلث الربح
بينهما, لصاحب الفين ثلاثة أرباعه, وللعامل ربعه, وذلك لأنه جُعل له نصف
الربح, فجعلناه ستة أسهُم, منها ثلاثة للعامل, حصّه ماله سهمان وسهم يستحقه
بعمله في مال شريكه, وحصة مال شريكه أربعة أسهم, للعامل سهم وهو الربع ...
إذا دفع إليه ألفا مضاربة, وقال : أضف إليه ألفا من عندك واتَّجرْبها
والربح بيننا, لك ثلثاه ولى ثلثه جاز, وكان شركةً وقراضاً ... ( المغني
لإبن قدامة, القاهرة : دار الحديث, 2004 , ج : 6 , ص : 348)
Bagian
keempat: bermusyarakah dua modal dengan badan (orang) pemilik salah
satu modal tersebut. Bentuk ini meng-gabungkan syirkah dengan
mudharabah; dan hukumnya sah. Apabila di antara dua orang ada 3000 (tiga
ribu) dirham: salah seorang memiliki 1000 dan yang lain m-emiliki 2000,
lalu pemilik modal 2000 mengizinkan kepada pemilik modal 1000 untuk
mengelola seluruh modal dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi dua
antara mereka (50:50), maka hukumnya sah. Pemilik modal 1000 mem-peroleh
1/3 (satu pertiga) keuntungan, sisanya yaitu 2/3 (dua pertiga) dibagi
dua antara mereka: pemilik modal 2000 memperoleh ¾ (tiga perempat)-nya
dan amil (mudharib) memperoleh ¼ (seperempat)-nya; hal ini karena amil
memperoleh ½ (setengah) keuntungan. Oleh karena itu, keuntungan (sisa?)
tersebut kita jadikan 6 (enam) bagian; 3 (tiga) bagian untuk amil,
(yaitu) porsi (keuntungan) modalnya 2 (dua) bagian dan 1 (satu) bagian
ia peroleh sebagai bagian karena ia mengelola modal mitranya; sedangkan
porsi (keuntungan) modal mitranya adalah 4 (empat) bagian, untuk amil 1
(satu) bagian, yaitu ¼ (seperempat)… Jika seseorang (shahib al-mal)
menye-rahkan kepada mudharib seribu sebagai mudharabah, dan ia berkata,
“Tambahkan seribu dari anda, dan perniaga-kanlah modal dua ribu tersebut
dengan ketentuan dibagi antara kita: untuk anda 2/3 (duapertiga) dan
untukku 1/3 (sepertiga),” hal tersebut boleh hukumnya, dan itu adalah
syirkah (musyarakah) dan qiradh (mudharabah).
§ Wahbah al-Zuhaili, al-Mu’amalat al-Maliyyah al-Mu’ashirah, [Dimasyq: Dar al-Fikr, 2002], h. 107.
وللمضارب
أن يُسهِمَ في رأس مال المضارب بإذن ربِّ المال, وتتمُّ قسمةُ الربح بسبب
المشاركة في رأس المال من الطرفين بقدر مال كلِّ منهم , قم يأخذ المضارب
نصيبَه المتفَّقَ عليه عن العمل, وهذه هي المضاربة المشتركة (المعاملات
المالية المعاصرة للدكتور وهبة الزحيلى ص 107)
“Mudharib
(pengelola) boleh menyertakan dana ke dalam akumulasi modal dengan
seizin rabbul mal (pemilik modal yang awal). Keuntungan dibagi (terlebih
duhulu) atas dasar musyarakah (antara mudharib sebagai penyetor
modal/dana dengan shahibul mal) sesuai porsi modal masing-masing.
Kemudian mudharib mengambil porsinya dari keuntungan atas dasar jasa
pengelolaan dana. Hal itu dinamakan mudharabah musytarakah.”
§ Ibn Qudamah, al-Mughni, [Kairo: Dar al-Hadis, 2004], juz 6, h. 468.
ويجوز
التوكيل بجعل وغير جعل, فإن الننبي صلى الله عليه وسلم وكّل أُنَيسًا في
إقامة الحدّ, وعروة في شراء شاة, وأبا رافع في قبول النكاح بعير جعل, وكان
يبعق عُمَّاله لقبض الصدقات ويجعل لهم عمالة
“Akad
taukil (wakalah) boleh dilakukan, baik dengan imbalan maupun tanpa
imbalan. Hal itu karena Nabi shallallahu 'alaihi wa alihi wa sallam
pernah mewakilkan kepada Unais untuk melaksanakan hukuman, kepada Urwah
untuk membeli kambing, dan kepada Abu Rafi’ untuk melakukan qabul nikah,
(semuanya) tanpa memberi-kan imbalan. Nabi pernah juga mengutus para
pegawainya untuk memungut sedekah (zakat) dan beliau memberikan imbalan
kepada mereka.”
§ Pendapat Imam Al-Syaukani, Nail al-Authar, [Kairo: Dar al-Hadits, 2000], j. 4, h. 527 ketika menjelaskan hadis Busr bin Sa’id hadis nomor 3 :
وفيه أيضا دليل على أنَّ من نوى التبرُّع يجوز له أخذ الأجرة بعد ذلك
“Hadis
Busr bin Sa’id tersebut menunjukkan pula bahwa orang yang melakukan
sesuatu dengan niat tabarru’ (semata-mata mencari pahala, dalam hal ini
menjadi wakil) boleh menerima imbalan.”
§ Wahbah al-Zuhaili, al-Mu’amalat al-Maliyyah al-Mu’ashirah, [Dimasyq: Dar al-Fikr, 2002], h. 89
وأجمعت الأمة على جواز الوكالة للحاجة إليها, وتصح بأجر وبغير أجر
“Umat sepakat bahwa wakalah boleh dilakukan karena diperlukan. Wakalah sah dilakukan baik dengan imbalan maupun tanpa imbalan.”
§ Fath al-Qadir, juz 6, h. 2; Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh alIslami wa Adillatuh, [Dimasyq: Dar al-Fikr, 2002], juz 5, h. 4058.
تصح الوكالة بأََجْرٍ وبعير أجر , لأن النبي صلى الله عليه وسلم كان يبعث عماله لقبض الصدقات ويجعل لهم عُمُوْلَةً ... وإذا كانت الوكالة بأجر أي (بِجُعْلٍ) فحكمها حكم الإجارات.
“Wakalah
sah dilakukan baik dengan imbalan maupun tanpa imbalan, hal itu karena
Nabi shallallahu 'alaihi wa alihi wa sallam pernah mengutus para
pegawainya untuk memungut sedekah (zakat) dan beliau memberikan imbalan
kepada mereka… Apabila wakalah dilakukan dengan memberikan imbalan maka
hukumnya sama dengan hukum ijarah.”
§ Ibn Qudamah, al-Mughni, [Kairo: Dar al-Hadis, 2004], juz 6, h. 470.
أذن (الموكِّل) له (الوكيل) في التوكيل فيجوز له ذلك, لأنه عقد أذن له به, فكان له فعله.
“(Jika)
muwakkil mengizinkan wakil untuk mewakilkan (kepada orang lain), maka
hal itu boleh; karena hal tersebut merupakan akad yang telah diizinkan
kepada wakil; oleh karena itu, ia boleh melakukannya (mewakilkan kepada
orang lain).”
§ Ibn Qudamah, al-Mughni, [Kairo: Dar al-Hadis, 2004], juz 6, h. 468.
ويجوز
التوكيل بجعل وغير جعل, فإن الننبي صلى الله عليه وسلم وكّل أُنَيسًا في
إقامة الحدّ, وعروة في شراء شاة, وأبا رافع في قبول النكاح بعير جعل, وكان
يبعق عُمَّاله لقبض الصدقات ويجعل لهم عمالة
“Akad
taukil (wakalah) boleh dilakukan, baik dengan imbalan maupun tanpa
imbalan. Hal itu karena Nabi shallallahu 'alaihi wa alihi wa sallam
pernah mewakilkan kepada Unais untuk melaksanakan hukuman, kepada Urwah
untuk membeli kambing, dan kepada Abu Rafi’ untuk melakukan qabul nikah,
(semuanya) tanpa memberi-kan imbalan. Nabi pernah juga mengutus para
pegawainya untuk memungut sedekah (zakat) dan beliau memberikan imbalan
kepada mereka.”
§ Pendapat Imam Al-Syaukani, Nail al-Authar, [Kairo: Dar al-Hadits, 2000], j. 4, h. 527 ketika menjelaskan hadis Busr bin Sa’id hadis nomor 3 :
وفيه أيضا دليل على أنَّ من نوى التبرُّع يجوز له أخذ الأجرة بعد ذلك
“Hadis
Busr bin Sa’id tersebut menunjukkan pula bahwa orang yang melakukan
sesuatu dengan niat tabarru’ (semata-mata mencari pahala, dalam hal ini
menjadi wakil) boleh menerima imbalan.”
§ Pendapat
para ulama tentang Al-Bai’ (jual-beli) dan mewakilkan dalam jual-beli.
Wahbah Al-Zuhaili dalam al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu (V/4078) berkata
:
وأما التوكيل بالبيع والشراء فيجوز بلا خلاف بين الفقهاء, لأنهما مما يملك الموكل مباشرتهما بنفسه, فيملك التفويض إلى غيره
§ Wahbah al-Zuhaili, al-Mu’amalat al-Maliyyah al-Mu’ashirah, [Dimasyq: Dar al-Fikr, 2002], h. 287.
فالمبلغ
الذي يدفعه المشترك يكون تبرُّعًا منه للشركة, يعان منه المحتاج بحسب
النظام المتفق عليه, والشركة تُقَدِّمُهُ بصفة تبرُّعٍ أو هبةٍ مَحْضَةٍ من
غير مقابل أو عوض
Sejumlah
dana (premi) yang diberikan oleh peserta asuransi adalah tabarru’ (amal
kebajikan) dari peserta kepada (melalui) perusahaan yang digunakan
untuk membantu peserta yang memerlukan berdasarkan ketentuan yang telah
disepakati; dan perusahaan memberikannya (kepada peserta) sebagai
tabarru’ atau hibah murni tanpa imbalan.
§ (Mushthafa
Zarqa’, Nizham al-Ta’min, h. 58-59; Ahmad Sa’id Syaraf al-Din, ‘Uqud
al-Ta’min wa ‘Uqud Dhaman al-Istitsmar, h. 244-147; dan Sa’di Abu Jaib,
al-Ta’min bain al-Hazhr wa al-Ibahah, h. 53).
والتخريج الفقهي لتبادل الإلتزام بالتبرع في عقد التأمين التعاوني أساسه قاعدة الإلتزام بالتبرعات عند المالكية
Analisis
fiqh terhadap kewajiban (peserta) untuk memberikan tabarru’ secara
bergantian dalam akad asuransi ta’awuni adalah “kaidah tentang kewajiban
untuk memberikan tabarru’” dalam mazhab Malik.
§ Ahmad Salim Milhim, al-Ta’min al-Islami, h, 83.
إنَّ
العلاقة القنونية التي تنشأُ بين المستأمنين نتيجةَ عقدِ التأمين
الجماعيِّ تتَّسم بالطابع التبَرُّعيِّ, فكل مستأمن متبرِّعٌ لغيره بما
يستحق عليه من التعويضات التي تُدفع للمتضرِّرين من المستأمنين, وفي الوقت
نفسه هو متبرَّعٌ له بما يأخذ من تعويض عند تضرُّره
Hubungan
hukum yang timbul antara para peserta asuransi sebagai akibat akad
ta’min jama’i (asuransi kolektif) adalah akad tabarru’; setiap peserta
adalah pemberi dana tabarru’ kepada peserta lain yang terkena musibah
berupa ganti rugi (bantuan, klaim) yang menjadi haknya; dan pada saat
yang sama ia pun berhak menerima dana tabarru’ ketika terkena musibah
§ Al-Syairazi, al-Muhadzdzab, juz I Kitab al-Ijarah hal. 3 94:
يجوز
عقد الإجارة على المنافع المباحة ... ولأن الحاجة إلى المنافع كالجاجة إلى
الأعيان, فلما جاز عقد البيع على الأعيان وجب أن يجوز عقد الإجارة على
المنافع
"Boleh
melakukan akad ijarah (sewa menyewa) atas manfaat yang dibolehkan...
karena keperluan terhadap manfaat .sama dengan keperluan terhadap benda.
Oleh karena akad jual heli atas benda dibolehkan, maka sudah seharusnya
boleh pula akad ijarah atas manfaat."
§ Ibnu Qudamah, al-Mughni, VIII /7:
فهي (الإجارة) بيع المنافع, والمنافع بمنزلة الأعيان
"Ijarah adalah jual beli manfaat; dan manfaat berkedudukan sama dengan benda."
§ Ibnu Qudamah, al-Mughni, VIII/54:
ويجوز للمستأجر أن يؤجِّر العينَ المستأجرة إذا قبضها
Penyewa boleh menyewakan benda yang disewa jika ia telah menerima benda tersebut.
§ Imam
al-Nawawi, al-Majmu' Syarah al-Muhadzdzab, XV/308; al-Syarbini, Mughni
al-Muhtaj, II/332; al Dimyathi. l'anah al-Thalihin, 111/108:
... وأن الحاجة إليها (الإجارة) داعية, فليس لكل واحد مركوب ومسكن وخادم فجُوِّزت لذلك كما جوِّزت بيع الأعيان
....
kebutuhan mendorong orang adanya akad ijarah (sewa menyewa), sebab
tidak setiap orang memiliki kendaraan, tempat tinggal dan pelayan
(pekerja). Oleh karena itu ijarah dibolehkan sebagaimana dibolehkan juga
menjual benda.
§ Imam al-Nawawi, al-Majmu' Syarah al-Muhadzdzah, XV, h. 383:
أما غذا أراد المستأجر أن يؤجرها (العين المستأجرة) أخرَ قبل القبض, ففي جواز الإجارة ثلاثة أوجاه :
(أحدها) أنها غير جائزة, كما في المبيع, لا يجوز بيع المبيع قبل القبض, والإجارة كما تقدم كالبيع,
(والثاني)
أن الإجارة جائزة, لأن المعقود عليه هو المنفعة, والمنفعة لا تصير مقبوضة
بقبض المؤجر للعين, فلم يؤثِّر في المنفعة قبض العين.
(والثالث) يجوز إجارتها من المؤجر, لأنها في قبضته, ولا تجوز في غير المؤجر, لأنها ليست في قبضته
Jika
penyewa bermaksud menyewakan benda yang disewa kepada pihak lain
sebelum benda itu diterima, maka kebolehan penyewaan (kedua) tersebut
terdapat tiga pendapat :
1. Tidak
boleh sebagaimana benda yang dibeli, artinya tidak boleh menjual benda
yang dibeli sebelum diterima, sedangkan ijarah (sewa menyewa) sama
dengan jual beli (ba’i) sebagaimana keterangan terdahulu.
2. Penyewaan
(kedua oleh penyewa) hukumnya boleh (sah), karena obyek ijarah adalah
manfaat, sedangkan manfaat tidak dipandang telah diterima hanya dengan
pemberi sewa telah menyerahkan benda yang disewakannya. Oleh karena itu
penyerahan benda tidak menimbulkan pengaruh hukum terhadap manfaat.
3. Boleh
hukumnya menyewakan menyewakan benda yang disewa tersebut kepada
pemberi sewa (pertama), karena benda itu berada pada tangannya, namun
tidak boleh menyewakannya kepada selain pemberi sewa (orang lain),
karena benda itu tidak berada pada tangannya.
§ Ibnu Qudamah, Al-Mughni, VIII/56
ويجوز
للمستأجر إجارة العين بمثل الأجر وزيادةٍ. نصَّ عليه أحمد. وروي ذلك عن
عطاءٍ, والحسن والزهريِّ. وبه قال الشافعيّ وأبو ثور وابن المنذر
Penyewa
boleh menyewakan benda yang disewanya dengan sejumlah bayaran (sewa)
yang sama atau lebih tinggi. Hal tersebut telah ditegaskan oleh Imam
Ahmad. Pendapat yang sama dikemukakan pula oleh ‘Atha’, al Hasan dan al
Zuhri. Demikian juga dikemukakan oleh Imam Syafi’i, Abu Tsaur dan Ibn al
Mundzir.
§ Ibnu Qudamah, al-Mughni, VIII, 113
والعين المستأجرة أمانة في يد المستأجر, إن تَلِفَتْ بغير تفريط لم يَضْمَنْهَا
Benda
yang disewa adalah amanah di tangan penyewa, jika rusak bukan
disebabkan kelalaian, penyewa tidak diminta harus bertanggung jawab
(mengganti).
§ Al-Sayyid Sabiq dalam Fiqh al-Sunnah (Beirut: Dar alFikr, 1983), Juz 3, Cet. Ke-4, h. 208,
ويجوز
للمستأجر أن يؤَجِّر العينَ المستأجرة ... ويجوز له أن يؤَجِّر العينَ
المستأجرة إذ قبضها بمثل ما أجرها به أو أزْيَدَ أو أقلَّ
Penyewa
(musta'jir) boleh menyewakan barang sewaan.... la (penyewa) boleh pula
menyewakan kembali dengan harga yang serupa pada saat ia menyewa, atau
lebih banyak atau lebih sedikit.
§ Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu, Cet.4 Juz 5; h. 3842
إذ
استأجر شخص داراً أو حانوتاَ أو نحوهما من المنازل فله الإنتفاعُ بها حيث
شاء من السكنى بنفسه أو إسكانٍ غيره بالإجارة أم بالإعارة, وله أن يضع فيه
متاع غيره
Jika
seseorang menyewa rumah, toko atau tempat laiannya, ia boleh
memanfaatkannya sesuai dengan kehendaknya, baik ditempati sendiri atau
dengan menempatkan orang lain ke dalamnya melalui akad sewa menyewa atau
dengan cara meminjamkan, ia (penyewa) boleh juga menaruh (memasukkan)
benda orang lain di dalam tempat tersebut.
§ Dr. Ali Muhyiddin Ali al-Qarandaghi, Buhuts fil Iqtishad al-Islami, hal. 352-353:
ويمكن
كذلك إصدارُ صكوكٍ الإجارة العادية (أي غير مُنْتَهِيَةٍ بالتمليك), سواء
كانت إجارةَ الأعيان منقولةً أو غيرَ منقولةٍ أم إجارةً على الأعمال
Demikian
pula dimungkinkan penerbitan Obligasi ljarah biasa (bukan ljarah
Muntahiya Bittamlik) baik ijarah atas barang (a'yan) bergerak maupun
tidak bergerak ataupun ijarah atas jasa tenaga kerja.
§ Pendapat lbnu Qudamah dalam Al-Mughni V/173:
وإن اشترى أحد الشريكين حصة شريكه منه جاز, لنه يشتري ملك غيره
Jika salah seorang dari dua orang berserikat membeli porsi mitra serikatnya, hukumnya boleh karena ia membeli milik pihak lain.
§ Al-Dimyathi, I 'anah al-Thalihin, III/9:
ولا
يبيع الوكيل لنفسه ومولِّـيْه وإن أذِّن له في ذلك وقُدِّرَ له الثمنُ,
خلافا لابن الرفعة ... (قوله خلافا لابن الرفعة) أي في تجويزه لنفسه
ومولِّـيْه ... وكتب السيد عمر البَصْرِيُّ ما نصه : قوله خلافا لابن
الرفعة إلخ كلام ابن الرفعة وجيهٌ جدًّا من حيث المعنى, لكن ترجيحهم مَنْعَ
توكيله للهبَّة من نفسه يردُّه من حيثُ النقلُ
Dan
tidak boleh bagi wakil dan orang yang dibawah pengampuannya (muwalli)
untuk membeli (barang tersebut) bagi dirinya sendiri, meskipun perbuatan
itu telah diizinkan dan ditetapkan harganya. Berbeda dengan pendapat
Ibnu al-Rif'ah, yaitu tentang bolehnya perbuatan tersebut bagi yang
bersangkutan dan orang yang dibawah pengampuannya Sayyid Umar al-Bishri
menulis: "Ucapan Ibnu al-Rif ah...dst, adalah pendapat yang sangat
bagus/bermutu dari segi makna. Meskipun demikian, (jumhur berpendapat)
bahwa yang lebih kuat ialah tentang tidak bolehnya.
§ Dr. Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh wa Adillatuhu, V/4094
وروي
عن الإمام مالك أنه يجوز للوكيل أن يشتري الشيء لنفسه ... وبه يتبيَّنُ
أنَّ الحنفية لا يُجيزون مطلقا بيع الوكيل لنفسه, وأما الجمهور فلا يُجيزون
هذا البيع إلا إن أَذن له الموكِّل بالبيع
Diriwayatkan
dari Imam Malik bahwa wakil tidak boleh membeli sesuatu untuk dirinya.
Dengan demikian nampak jelas bahwa ulama madzhab Hanafi secara mutlak
tidak membolehkan wakil melakukan penjualan untuk (kepada) diri sendiri.
Sementara itu, Jumhur (mayoritas ulama) tidak mermbolehkan cara
penjualan tersebut kecuali pihak yang mewakilkan mengizinkan penjualan
kepada diri sendiri.
§ Munzir Qahf, Mu'alajah al-'Ajz fi al-Mizaniyyah al 'Ammah fi al-Nizham h. 14 dan 16.
ويمكن
إصدارُ صكوكٍ إجارةٍ لقاءَ أصولٍ ثابتةٍ موجودةٍ فعلا, يتمُّ تمليكها
لحاملى الصكوك, واستـئْجارُها منهم, طما يمكن صدورها لقاءَ أصولٍ ثابتةٍ,
تقوم الحكومة بشرائها وكالةً عن حملة الصكوك, ثم استئجارِها بعد ذلك منهم.
Penerbitan
shukuk (obligasi) ijarah dapat dilakukan terhadap (untuk) aktiva
(asset) tetap yang telah ada. Kepemilikan aktiva tersebut beralih ke
pemegang shukuk, dan (karena itu), penyewaan dilakukan dari mereka.
Demikian juga, shukuk ijarah dapat diterbitkan terhadap (untuk) aktiva
tetap di mana pemerintah membeli aktiva tersebut sebagai wakil dari
pemegang shukuk, kemudian menyewanya dari mereka.
أما
إذا كان عرض صكوك الإجارة للجمهور من أجل حديقةٍ عامةٍ لم يكن موجودةً من
قبلُ, فإن الحكومة لا تستطيع أن تستعمل الحصيلة في غير بناء الحديقة, لأنها
إنما تتصرَّف بالمال تصرُّفَالوكيل عن مالكه
Jika
shukuk ijarah ditawarkan kepada publik untuk kepentingan taman umum
yang belum ada (belum dibangun), maka pemerintah tidak dapat menggunakan
dana terkumpul untuk selain pembangunan taman. Hal itu karena
pemerintah dalam penggunaan dana tersebut hanya berstatus sebagai wakil
dari pemiliknya.
§ Kitab I'anah al-Thalibin, jilid 111/77-78 :
(لا
بما سيجب كدين قرضٍ) سيقع ... وذلك كأن قال : أقرِضْ هذا مائةً وأنا
ضامنها, فلا يصحّ ضمانُه لأنه غير ثابت. وقد تقدم للشارح في فضل القرض ذكر
هذه المسألة وأنه يكون ضامنا فيها. وعبارته هناك : ولو قال : أقرِضْ هذا
مائةً ... وأنا لها ضامن فأقرضَه المائة أو بعضها كان ضامنا على الأوجه.
فيكون ما هنا من عدم صحة الضمان منافيا لما مرَّ عنه من أنَّ الأوجهَ
الضمانُ
"(Tidak
sah akad penjaminan [dhaman] terhadap sesuatu yang akan menjadi
kewajiban, seperti hutang dari akad qardh) yang akan dilakukan....
Misalnya ia berkata: `Berilah orang ini hutang sebanyak seratus dan aku
menjaminnya.' Penjaminan tersebut tidak sah, karena hutang orang itu
belum terjadi. Dalam pasal tentang Qardh, pensyarah telah menuturkan
masalah ini --penjaminan terhadap suatu kewajiban (hutang) yang belum
terjadi dan menyatakan bahwa ia sah menjadi penjamin. Redaksi dalam
pasal tersebut adalah sebagai berikut: `Seandainya seseorang berkata,
Berilah orang ini hutang sebanyak seratus dan aku menjaminnya. Kemudian
orang yang diajak bicara memberikan hutang kepada orang dimaksud
sebanyak seratus atau sebagiannya, maka orang tersebut menjadi penjamin
menurut pendapat yang paling kuat (aitjah).' Dengan demikian, pernyataan
pensyarah di sini (dalam pasal tentang dhaman) yang menyatakan dhaman
(terhadap sesuatu yang akan menjadi kewajiban) itu tidak sah
bertentangan dengan pernyataannya sendiri dalam pasal tentang qardh di
atas yang menegaskan bahwa hal tersebut adalah (sah sebagai) dhaman."
§ Kitab Mughni al-Muhtaj, jilid II: 201-202:
(ويشترط في المضمون) وهو الدَّيْنُ...(كونه)
حقاًّ (ثابتا) حالَ العقد, فلا يصح ضمان مالم يجبْ... (وضحّح القديم ضمان
ما سيجب) كثمن ما سيبيعه أو ما سيقرضه, لأن الحاجة قد تدعو إليه
"(Hal
yang dijamin) yaitu hutang (disyaratkan harus berupa hak yang telah
terjadi) pada saat akad. Oleh karena itu, tidak sah menjamin hutang yang
belum menjadi kewajiban... (Qaul qadim --Imam al-Syafl'i-- menyatakan
sah penjaminan terhadap hutang yang akan menjadi kewajiban), seperti
harga barang yang akan dijual atau sesuatu yang akan dihutangkan. Hal
itu karena hajat --kebutuhan orang-- terkadang mendorong adanya
penjaminan tersebut.”
§ Kitab al-Muhadzdzab, juz I Kitab al-Ijarah hal. 394:
يجوز عقدُ الإجارة على المنافع المباحة ... ولأن الحاجة إلى المنافع كالحجة إلى الأعيان, فلما جاز عقد البيع على الأعيان وجب أن يجوز عقد الإجرة على المنافع
"Boleh
melakukan akad ijarah (sewa menyewa) atas manfaat yang dibolehkan...
karena keperluan terhadap manfaat sama dengan keperluan terhadap benda.
Manakala akad jual beli atas benda dibolehkan, maka sudah seharusnya
dibolehkan pula akad ijarah atas manfaat."
§ Kitab Fiqh al-Sunnah jilid 4/221-222 :
والكفالة بالمال هي التي يلتزم فيها الكفيلُ إلتزاماً مالياً
"Kafalah (jaminan) harta yaitu kafil (penjamin) berkewajiban memberikan jaminan dalam bentuk harta."
§ Pendapat
Ibnu Qudamah dalam al-Mughni, juz IV, hlm 342, bahwa penundaan
pembayaran kewajiban dapat menimbulkan kerugian (dharar) dan karenanya
harus dihindarkan; ia menyatakan:
من عليه الدَّيْنُ إذا أراد السفر أو أراد غريْمُه منْعَه نظرنا : فإن كان محِلُّ الدَّيْنِ
قبل محِلِّ قدومه من السفر مثل أن يكون سفرُه إلى الحج لا يقوم إلا في سفر
ودينُه يحِلُّ في الـمُحَرَّم أو ذي الحجة, فله منعه من السفر, لأن عليه
ضرراً في تأخير حقه عند محِلِّه , فإن أقام ضمينا أو دفع رهناً يَفِيْ
بالدَّيْنِ عند المحِلِّ, فله السفر, لأن الضرر يزول بذلك
"Jika
orang berhutang (debitur) bermaksud melakukan perjalanan, atau jika
pihak berpiutang (kreditur) bermaksud melarang debitur (melakukan
perjalanan), perlu kita perhatikan sebagai berikut. Apabila jatuh tempo
hutang ternyata sebelum masa kedatangannya dari perjalanan --misalnya,
perjalanan untuk berhaji di mana debitur masih dalam perjalanan haji
sedangkan jatuh tempo hutang pada bulan Muharram atau Dzulhijjah-- maka
kreditur boleh melarangnya melakukan perjalanan. Hal ini karena ia
(kreditur) akan menderita kerugian (dharar) akibat keterlambatan
(memperoleh) haknya pada saat jatuh tempo. Akan tetapi, apabila debitur
menunjuk penjamin atau menyerahkan jaminan (qadai) yang cukup untuk
membayar hutangnya pada saat jatuh tempo, ia boleh melakukan perjalanan
tersebut, karena dengan demikian, kerugian kreditur dapat dihindarkan."
§ Pendapat Wahbah al-Zuhaili, Nazariyah al-Dhaman, Damsyiq: Dar al-Fikr, 1998:
التعويض : هو تَغْطِيَةُ الضرر الواقع بالتَّعَدِّيْ أو الخطأِ : (87)
الأصل
العام في الضمان أو التعويض : هو إزالة الضرر عَيْناً, كإصلاح الحائط...
أو جَبْرُ المُتْلَفِ وإعادته صحيحا كما كان عند الإمكن كإعادة المسكور
ضحيحا, فإن تعذر ذلك وجب التعويض المِثْلِيُّ أو النَّقْدِيُّ (93)
وأما
ضياع المصالح والخَسَارَةُ المنتظرةُ غير المؤكّدة (أو المُسْتَقْبَلَةُ)
أو الأضرار الأدبية أو المعنوية فلا يعوَّض عنها في أصل الحكم الفقهي, لأن
محل التعويض هو المال الموجود المحقق فعلا والمُتَقَوَّمُ شرعا (96)
"Ta'widh (ganti rugi) adalah menutup kerugian yang terjadi akibat pelanggaran atau kekeliruan" (h. 87).
"Ketentuan umum yang berlaku pada ganti rugi dapat berupa:
(i) menutup kerugian dalam bentuk benda (dharar, bahaya), seperti memperbaiki dinding...
(ii) memperbaiki
benda yang dirusak menjadi utuh kembali seperti semula selama
dimungkinkan, seperti mengembalikan benda yang dipecahkan menjadi utuh
kembali. Apabila hal tersebut sulit dilakukan, maka wajib menggantinya
dengan benda yang sama (sejenis) atau dengan uang" (h. 93).
Sementara
itu, hilangnya keuntungan dan terjadinya kerugian yang belum pasti di
masa akan datang atau kerugian immateriil, maka menurut ketentuan hukum
fiqh hal tersebut tidak dapat diganti (dimintakan ganti rugi). Hal itu
karena obyek ganti rugi adalah harta yang ada dan konkret serta berharga
(diijinkan syariat untuk memanfaatkannya" (h. 96).
§ Pendapat
'Abd al-Hamid Mahmud al-Ba'li, Mafahim Asasiyyah fi al-Bunuk
al-Islamiyah, al-Qahirah: al-Ma'had al-`Alami li-al-Fikr al-Islami,
1996:
ضمان المطل مداره على الضرر الحاصل فعلا من جراء التأخير في السَّداد, وكان الضرر نتيجةً طبيعيةً لعدم السداد (115)
"Ganti
rugi karena penundaan pembayaran oleh orang yang mampu didasarkan pada
kerugian yang terjadi secara riil akibat penundaan pembayaran dan
kerugian itu merupakan akibat logis dari keterlambatan pembayaran
tersebut."
§ Pendapat
ulama yang membolehkan ta'widh sebagaimana dikutip oleh 'Isham Anas
al-Zaftawi, Hukm al-Gharamah al-Maliyah fi al-Fiqh al-Islami,
al-Qahirah: al-Ma'had al `Alami li-al-Fikr al-Islami, 1997:
الضرر يزال حسب قواعد الشريعة, ولا إزالة إلا بالتعويض, ومعاقبةُ المَدِيْن المماطل لا تفيد الدَّائِنَ المضرورَ.
تأخير
أداء الحق يشبه الغصبَ, وينبغي أن يأخذ حكمه, وهو أن الغاصب يضمن منافعَ
المغصوبِ مدَّةَ الغصب عند الجمهور, إلى جنْب ضمانه قيمة المغصوب لو هلك (15-16)
"Kerugian
harus dihilangkan berdasarkan kaidah syari'ah dan kerugian itu tidak
akan hilang kecuali jika diganti; sedangkan penjatuhan sanksi atas
debitur mampu yang menunda-nunda pembayaran tidak akan memberikan
manfaaat bagi kreditur yang dirugikan. Penundaan pembayaran hak sama
dengan ghashab; karena itu, seyogyanya stastus hukumnya pun sama, yaitu
bahwa pelaku ghashab bertanggung jawab atas manfaat benda yang di-ghasab
selama masa ghashab, menurut mayoritas ulama, di samping ia pun harus
menanggung harga (nilai) barang tersebut bila rusak."
VI. DASAR-DASAR PERADILAN
§ Al Qur’an Surat An Nisa’ ayat 58 :
إن الله يأمركم أن تؤدوا الأمانات إلى أهلها وإذا حكمتم بين الناس أن تحكموا بالعدل إن الله نعما يعظكم به إن الله كان سميعا بصيرا
Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya
dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.
- Al Qur’an Surat An Nisa’ ayat 59 :
يأيها الذين أمنوا أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وأولى الأمر منكم فإن تنازعتم في
شيئ فردوه إلى الله والرسول إن كنتم تؤمنون بالله واليوم الأخرذلك خيروأحسن تأويلا
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya) dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikannlah kepada Allah (Al Qur’an)
dan Rasul (sunnah Nya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.
§ Al Qur’an Surat Shaad ayat 26 :
يا داود إنا جعلنا خليفة في الأرض فاحكم بين الناس بالحق ولا تتبع الهوى
Hai
Dawud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu sebagai khalifah (penguasa) di
bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan benar
dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu.
§ Al Qur’an Surat Al Maidah ayat 49 :
وأن احكم بينهم بما أنزل الله إليك
Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah kepadamu.
§ Al Qur’an Surat An Nisa’ ayat 65 :
فلا وربك لا يؤمنون حتى يحكموك فيما شجر بينهم
Maka
demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman, hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan.
§ Hadits Rasulullah Muhammad saw. :
إذا اجتهد الحاكم فأصاب فله أجران وإذا اجتهد فأخطأ فله أجر واحد (رواه البخاري ومسلم)
Apabila
hakim melakukan ijtihad dan ternyata ijtihadnya benar, maka ia
memperoleh dua pahala, dan apabila berijtihad dan ternyata ijtihadnya
keliru, maka ia akan memperoleh satu pahala.
§ Hadits Rasulullah Muhammad saw. :
القضاة ثلاثة إثنان فى النار وواحد فى الجنة رجل عرف الحق فقضى به فهو فى الجنة ورجل عرف الحق فلم يقضى به وجار فى الحكم فهو فى النار ورجل لم يعرف الحق فقضى للناس على جهل فهو فى النار (رواه الأربعة وصححه الحاكم)
Hakim
itu ada tiga macam, dua akan masuk neraka dan satu akan masuk neraka.
Hakim yang memahami kebenaran, lalu ia menghukumi berdasarkan kebenaran
itu, maka ia akan masuk ke surga. Hakim yang memahami kebenaran namun
tidak menghukumi dengan kebenaran itu dan sengaja menyimpang dalam
memutus perkara ia akan masuk neraka. Hakim yang tidak memahami
kebenaran dan ia menghukumi manusia atas kebodohannya ia akan masuk
neraka.
§ Hadits Rasulullah Muhammad saw. :
من جعل قاضيا بين الناس فقد ذبح بغير سكين (رواه الخمسةإلالنسائى)
Barang siapa yang dijadikan hakim di antara manusia, sesungguhnya dia telah disembelih tanpa (menggunakan) pisau.
§ Hadits Rasulullah Muhammad saw. :
عن
أمّ سلمة أنّ النبيّ ص م قال : إنّما أنا بشر مثلكم و إنّكم تختصمون إليّ
ولعلّ بعضكم أن يكون ألحن بحجته من بعض فأقضى بنحو ممّا أسمع , فمن قضيت اه
من حقّ أخيه شيئا فلا يأخذه فإنّما أقطع له قطعة من النار (رواه الجماعة)
Dari
Ummu Salamah, bahwasanya Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya aku hanya
seorang manusia sebagaimana kamu semua, sedang kamu mengajukan perkara
kepadaku, padahal mungkin sebagian kamu lebih tangkas hujjahnya dari
pada sebagian yang lain, kemudian aku memberikan keputusan kepadanya
berdasarkan apa yang aku dengar, apabila aku memberi keputusan dengan
memberikan hak saudaranya, maka janganlah kamu mengambilnya, karena
sesungguhnya aku memotongkan baginya sepotong api neraka”.
VII. HUKUM ACARA.
A. Tugas Hakim.
- Kitab Bidayatul Mujtahid juz II halaman 472, Surat Amirul Mu’minin Umar bib Khaththab kepada Abu Musa Al Asy’ari :
أس بين الناس في مجلسك وفي وجهك وقضائك حتى لا يطمع شريف في حيفك ولا ييأس ضعيف من عدلك
Persamakanlah
manusia di depan majlismu dan dihadapanmu serta di pengadilanmu, agar
para bangsawan tidak thama’ pada kecuranganmu dan orang yang lemah tidak
berputus asa untuk memperoleh keadilan darimu.
- Kitab Al Muhadzdzab juz II halaman 319 :
ولا يجكم إلا بمطالبة المدعى
Hakim tidak boleh memutus perkara kecuali berdasarkan kepada tuntutan penggugat.
- Kitab Al Bajuri juz II halaman 562 :
ولا يسأل وجوبا أى إذا جلس الخصمان بين يدي القاضى لا يسأل المدعى عليه إلا بعد كمال أى بعد فراغ المدعى من الدعوى الصحيجة
Jika
dua pihak yang bersengketa telah duduk di muka hakim, janganlah
tergugat ditanya kecuali sesudah Penggugat selesai mengajukan
gugatannya.
- Kitab Tarsihul Mustafidin halaman 415 :
فإن ولي الأمر إذا شرط على القاضى عدم الحكم في أمر مخصوص أتبع
Sesungguhnya Waliyul amri apabila mensyaratkan atas hakim tidak berwenang menghukumi suatu perkara tertentu harus ditaati.
- Kitab Bughyatul Mustarsyidin halaman 315 :
إن حكم الحاكم فى مسائل الخلاف يرفعه ويصير مجمعا عليه
Keputusan Hakim (yurisprudensi) dapat menghapuskan masalah khilafiyah, sehingga masalah itu menjadi masalah yang disepakati.
B. Gugatan konpensi.
§ Hadits Rasulullah saw. :
لو يعطى الناس بدعواهم لادّعى ناس دماء رجال وأموالهم ولكن اليمين على المدعى عليه (رواه أحمد ومسلم)
Apabila
diberikan kepada manusia gugatan mereka, pastilah manusia akan
menggugat darah orang dan harta mereka, tetapi sumpah itu dibebankan
atas tergugat.
- Hadits Rasulullah (Kitab Subulus Salam juz IV halaman 121) :
عن
أم سلمة قالت قال رسول الله صلى الله عليه وسلم أنكم تختصمون إليّ ولعلّ
بعضكم أن يكون ألحن بحجته من بعض فأقضى بنحو ممّا أسمع. فمن قضيت لـه من حق أخيه شيئا فلا يأخذه فإنما أقطع له قطعة من النار.
Dari
ummi Salamah, ia berkata, telah bersabda Rasulullah saw, :
“Sesungguhnya kamu mengajukan sengketa kepadaku, mungkin sebagian dari
kamu lebih tangkas berdebat dari sebagian yang lain, sedangkan saya
hanya memutuskan berdasarkan apa yang saya dengar. Oleh karena itu
barang siapa yang telah kuberi putusan untuk memperoleh suatu hak dari
orang lain , janganlah mengambilnya, sebab dengan demikian aku telah
memberinya sepotong api neraka.
- Kitab Al Bajuri Juz II halaman 230 :
ويشترط لكل دعوى أن تكون مفصلة بأن يفصل فيه المدعى ما يدعيه
Syarat bagi setiap gugatan harus diajukan secara terperinci, yakni Penggugat harus memerinci tentang apa yang ia gugat.
§ Kitab Fiqhus sunnah juz III halaman 327 :
ولا يثبت الدعوى إلاّ بدليل يستبين به الحقّ ويظهر
Tidak sah gugatan kecuali dengan adanya dalil atau bukti yang jelas tentang hal itu.
- Kitab Fathul Mu’in halaman 141 :
وفي الدعوى بعقد مالي كبيع وهبة ذكر صحته ولا بحتاج إلى تفصيل كما فى النكاح لأنه أحوط حكما منه
Gugatan
mengenai suatu akad benda misalnya mengenai jual beli atau hibah,
disyaratkan untuk menyebutkan kesahan akad tersebut, tidak diperlukan
mengenai rinciannya, sebagaimana dalam gugatan mengenai pernikahan,
karena dalam pernikahan hukumnya ditentukan dengan lebih berhati-hati.
- Kitab Fathul Mu’in halaman 141 :
وفي الدعوى بعقار ذكر جهة محله وحدود أربعة فلا يكفي ذكر ثلاثة منها إذا لم يعلم إلا بأربعة
Gugatan
mengenai benda tetap (tidak bergerak), disyaratkan menyebutkan arah,
letak dan batas-batasnya pada empat arahnya, menyebutkan hanya pada tiga
arah saja tidaklah cukup apabila tidak diketahui keempatnya.
C. Gugatan Rekonvensi.
- Kitab Al Muhadzdzab juz III halaman 327 :
وإذا تداعيا عينا ولأحدهما بينة وهي في يدهما أو في يد أحدهما أو في غيرهما حكم لمن له بينة
Apabila
dua orang saling menggugat barang yang berada di tangan keduanya atau
pada salah satu keduanya, atau berada di tangan orang lain, maka hakim
dapat menetapkan bahwa barang milik pihak yang mempunyai bukti.
- Kitab Kifayatul Akhyar juz II halaman 93 :
إذا تداعيا في يد أحدهما فالقول قول صاحب اليد وإن كان في أيديهما تحالفا زيجعل بينهما
Apabila
dua orang saling menggugat mengenai pemilikan suatu benda, maka yang
dimenangkan adalah yang menguasai barang itu. Apabila keduanya
bersumpah, maka barang itu ditetapkan untuk keduanya.
- Kitab Fathul Mu’in halaman 145 :
ولو ادعى خصمه مسقطا له كأداء له أو إبراء عنه أو شرائه عنه فيحلّف على نفي ما ادعاه الخصم لاحتمال ما يدعيه
Apabila
tergugat melakukan gugatan balik terhadap gugurnya gugatan penggugat,
misalnya menggugat sesuatu yang telah dipenuhi atau penggugat telah
membebaskannya atau telah dibeli dari penggugat, maka penggugat diminta
untuk bersumpah untuk membuktikan kebohongan gugatan balik tersebut,
karena ada kemungkinan gugatan balik tersebut dapat diterima.
D. Wakil/Pemberian Kuasa.
§ Kitab I’anatut Thalibin juz III halaman 84 :
تصح وكالة هي تفويض سخص أمره إلى أخر فى كل عقد كبيع ونكاح وهبة ورهن وطلاق منجز
Seseorang
sah (boleh) mewakilkan, yaitu menyerahkan urusannya kepada orang lain
dalam segala urusan ‘akad seperti jual beli, nikah, hibah, gadai dan
mengucapkan talak secara langsung.
§ Kitab I’anatut Thalibin juz III halaman 84 :
تصح
وكالة فى كل عقد و فسخ كإقالة ورد بعيب .... والدعوى والجواب وإن كره
الحصم . ومذهب الإمام أبى حنيفة رضى الله عنه اشتراط رضا الخصم
Sah
mewakilkan tentang segala urusan akad (perikatan/perjanjian) dan fasakh
(merusak perjanjian) seperti mengurungkan dan menolak (mengembalikan)
karena cacat, dan sah pula mewakilkan gugatan dan jawaban meskipun pihak
lawan tidak suka. Madzhab Imam Abu Hanifah mensyaratkan adanya
keridlaan fihak lawan.
§ Kitab Fiqhus Sunnah juz II halaman 241 :
قال ابن حزم : ومن جعل إلى امرأته أن تطلق نفسها لم يلزمه ذلك ولا تكون
طالقا طلقت نفسها أو لم تطلق لأن الله تعالى جعل الطلاق للرجال لا للنساء
Berkata
Ibnu Hazm : Barangsiapa menyerahkan kepada isterinya untuk menalak
dirinya, tidaklah tetap hal itu dan tidak jatuh talak, baik si isteri
menalak dirinya atau tidak menalak, karena Allah Ta’ala menetapkan talak
itu hak laki-laki/suami bukan perempuan/isteri.
E. Panggilan.
§ Kitab
Ahkamul Qur’an juz III oleh Imam Abi Bakar Ahmad Ar Razy Al Jashshash
halaman 329 Bab Luzumil Ijabah liman du’iya ilal hakim :
من دعي إلى حاكم من حكام المسلمين فلم يجب فهو ظالم لا حق له
Barangsiapa
yang dipanggil oleh Hakim Islam untuk menghadap di persidangan,
sedangkan ia tidak memenuhi panggilan itu, maka ia termasuk orang yang
dhalim dan gugurlah haknya.
§ Kitab Hadits Mu’inul Hukkam halaman 96 :
وعن الحسن أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : من دعي إلى حاكم من حكام
المسلمين فلم يجب فهو ظالم لا حق له
Dari
Al Hasan, Sesungguhnya Nabi saw telah bersabda : “Barangsiapa yang
dipanggil oleh Hakim Islam untuk menghadap di persidangan, sedangkan ia
tidak memenuhi panggilan itu, maka ia termasuk orang yang dhalim dan
gugurlah haknya”.
§ Kitab Minhajut thalibin hal 312 :
وإن امتنع لعذر كمرض وكّل من يخاصم عنه فإن وجب تحليفه بعث القاضى إليه من يحلفه
Jika
tergugat berhalangan karena sakit, hendaklah diwakilkan mengenai
gugatan yang ditujukan kepadanya. Dan apabila ia bersumpah, maka hakim
menirim utusan kepadanya untuk diambil sumpahnya.
F. Pembuktian dengan surat.
§ Kitab Bughyatul Mustarsyidin halaman 313 :
ليس للقاضى أن يقبل الشهادة أو يحكم بمجرد خط من غير بينة
Hakim tidak boleh menerima kesaksian atau memutuskan hukum dengan berpegang pada surat semata-mata, tanpa bukti otentik.
- Kitab Al Qadha-u fil Islam halaman 81 :
فالإقرار الكتابى المقدم في دعوى, إذا لم تطعن فيه المنسوب إليه بعد تقديمه وإخطاره به يكون تسليما
Pengakuan
secara tertulis yang diajukan didepan persidangan , jika tidak ada
pihak yang berkeberatan dan dapat diterima menjadi alat bukti.
G. Pembuktian dengan saksi.
§ Hadits Rasulullah saw. :
البينة على المدعى واليمين على من أنكر
Pembuktian dibebankan atas Penggugat, sedangkan sumpah dibebankan atas orang yang mengingkari gugatan.
- Kitab Al Muhadzdzab Juz II halaman 320 :
فإن لم يكن معه بينة لم يسمع دعواه
Apabila Penggugat tidak mempunyai cukup bukti maka gugatannya ditolak.
§ Kitab Al Bajuri Juz II halaman 356 :
وإن لم يكن له أي المدعى بينة أو له بينة لا تقبل سهادتها فالقول قول المدعى عليه
Jika
Penggugat tidak punya bukti, atau ada alat bukti tetapi tidak dapat
diterima, maka perkataan yang dibenarkan adalah perkataan Tergugat.
§ Kitab Ath Thuruqu ‘lhukmiyah halaman 67 :
بل قد حكم النبي صلى الله عليه وسلم بالشاهد واليمين وبالشاهد فقد
Bahkan Nabi saw pernah memutus perkara dengan satu saksi dan sumpah, dan pernah dengan satu saksi saja.
H. Pembuktian dengan sumpah.
§ Al Qur’an Surat Ali ‘Imran ayat 76 dan 77 :
بلى من أوفى بعهده واتقى فإن الله يحب المتقين. إن الذين يشترون بعهد الله وأيمانهم ثمنا قليلا أولئك لاخلاق لهم في الأخرة ولا يكلمهم الله ولا ينظر إليهم يوم القيامة ولا يزكيهم ولهم عذاب أليم
Sebenarnya
barang siapa yang menepati janji (yang dibuatnya) dan bertaqwa, maka
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa. Sesungguhnya
orang-orang yang menukar janji Allah dan sumpah mereka dengan harga yang
sedikit, mereka itu tidak mendapatkan bahagian (pahala) di akhirat, dan
Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat
kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka.
Bagi mereka azab yang pedih.
§ Kitab Bughyatul Mustarsyidin halaman 274 :
يمين الإستظهار ليست حجة مثبتة لحق المدعى ولا دافعة له وإنما هي شرط لحكم الحاكم على نحو الغائب
Sumpah
istidzhar itu tidak menjadi dasar yang kuat untuk menetapkan hak
penggugat dan tidak merupakan dasar melindunginya. Sumpah tersebut hanya
sebagai syarat penetapan Hakim terhadap orang yang ghaib.
§ Kitab I’anatut Thalibin juz IV halaman 247 :
والبينة حجة قوية لبعدها عن التهمة … واليمين حجة ضعيفة لقربها عن التهمة
Kesaksian
merupakan hujjah yang kuat karena jauh dari kebohongan, ..... sedangkan
sumpah merupakan hujjah yang lemah karena dekat dengan kebohongan.
I. Persangkaan
- Ibnu Qoyyim Al Jauziah dalam Kitabnya At Turuqul Hukmiyah, halaman 4 dan 5 :
والحاكم
اذالم يكن فقيه النفس فىالا مارات ودلائل الحال, ومعرفة شواهده وفى
القرائن الحالية والمقالية, كفقه فىجز ئيات وكليات الاحكام, اضاع حقوقا
كثيرة على اصحابـها وحكم بما يعلم الناس بطلانه, ولا يشكون فيه, اعتمادا
منه على نوع ظاهر, لم يلتفت الى باطنه وقرائن احواله.
Seorang
hakim apabila tidak memahami dengan mendalam akan hakekat (materiil)
tentang tanda-tanda (dalam sangkaan hakim) dan dalil-dalil hal
(dalil-dalil yang bukan hanya formalitas), dan mengetahui pula
syawahidnya (mengkaitkan dengan peristiwa-peristiwa lain) dan
qorinah-qorinah keadaan yang tersirat dan yang tersurat, seperti
memahami betul hukum yang bersifat khusus dan bersifat umum, maka (hakim
yang demikian) akan menyia-nyiakan (mengikuti yang salah, karena
terlalu mudah percaya dengan formalitas) hak-hak orang banyak dengan
mengalahkan pemilik hak tersebut, dan dia akan menghukum dengan sesuatu
yang oleh orang banyak mengetahui bahwa hal itu adalah salah (batal) dan
dia tidak ragu dalam putusannya itu, walaupun hanya berpedoman lahirnya
(formalitasnya saja) tanpa mau tahu pada batinnya atau kebenaran
materiilnya tanda-tanda yang tersirat;
ولاتنس فى هذا الموضوع قول نبى الله سليمان صلى الله عليه وسلم للمرأتين اللتين ادعتا الولد فحكم به دود صلى الله
عليه وسلم للكبيرى فقال سليمان ائتونى بالسكين شقه بينكما فسمحت الكبرى
بذلك وقالت الصغرى لاتفعل يرحمك الله هوابنها فقضى به للصغرى
(Wahai
hakim) janganlah engkau lupa dalam kasus yang semacam ini, pada
putusannya Nabi Sulaiman AS. dalam kasusnya dua perempuan yang sama-sama
mengakui sebagai ibu dari seorang anak. Nabi Dawud AS. (ayahnya Nabi
Sulaiman) memutuskan, bahwa (berdasarkan fakta lahir) anak itu untuk
wanita yang tua, Maka (ketika hal itu mereka adukan ke Nabi Sulaiman
AS.), maka Nabi Sulaiman meminta sebilah pedang untuk membelah anak itu
menjadi dua agar bisa dibagikan kepada kamu berdua. Maka reaksi dari
wanita yang tua sangat senang dan setuju dengan putusan itu, tetapi
reaksi dari perempuan yang satu yaitu yang muda, mengatakan : Wahai
Sulaiman (Yarhamuka Allah) jangan kau lakukan, anak itu memang anaknya
dia (perempuan tua). Maka Nabi Sulaiman AS. pun lalu memberikan putusan
anak itu adalah bagi perempuan yang muda.
J. Pengakuan.
§ Kitab Fiqhus Sunnah juz III halaman 330 :
والإقرار حجة قاصرة لا تتعدى غير المقر . فلو أقرّ على الغير فإنّ إقراره عليه لا يجوز بخلاف البينة فإنّها حجة متعدية إلى الغير
Pengakuan
merupakan hujjah bagi orang yang mengaku, tidak mengenai orang lainnya.
Jika seseorang membuat pengkuan yang mengenai orang lain, maka
pengakuannya atas orang lain itu tidak boleh bertentangan dengan
kesaksian. Sesungguhnya pengakuan itu tidak mengenai orang lain.
§ Kitab Bajuri juz II halaman 334 :
فإن أقر بما أدعى عليه به لزمه ما أقر به ولا يفيده بعد ذلك رجوعه
Apabila
seseorang telah mengakui sesuatu yang didakwakan kepadanya, maka
tetaplah hukum atas sesuatu yang diakuinya itu dan tidak dapat
dibenarkan pencabutan tentang pengakuannya
tersebut .
§ Kitab I’anatu ath Tholibin, Juz IV, halaman 260 :
اذا اقر المدعى عليه ثبت الحق.
Jika tergugat telah mengakui gugatan penggugat, maka kuatlah kebenaran gugatan itu.
§ Kitab Bajuri juz II halaman 4 :
وحق الأدمى لا يصح الرجوع فيه عن الإقرار به
Dan hak manusia apabila telah diikrarkan tidak boleh ditarik kembali.
K. Ingkar.
§ Kitab I’anatut Thalibin juz IV halaman 50 yang berbunyi :
الإنكار بعد الإقرار غير مقبول
Mengingkari sesuatu sesudah pengakuan itu tidak dapat diterima.
§ Kitab Mu’inul Hukkam halaman 65 :
ويشترط
في الإنكار أن يكون صريحا فلا بقبل : ما أظن له عندى شيئا ثمّ إن صرح
بالإنكار فإن القاضى يقول للقائم ألك بينة فإن أتى بها وقبلها تمّ الحكم
وإن فال لا بينة لى يقول لك يمينه
Disyaratkan
dalam ingkar hendaknya secara tegas. Maka tidak diterima ingkar
seseorang yang berkata : “tidak ada sesuatu yanmg disangka penggugat itu
padaku” Kemudian jika ingkar itu telah jelas, kemudian hakim bertanya
kepada penggugat, “apakah engkau mempunyai bukti?” Jika dia mendatangkan
bukti dan hakim menerima pembuktian itu, maka demikianlah keputusan
hakim itu. Apabila penggugat berkata “saya tidak mempunyai bukti” maka
hakim berkata keputusan itu berdasarkan sumpah tergugat.
L. Perdamaian.
§ Al Qur’an Surat Al Hujurat ayat 10 :
إنما المؤمنون إخوة فأصلحوا بين أخويكم واتقواالله لعلكم ترحمون
Sesungguhnya
orang-orang mu’min adalah bersaudara, maka itu damaikanlah antara kedua
saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.
§ Hadits Rasulullah Muhammad saw. dari Amr bin ‘Auf :
الصلح جائز بين المسلمين إلا صلحا حرم حلالا أو أحل حراما والمسلمون على شروطهم إلا شرطاحرم حلالا أو أحل حراما
Antara
kaum Muslimin boleh mengadakan perdamaian, kecuali perdamaian yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram, dan setiap muslim
terikat pada syaratnya (perjanjian yang dibuatnya) masing-masing kecuali
syarat mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram. Hadits riwayat Turmudzi dan hadits ini dishahihkannya.
§ Kitab Fiqhus Sunnah Juz III halaman 306 :
متى تم الصلح أصبح عقدا لازما للمتعاقدين فلا يصح لأحدهما أم يستقل بفسخه بدون رضا الأخر
Apabila
ishlah telah sempurna, ishlah itu merupakan perjanjian yang mengikat
bagi kedua belah pihak (orang yang mengadakan perjanjian), maka tidak
sah bagi salah satu pihak untuk melepaskan diri dari
perjanjian/kesepakatan dengan membatalkannya tanpa kerelaan pihak lain.
M. Persidangan Tergugat Ghoib.
- Kitab I’anatut thalibin juz IV halaman 238 :
القضاء على غائب عن البلد وإن كان في غير عمله أو عن المجلس بتوارى أو تعزز جائز في غير عقوبةالله تعالى إن كان لمدعى حجة
Mengadili
terhadap orang yang ghaib dari daerahnya, walaupun berada di luar
wilayah hukumnya, atau tidak hadir di hadapan Majelis karena orang
tersebut bersembunyi atau membangkang, diperbolehkan, kecuali dalam
perkara pidana, jika penggugat mempunyai bukti.
§ Kitab Al Anwar juz II halaman 55 :
فإن تعزز بتعزز أو توارى أو غيبة جاز إثباته بالبينة
Apabila Tergugat ta’azzuz (membangkang) atau bersembunyi atau gha’ib, Hakim boleh menjatuhkan putusan berdasarkan pembuktian.
§ Kitab Al Anwar juz II halaman 422 :
إن تعذر إحضاره لتواريه أو تعززه جاز سماع الدعوى والبينة الحكم عليه
Apabila
Tergugat sulit dihadirkan karena ia bersembunyi atau membangkang, Hakim
boleh menjatuhkan putusan dengan (berdasarkan) mendengar gugatan
Penggugat.
VII. QAWAIDUL FIQHIYAH.
§ Asybah wan Nadhaair halaman 83 :
تصرف الإمام على الرعية منوط بالمصلحة
Pelayanan/pengurusan pemerintah terhadap rakyatnya itu sesuai dengan kemaslahatan.
§ Qo’idah Fiqhiyah dalam Kitab Asybah wan Nadhaair halaman 62 :
درء المفاسد مقدم على جلب المصالح
Menolak kemafsadatan itu adalah lebih utama dari pada menarik kemaslahatan.
§ Kitab I’anatut Thalibin juz IV halaman 26 :
لأن العبرة في العقود بقول أربابـها ولا عبرة بظن لا مستند له
Bahwa
yang dapat dianggap sah dalam masalah akad adalah berdasarkan
keterangan pihak yang bersangkutan, dan bukan berdasarkan dugaan yang
tidak berdasar.
§ Qo’idah Fiqhiyah :
ما لا يتم الواجب إلا به فهو واجب
Sesuatu yang tidak sempurna sebuah kewajiban kecuali dengan adanya sesuatu itu, maka hukumnya menjadi wajib pula.
§ Qo’idah Fiqhiyah :
الأصل بقاء ما كان على ما كان
Hukum yang terkuat adalah tetapnya apa yang telah ada atas apa yang telah ada.
§ Qo’idah Fiqhiyah :
الضرر يزال
Kemadlaratan itu harus dihilangkan.
§ Qo’idah Fiqhiyah :
الضرورات تبيح المحظورات
Kemadlaratan-kemadlaratan itu membolehkan larangan.
§ Qo’idah Fiqhiyah :
إذا اجتمع الضرر فعليكم بأخف الضررين
Jika bertemu dua kemadlaratan maka hendaklah engkau pilih yang lebih ringan madlaratnya.
§ Qo’idah Fiqhiyah :
البينة حجة متعدية والإقرار حجة قاصرة
Kesaksian merupakan hujjah yang mengenai orang lain sedangkan pengakuan merupakan hujjah bagi si pemberi pengakuan sendiri.
§ Qo’idah Fiqhiyah :
أذا تعارض مفسدتان روعي أعظمهما ضررا بإرتكاب أخفهما
Apabila
berhadapan dua mafsadat, maka diperhatikan mana yang lebih besar
madlaratnya, dengan mengerjakan yang lebih kecil madlaratnya.
§ Qo’idah Fiqhiyah :
أينما وجدت المصلحة فثمَّ حكم الله
Di mana terdapat kemaslahatan, di sana terdapat hukum Allah.
§ Qo’idah Fiqhiyah :
المشقة تجلب التيسير
“Kesulitan dapat menarik kemudahan”
§ Qo’idah Fiqhiyah :
الحاجة قد تنـزل منـزلة الضرورة
“Keperluan dapat menduduki posisi darurat”
§ Qo’idah Fiqhiyah :
الثابت بالعرف كالثابت بالشرع
Sesuatu
yang berlaku berdasarkan adat kebiasaan sama dengan sesuatu yang
berlaku berdasarkan syara’ (selama tidak bertentangan dengan syari’at)
§ Qo’idah Fiqhiyah :
الأصل في المعاملات الإجابة إلا أن يدل دليل على تحريمها
Pada dasarnya, segala bentuh muamalat boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.
§ Kitab Asybah wan Nadhair, hadits Rasulullah saw :
ما خير رسول الله صعم بين أمرين إلا اختار أيسرهما ما لم يكن إثما (رواه الشيخان عن عائشة)
Tidaklah
Rasulullah saw. memilih diantara dua perkara kecuali yang lebih mudah,
selama perkara itu bukan perbuatan dosa. Riwayat Al Bukhari dari Siti
‘Aisyah.
§ Imam Nasa’i dalam kitab Sunannya terhadap kisah putusan Nabi Sulaiman AS. dalam kasus dua perempuan yang sama-sama mengakui sebagai ibu dari seorang anak, menyimpulkan menjadi tiga qaidah :
التوسع للحاكم فى ان يقول للشيء الذى لايفعله, افعل كذا ليستبين به الحق.
Hakim (perdata / pidana) boleh aktif dalam hal menganjurkan pihak untuk melakukan sesuatu yang dia tidak melakukannya. “Berbuatlah begini, agar barang yang haq (benar) menjadi jelas”.
الحكم بخلاف مايعـترف به المحكوم عليه اذا تبين للحاكم من الحق غير ما اعترف به
(Hakim
boleh) memutuskan hukum berbeda dengan pengakuan mahkum alaihi, apabila
hakim menjadi jelas tentang yang haq itu, berbeda dengan apa yang telah
diakui olehnya.
نقض الحاكم ما حكم به غيره ممن هو مثله اواجل منه
Hakim
boleh merusak / membatalkan putusan hakim yang lain yang sederajat atau
yang lebih tinggi darinya (maksudnya tidak sama putusan hakim tersebut
dengan yang sudah-sudah).
Wallahu A'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar