Rabu, 30 September 2015

Begitu Berartinya Dirimu Bagiku

Foto Rizalullah.

Terkadang ketika ia bersama kita,kita melupakannya atau menganggap ia akan selamanya bersama kita.

Namun ketahuilah... kita akan merasa sangat kehilangan,menyesal ketika ia tak lagi menyertai kita,tak lagi bersama kita
Aku,kamu dan kita semua ...

وعن حاتم الأصم أنه قال: أربعة أشياء لا يعرف قدرها إلا أربعة: الشباب لا يعرف قدره إلا الشيوخ، والعافية لا يعرف قدرها إلا أهل البلاء، والصحة لا يعرف قدرها إلا المرضى، والحياة لا يعرف قدرها إلا الموتى

Al-imam Hatim al-ashom berkata:
Ada empat keadaan yang tidak diketahui kadarnya (begitu sangat berartinya) kecuali oleh empat golongan.
1. Masa muda, tidak diketahui nilainya (kelebihannya) kecuali oleh orang yang sudah tua
2. Keselamatan, tidak diketahui nilainya (kelebihannya) kecuali oleh orang yang tertimpa musibah
3. Kesehatan, tidak diketetahui kadarnya (kelebihannya) kecuali oleh orang yang sedang sakit
4. Kehidupan, tidak diketahui kadarnya (kelebihannya) kecuali orang yang sudah mati

*** dinukil dari Nashoihul 'Ibaad halaman 28 (karya syeikh nawawi)

استغفر الله العظيم واتوب اليه من جميع المعاصي والذنوب
اللهم اغفرلي ما قدمت وما اخرت وما اسررت وما اعلنت وما اني اعلم به مني

https://www.facebook.com/ical.rizaldysantrialit/posts/1014219741931714?notif_t=like

Bogor , Rabu 30 sep 2015 M / 16 dzulhijjah 1436

Selasa, 22 September 2015

Kenapa Tanggal 8 Dzulhijjah Dinamakan Hari Tarwiyah?

Tanggal 8 dzulhijjah disebut juga dengan istilah hari tarwiyyah, dan puasa dihari tersebut disebut dengan puasa Tarwiyyah. Pertanyaannya kenapa hari ke 8 Dzulhijjah itu dinamakan sebagai Hari tarwiyyah?
Tarwiyyah (تروية) sendiri dalam bahasa Arab berasal dari Fi’il Rowa-yarwi (روى) yang berarti
(1). menceritakan, meriwayatkan, mengisahkan, menarasikan;
(2). memancarkan, melewatkan, mengantarkan;
(3). mengairi, memberi minum.


Dalam kitabnya “Al-Mughni”, Imam Ibnu Qudamah menjelaskan kenapa sebab dinamakan hari ke 8 Dzulhijjah itu dengan Hari Tarwiyyah. Setidaknya ada 2 alasan kenapa hari itu dinamakan hari tarwiyyah. (AL-Mughni 3/249)

Pertama:
hari ke 8 itu para haji setelah berihrom, mereka menuju Mina untuk bermalam yang nanti keesokan harinya mereka menuju Arofah. Nah ketika di Mina itu para haji (seperti yang dikatakan Ibnu Qudamah) menyiapkan air sebagai bekal untuk berwukuf di Arofah esok! Menyiapkan air diistilahkan dengan Yatarowwauna (يتروون). Karena ini lah hari ke 8 itu dinamakan hari tarwiyyah. Karena kata Yatarowwauna (يتروون) itu mempunyai asal kata yang sama dengan Tarwiyyah.

Kedua:
Di malam hari ke-8 itu Nabi Ibrahim as mendapatkan mimpi pertama kali dari Allah untuk menyembelih anaknya Nabi Ismail as. Ketika mendapat mimpi itu, diriwayatkan bahwa beliau as “bertanya-tanya” kepada dirinya apakah itu mimpi dari Allah atau dari syaithon? “bertanya-tanya” itu diistilahkan dengan bahasa “Yurowwi” (يروي) . dan itu sebab dinamakan hari itu sebagai hari tarwiyyah.

Dan ketika mimpi itu datang untuk kedua kalinya di malam hari Arofah, Nabi Ibrahim akhirnya yakin kalau itu khobar dari Allah swt. Dan yakin berarti adanya pengetahuan, pengetahuan dalam bahasa Arab disebut dengan kata “Arofa” (عرف). Karena itulah hari ke 9 dinamakan hari Arofah (عرفة).

( 2135 ) فصل : فأما يوم عرفة : فهو اليوم التاسع من ذي الحجة ، سمي بذلك ، لأن الوقوف بعرفة فيه . وقيل : سمي يوم عرفة ، لأن إبراهيم عليه السلام أري في المنام ليلة التروية أنه يؤمر بذبح ابنه ، فأصبح يومه يتروى ، هل هذا من الله أو حلم ؟ فسمي يوم التروية ، فلما كانت الليلة الثانية رآه أيضا فأصبح يوم عرفة ، فعرف أنه من الله ، فسمي يوم عرفة . وهو يوم شريف عظيم ، وعيد كريم ، وفضله كبير . وقد صح عن النبي صلى الله عليه وسلم { أن صيامه يكفر سنتين . } ( 2136 )

http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php…


Wallahu A’lam

Baca Juga  http://arh789.blogspot.co.id/2015/06/kisah-nabi-ibrohim-as-kata-yang.html

Minggu, 20 September 2015

Abuya Ahmad Syatiri - Bogor

Abuya Syatiri - Bogor   (Abah KH Ahmad Syatiri)
PPMF Pondok Pesantren Mursyidul Falah. Rumpin-Bogor

نفعنا الله به وبعلومه وامدنا باسراره امين

Kamis, 17 September 2015

Sholawat Jami' Dan Sholawat Fatih


Semoga Allah mudahkan dan berkahkan segala hajat kita, aamiin

اللـهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ، وعلى جـميعِ الأنبياءِ والمرسلينَ والملائكةِ المقربينَ ، وعلى جبريلَ وميكائِيلَ وإسرافيلَ وعزرائيلَ ، وعلى الملائكة أجـمعين ، وعلى أهلِ طاعِتِك أجـمعين ، وعلى أزواجِه الطاهراتِ أمهاتِ المؤمنين ، وعلى أهلِ بيتِهِ الطاهرينَ ، وعلى الصحابةِ والتابعين ، وعلى الأولياءِ والصالحِيْنَ ، وعلى المؤمنين والمسلمين وعلينا معهم وفيهم ، برحمتك يا أرحم الراحـمين

Allohumma sholli wa sallim 'ala sayyidina muhammadin,wa 'ala jami'il anbiya walmursalina wal malaikatil muqorrrobin, wa 'ala jibrila wa mikaila wa isrofila wa azroil, wa 'alal malaikati ajma'in, wa 'ala ahli tho'atika ajma'in, wa 'ala azwajika ath-thohiroti ummahatil mu`minin, wa 'ala ahli baitihi ath-thohirin, wa 'ala shohabati wat-tabi'in, wa 'alal auliya-ish sholihin, wa 'alal mu`minina wal muslimina wa 'alaina ma'ahum wa fihim birohmatika ya arhamar rohimin.aamiin

“Ya Allah, limpahkanlah kesejahtraan dan keselamatan yang sempurna atas junjungan kami Nabi Muhammad SAW, dan atas para nabi dan para rosul serta seluruh malaikat muqorrobin ('alaihimus salam), dan atas malaikat jibril,malaikat mikail malaikat isrofil dan malaikat izroil ('alaihimus salam)., dan atas seluruh malaikat, dan atas seluruh hamba yang ahli tho'at kepadaMu, dan atas semua isteri-isteri Nabi yang suci yang menjadi ummahatil mu`minin, dan atas ahli bait Nabi yang suci, dan atas para sahabatnya dan para tabi'in, dan atas seluruh wali Allah dan para sholihin, dan atas seluruh orang mu`min dan muslim, semoga kami bersama mereka dan masuk dalam golongannya, dengan rahmatMu wahai dzat yang maha welas asih, aamiin".

اللَّهُمَ صَلِّ عَلَى سَيـِـدِنـَا مُحَمَّدٍ الفـَـاتـِحِ لِمَا أُغـْـلِقَ . وَالخــَـاتــِـمِ لِمَا سـَـبـَـقَ نَاصِرِ الْحَقِ بِالْحَقِ وَالهـَـادِي إلىَ صِراطِكَ المُسْـتَـَقـِـيمِ. وَعَلىَ آلِهِ حَــقَّ قــَـدْرِهِ وَمِقـْـدَارِهِ العـَـظـِـيــم

Allohumma sholli 'ala sayyidinaa muhammadinil faatihi limaa ughliqo, wal khootimi limaa sabaqo, naashiril haqqi bilhaqqi, wal haadi ila shirothikal mustaqimi, wa 'ala aalihi haqqo qodrihi wa miqdaarihil azhiim

santrialit, Kamis 3 Dzulhijjah 1436 H

Selasa, 15 September 2015

Ziaroh Qubur Dalam Pandangan Wahaby , SALAH MEMAHAMI HADITS

Bismillahir Rohmaanir Rohiim



Berikut kutipan dari page sebelah

Dzulqarnain M. Sunusi

Intisari Tauhid [71]

LARANGAN ZIARAH KUBURAN SECARA RUTIN

Dari Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhû, beliau berkata: Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
(لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قُبُورًا، وَلَا تَجْعَلُوا قَبْرِي عِيدًا، وَصَلُّوا عَليَّ، فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ تَبْلُغُنِي حَيْثُ كُنْتُمْ) رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ وَرُوَاتُهُ ثِقَاتٌ.
“Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan, dan janganlah kalian menjadikan kuburanku sebagai tempat perayaan. Bershalawatlah kepadaku karena sesungguhnya shalawat kalian akan sampai kepadaku di manapun kalian berada.”
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad yang hasan dan para perawinya tsiqah.

Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam melarang dari ditelantarkannya rumah dari pelaksanaan shalat-shalat nafilah, doa dan bacaan Al-Qur`an padanya, sehingga keadaannya seperti kuburan. Karena larangan melakukan shalat di kuburan telah tetap pada diri mereka, sehingga merekapun dilarang untuk menjadikan rumah-rumah mereka seperti itu.
Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam juga melarang dari berulang-ulangnya melakukan ziarah terhadap kubur beliau dan berkumpul padanya secara rutin dalam rangka berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah, karena hal itu merupakan sarana yang mengantarkan kepada kesyirikan.
Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar mencukupkan diri dengan memperbanyak shalawat dan salam kepada beliau di manapun mereka berada karena shalawat dan salam mereka akan sampai kepada Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam, baik yang diucapkan dari tempat yang jauh maupun dari tempat yang dekat, sehingga tidak perlu datang mendekat kepada kubur Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam (untuk mengucapkan shalawat dan salam).
Hadits ini memutuskan materi kesyirikan dan menutup semua jalan yang mengantarkan kepadanya, bahwa hadits ini melarang untuk shalat di sisi kuburan dan melarang untuk berkumpul di kuburan serta mendatangi kuburan secara rutin, karena hal tersebut merupakan sarana yang mengantarkan kepada kesyirikan.

Faedah Hadits
1. Menutup semua jalan yang mengantarkan kepada kesyirikan, berupa pelaksanaan shalat di sisi kuburan, bersikap ghulûw terhadap kuburan dan menjadikan kuburan sebagai tempat untuk berkumpul dan bersantai yang secara rutin padanya terdapat ziarah-ziarah khusus.
2. Menunjukkan disyariatkannya mengucapkan shalawat dan salam kepada Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam pada semua tempat di atas muka bumi.
3. Menjelaskan tidak adanya keistimewaan bagi orang yang jaraknya berdekatan dengan kubur Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam.
4. Menunjukkan larangan untuk bepergian jauh dengan maksud menziarahi kuburan Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam.
5. Penjagaan Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam terhadap sisi-sisi tauhid.

[Diringkas dari Kitab Penjelasan Ringkas Kitab Tauhid karya Syaikh Shalih Al-Fauzan]
===================================

ASWAJA silahkan fahami hadits tersebut di atas dengan penafsiran ULAMA MUHADDITSIN MU'TABAROH




Isi link No.3
>> Sa_al (Rizalullah santrialit)

Ada golongan yang memahami hadits tsb sebagai larangan membaca alqur'an dipekuburan.
Namun coba kita lihat syarah hadits yang dikemukakan ulama ahli hadits,maksud dari hadits tsb bukan seperti yang mereka fahami.
Beberapa redaksi hadits terkait :
عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاحٍ ، عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِيِّ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم:لاَ تَتَّخِذُوا بُيُوتَكُمْ قُبُورًا ، صَلُّوا فِيهَا ، وَمَنْ فَطَّرَ صَائِمًا ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ الصَّائِمِ ، فِي أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْءٌ ، وَمَنْ جَهَّزَ غَازِيًا فِي سَبِيلِ اللهِ ، أَوْ خَلَفَهُ فِي أَهْلِهِ ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ الْغَازِي ، فِي أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الْغَازِي شَيْءٌ.

عَنْ نَافِعٌ عَنِ ابْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ:اجْعَلُوا فِى بُيُوتِكُمْ مِنْ صَلاَتِكُمْ ، وَلاَ تَتَّخِذُوهَا قُبُورًا.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم:لاَ تَتَّخِذُوا قَبْرِي عِيدًا ، وَلاَ تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قُبُورًا ، وَحَيْثُمَا كُنْتُمْ فَصَلُّوا عَلَيَّ ، فَإِنَّ صَلاَتَكُمْ تَبْلُغُنِي.

عَنْ أَبِي صَالِحٍ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم ، قَالَ:لاَ تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَفِرُّ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِي يُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ.
- وفي رواية : لاَ تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ ، وَإِنَّ الْبَيْتَ الَّذِي يُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ لاَ يَدْخُلُهُ الشَّيْطَانُ.
- وفي رواية : لا تَتَّخِذُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ ، صَلُّوا فِيهَا ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لِيَفِرُّ مِنَ الْبَيْتِ يَسْمَعُ سُورَةَ الْبَقَرَةِ تُقْرَأُ فِيهِ.
- لفظ ابن أَبي شَيْبَة : لاَ تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قُبُورًا.

عَنْ عُرْوَةَ ، عَنْ عَائِشَةَ ؛انَّ رَسُولَ الله ، صلى الله عليه وسلم كَانَ يقَُولُ: اجْعَلُوا مِنْ صَلاتِكُمْ فِي بُيُوتِكُمْ وَلاتَجْعَلُوهَا عَلَيْكُمْ قُبُورا.

Hadist yang diriwayat oleh shahabat Nafi’ , abu Huroiroh, zaid bin kholid, dan sayyidah Aisyah diatas merupakan bukti bahwa kuburan bukan tempat untuk sholat. Sehingga, para shahabat yakni sayyidina Ali, Ustman, ibn Abbas, imam Atho’ dan an Nakho’i, abu Hanifah, as Tsauri, al Auza’i dan as Syafi’i memakruhkan (benci) sholat di area kuburan. dan oleh karena itu, Rosululloh memerintahkan ummatnya untuk mendirikan sholat di rumah, agar rumah mereka tidak menjadi kuburan yang sepi dari sholat. Lebih lanjut, para ulama’ menjelaskan kuburan sepi dari sholat karena para penghuninya sudah tidak mampu lagi mendirikan sholat dan atau fakta yang terlihat, jarang ditemukan orang mendirikan sholat di area kuburan. Penjelasan yang demikian bisa lihat, seperti dalam komentar Al hafid al Asqolani dalam karyanya Fath al Bari, “jaganlah kamu tidur sehingga kamu menjadi seperti orang-orang yang mati dan rumahmu seakan-akan kuburan”.


Dalam kitab Tanwir al Hawalik, terdapat keterangan “ Para ulama berbeda pendapat tentang perintah mendirikan sholat di rumah, apakah yang dimaksud sholat fardlu atau sholat sunnah? Sebagian ulama’ berpendapat yang dimaksud مِنْ صَلاتِكُمْ dalam hadist adalah sholat sunnah dan kata من berlaku zaidah. Dan ada qil yang mengatakan yang dimaksud صَلاتِكُمْ dalam hadist adalah sholat fardlu. Karena, di dalamnya terdapat pembelajaran bagi keluarga tentang tata cara sholat. Pembelajran lewat percontohan langsung ,akan lebih nyata dan lebih mengena bila dibandingkan hanya sekedar cuap-cuap. Menurut pandangan ini, من berfaidah tab’idh”. Pendapat yang pertama adalah pendapat mayoritas ulama’ dan diantaranya an Nawawi dan ibn mundzir.

Para ulama’ tidak ada yang mengarahkan hadist hadist diatas kepada hukum membaca al Qur’an di kuburan. Oleh sebab, ketika membahas membaca al Qur’an di kuburan dengan mengendarai hadist-hadist diatas adalah salah alamat.

rumah harus dijadikan tempat sholat sebagaimana masjid…agar rumah tidak seperti kuburan.

تنوير الحوالك - (ج 1 / ص 185)
اختلف في معنى هذا الحديث فقيل أراد بقوله من صلاتكم النافلة وقيل المكتوبة لما فيه من تعليم الاهل حدود الصلاة معاينة وهو أثبت من التعليم بالقول ومن على الاول زائدة وعلى الثاني تبعيضية

فتح الباري لابن حجر - (ج 6 / ص 310)
قوله " لا تجعلوا بيوتكم قبورا " أي لا تناموا فتكونوا كالأموات فتكون بيوتكم كالقبور .

Wallahu a'lam

4. Inilah klimaks dari maksud hadits di atas menurut ulama ahli hadits


>> Muhib Salaf Soleh
Beberapa macam ta'wil hadits tersebut Maksudnya :

1. Jangan jadikan kuburan nabi muhammad seperti hari raya ied yang hanya dua kali saja dalam setahun , maka banyak banyaklah berziarah pada beliau .

2. Larangan menjadikan hari khusus untuk ziarah nabi sehingga tidak mau ziarah kecuali hari tersebut seperti hari raya ied yang mempunyai tanggal khusus.

3. Larangan jika berziarah pada beliau untuk tidak su'ul adab dengan bercanda canda gurau sebagaimana yang telah kita ketahui pada hari raya ied.

ref

منهج السلف في فهم النصوص للإمام السيد محمد بن علوي المالكي الحسني. ص ١٠٢.

هذا الحديث رواه أبو هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه و سلم و لفظه : لا تجعلوا بيوتكم قبورا و لا تجعلوا قبري عيدا و صلوا علي فإن صلاتكم تبلغني حيثما كنت. رواه أبو داود ٢٠٤٢.

قال الحافظ زكي الدين المنذري :

يحتمل أن يكون المراد به الحث على كثرة زيارة قبره صلى الله عليه و سلم و أن لا يهمل حتى لا يزار إلا في بعض الأوقات كالعيد الذي لا يأتي في العام إلا مرتين.

و منهم من فهم منه النهي عن أن يجعل للزيارة يوم خاص حتى لا تكون إلا فيه كما أن العيد كذلك و قالوا إنما الذي ينبغي هو أن يزار عليه الصلاة و السلام كلما تيسر ذلك من غير تخصيص بيوم ذكر هذا التأويل التقي السبكي.

و منهم من فهم أن معناه النهي عن سوء الأدب عند زيارته عليه الصلاة والسلام باللهو و اللعب كما يفعل في الأعياد و إنما يزار للسلام عليه و الدعاء عنده و رجاء بركة نظره و دعاءه و رد سلامه مع المحافظة على الأدب اللائق بهذه الحضرة الشريفة النبوية.و لعل هذا هو الأقرب إن شاء الله .


>> Abdullah Afif
قوله لا تجعلوا قبري عيدا إلخقال في السلاح يحتمل أن يكون المراد الحث على كثرة زيارته ولا تجعلوا كالعيد الذي لا يأتي في العام إلا مرتين ويؤيد هذا قوله صلى الله عليه وسلم لا تجعلوا بيوتكم قبورا ولا تجعلوا قبري إلخ أي لا تتركوا الصلاة في بيوتكم حتى تجعلوها كالقبور التي لا يصلي فيها إهــونظر فيه السخاوي وتلميذه القسطلاني واستظهر أنه صلى الله عليه وسلم إنما أشار بذلك إلى ما في الحديث الآخر من نهيه عن اتخاذ قبره مسجدا ويكون المراد بقوله لا تجعلوا قبري عيدا أي من حيث الاجتماع عنده للهو والزينة والرقص وغيرها من المحدثات التي تعمل في الأعياد وذكر بعض شراح المصابيح ما نصه في الكلام حذف تقديره لا تجعلوا زيارة قبري عيدا ومعناه النهي عن الاجتماع لزيارته عليه السلام اجتماعه للعيد وقد كانت اليهود والنصارى يجتمعون لزيارة قبور أنبيائهم ويشتغلون باللغو والطرب فنهى النبي صلى الله عليه وسلم أمته عن ذلك وقيل يحتمل أن يكون نهيه عليه الصلاة والسلام لدفع المشقة عن أمته أو الكراهة أن يتجاوزوا في تعظيم قبره غاية التجاوز , والحث على زيارة قبره الشريف قد جاء في عدةأحاديث لو لم يكن منها إلا وعد الصادق المصدوق صلى الله عليه وسلم بوجوب الشفاعة لكان كافيا في الدلالة على ذلك وقد اتفق الأئمة من بعد وفاته صلى الله عليه وسلم إلى زماننا هذا على أن زيارته صلى الله عليه وسلم من أفضل القربات إهـوفيما نظرا به نظر إذ لا يلزم من ظهور ما ذكراه واستشهدا عليه بكلام شارح المصابيح بطلان الاحتمال الذي أشار إليه صاحب السلاح بل هو احتمال وجيه ولذا قدمه ابن حجر الهيتمي في شرح المشكاة في الأقوال في معنى الحديث

الكتاب : الفتوحات الربانية على الأذكار النووية ج3 ص314المؤلف : الشيخ محمد بن علان الصديقي الشافعي الأشعري المكي المتوفى سنة 1057 هـ رحمه الله تعالى

>>ไฒ วง
قال الطيبي: نهاهم عن الاجتماع لها اجتماعهم للعيد نزهة وزينة، وكانت اليهود والنصارى تفعل ذلك بقبور أنبيائهم، فأورثهم الغفلة والقسوة، ومن عادة عبدة الأوثان أنهم لا يزالون يعظمون أمواتهم حتى اتخذوها أصناما، وإلى هذا أشار لقوله: " «اللهم لا تجعل قبري وثنا يعبد» " فيكون المقصود من النهي كراهة أن يتجاوزوا في قبره غاية التجاوز، ولهذا ورد: " «اشتد غضب الله على قوم اتخذوا قبور أنبيائهم مساجد» "، وقيل: العيد اسم من الاعتياد يقال: عاده واعتاده وتعوده، أي: صار عادة له، والعيد ما اعتادك من هم أو غيره، أي: لا تجعلوا قبري محل اعتياد فإنه يؤدي إلى سوء الأدب وارتفاع الحشمة، ولا يظن أن دعاء الغائب لا يصل إلي، ولذا عقبه بقوله: ( «وصلوا علي، فإن صلاتكم تبلغني» ) : قال الطيبي: وذلك أن النفوس الزكية القدسية إذا تجردت عن العلائق البدنية عرجت ووصلت بالملأ الأعلى، ولم يبق لها حجاب، فترى الكل كالمشاهد بنفسها، أو بإخبار الملك لها، وفيه سر يطلع عليه من تيسر له اهـ. فيكون نهيه عليه السلام لدفع المشقة عن أمته رحمة عليهم

مرقاة المفاتيح شرح مشكاة المصابيح ج. ٢ ص. ٧٤٤

Wallahu a'lam

Semoga dengan tuntunan dan penafsiran ulama muhadditsin mu'tabaroh , kita semua tidak terjerumus pada pemahaman yang keliru tentang maksud hadits Nabi Muhammad shollallohu 'alaihi wasallama, amin

والله الموافق الي اقوام الطريق
والله يقول الحق وهو يهدي السبيل

Santrialit, selasa 1 dzulhijjah 1436 H / 15 september 2015 M

Minggu, 13 September 2015

JANGGUT : Pemahaman SALAH Judul pun SALAH

JANGGUT : Pemahaman SALAH Judul pun SALAH




KUTIPAN dari web tetangga (W****y)

Judul : Kewajiban Memelihara Janggut

Dari Ibnu Umar  dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
أَحْفُوا الشَّوَارِبَ وَأَعْفُوا اللِّحَى
“Potonglah kumis dan biarkanlah janggut.” (HR. Al-Bukhari no. 5892 dan Muslim no. 259)
Dari Abu Hurairah  dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَعْفُوا اللِّحَى وَخُذُوا الشَّوَارِبَ وَغَيِّرُوا شَيْبَكُمْ وَلَا تَشَبَّهُوا بِالْيَهُودِ وَالنَّصَارَى
“Panjangkanlah janggut, cukurlah kumis, dan warnailah uban kalian, serta janganlah kalian menyerupai orang Yahudi dan Nasrani.” (HR. Ahmad no. 8318 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 1067)

Penjelasan ringkas:

Janggut adalah rambut yang tumbuh di pipi (dari bawah tulang pipi) dan yang tumbuh di dagu. Maka termasuk janggut adalah cambang yang tumbuh di bawah tulang pipi.
Membiarkan janggut dan tidak mencabut atau memangkasnya termasuk dari sunnah fitrah yang diperintahkan oleh Ar-Rasul -alaihishshalatu wassalam-. Karenanya para ulama telah bersepakat akan wajibnya membiarkan janggut dan haramnya mencabut atau memangkasnya. Ijma’ ini dinukil oleh Imam Ibnu Hazm dalam Maratib Al-Ijma’ hal. 157 dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiah sebagaimana dalam Al-Ikhtiyarat hal. 19. Dalil akan ijma’ ini adalah hadits-hadits di atas dan yang semisalnya, dan juga karena mencukur janggut merupakan perbuatan menyerupai orang-orang kafir dan juga menyerupai wanita, sementara kedua perkara ini telah dilarang oleh syariat dalam beberapa ayat dan hadits.


sumber : http://al-atsariyyah.com/kewajiban-memelihara-janggut.html
================

Yang ASWAJA silahkan fahami artikel berikut

Memang Benar, Jenggot Mengurangi Kecerdasan Dan Makin Panjang Semakin Bodoh


Setelah Ketua Umum PBNU menyatakan bahwa jenggot mengurangi kecerdasan dan semakin panjang jenggotnya semakin goblok, sontak para anti NU langsung mencaci dan menyerang dengan semangatnya. Padahal sebagai muslim jika kita ragu dengan Qaul Ulama, kita tidak boleh langsung mengingkarinya, namun harus mencari dalilnya atau minimal diam karena bukan Ulamanya yang keliru namun kita yang masih bodoh akan ilmu agama. Sebagaimana diterangkan dalam kitab Umdatussalik :

إذا سمعت كلمات من أهل التصوف والكمال ظاهرها ليس موافقا لشريعة الهدى من الضلال توفق فيها واسأل من الله العليم أن يعلمك مالم تعلم ولا تمل إلى الإنكار الموجب للنكال, لأن بعض كلماتهم مرموزة لاتفهم, وهي فى الحقيقة مطابقة لبطن من بطون القرأن الكريم وحديث النبي الرحيم. فهذا الطريق هوالأسلم القويم, والصراط المستقيم. .

“Apabila engkau mendengar beberapa ucapan dari ahli Tashawuf dan ahlul kamal yang mana secara zahir tidak sesuai dengan syariat Nabi yang menyatakan petunjuk dari segala kesesatan, maka bertawaquflah (berdiamlah/jangan berkomentar) engkau padanya dan bermohonlah (berserahlah) kepada Allah Yang Maha Mengetahui agar engkau di beri akan ilmu yang belum engkau mengetahuinya. Janganlah engkau cenderung mengingkarinya yang mengakibatkan memberi kesimpulan yang buruk. Karena sebagian dari pada kalimah atau perkataan mereka itu adalah isyarat yang tidak mudah difahami. Padahal hakikat-isinya itu sesuai dengan batinnya dari pada isi al Quran al Karim, dan haditsnya Nabi yang penyayang. Maka jalan ini lebih selamat sejahtera, dan jalan yang lurus.”

Jadi diam atau mencari dalilnya, untuk itu mari kita buka kitab kuning tentang Hukum berjenggot.

Hukum Memelihara dan Mencukur Jenggot

Sedikit saya kutip keterangan mengenai jenggot dari Ustadz Idrus Ramli, Nabi Muhammad SAW bersabda:

عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَالِفُوا الْمُشْرِكِينَ وَفِّرُوا اللِّحَى وَأَحْفُوا الشَّوَارِبَ وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ إِذَا حَجَّ أَوْ اعْتَمَرَ قَبَضَ عَلَى لِحْيَتِهِ فَمَا فَضَلَ أَخَذَه صحيح البخاري، 5442)
Dari Ibn Umar dari Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tampillah kalian berbeda dengan orang-orang musyrik, peliharalah jenggot dan cukurlah kumis”. Dan ketika Ibn Umar melaksanakan haji atau umrah, beliau memegang jenggotnya, dan ia pun memotong bagian yang melebihi genggamannya” (Shahih al-Bukhari, 5442)
Walaupun hadits ini menggunakan kata perintah, namun tidak serta merta, kata tersebut menunjukkan kewajiban memanjangkan jenggot serta kewajiban mencukur kumis. Kalangan Syafi’iyyah mengatakan bahwa perintah itu menunjukkan sunnah. Perintah itu tidak menunjukkan sesuatu yang pasti atau tegas (dengan bukti Ibnu Umar sebagai sahabat yang mendengar langsung sabda Nabi Muhammad Saw tersebut masih memotong jenggot yang melebihi genggamannya). Sementara perintah yang wajib itu hanya berlaku manakala perintahnya tegas.
Syaikhul Islam Zakariya al-Anshari menyatakan mencukur jenggot adalah makruh khususnya jenggot yang tumbuh pertama kali. Karena jenggot itu dapat menambah ketampanan dan membuat wajah menjadi rupawan. (Asnal Mathalib, juz I hal 551)
Dari alasan ini sangat jelas bahwa alasan dari perintah Nabi Muhammad SAW itu tidak murni urusan agama, tetapi juga terkait dengan kebiasaan atau adat istiadat. Dan semua tahu bahwa jika suatu perintah memiliki keterkaitan dengan adat, maka itu tidak bisa diartikan dengan wajib. Hukum yang muncul dari perintah itu adalah sunnah atau bahkan mubah.
Jika dibaca secara utuh, terlihat jelas bahwa hadits tersebut berbicara dalam konteks perintah untuk tampil berbeda dengan orang-orang musyrik. Imam al-Ramli menyatakan, “Perintah itu bukan karena jenggotnya. Guru kami mengatakan bahwa mencukur jenggot itu menyerupai orang kafir dan Rasululullah SAW sangat mencela hal itu, bahkan Rasul SAW mencelanya sama seperti mencela orang kafir” (Hasyiyah Asnal Mathalib, juz IV hal 162)
Atas dasar pertimbangan ini, maka ulama Syafi’iyyah berpendapat bahwa memelihara jenggot dan mencukur kumis adalah sunnah, tidak wajib. Oleh karena itu tidak ada dosa bagi orang yang mencukur jenggotnya. Apalagi bagi seorang yang malah hilang ketampanan dan kebersihan serta kewibawaannya ketika ada jenggot di wajahnya. Misalnya apabila seseorang memiliki bentuk wajah yang tidak sesuai jika ditumbuhi jenggot, atau jenggot yang tumbuh hanya sedikit.
Adapun pendapat yang mengarahkan perintah itu pada suatu kewajiban adalah tidak memiliki dasar yang kuat. Al-Halimi dalam kitab Manahij menyatakan bahwa pendapat yang mewajibkan memanjangkan jenggot dan haram mencukurnya adalah pendapat yang lemah. (Hasyiyah Asnal Mathalib, juz V hal 551). Imam Ibn Qasim al-abbadi menyatakan bahwa pendapat yang menyatakan keharaman mencukur jenggot menyalahi pendapat yang dipegangi (mu’tamad). (Hasyiah Tuhfatul Muhtaj Syarh al-Minhaj, juz IX hal 375-376)

Batas Sunnah Memelihara Jenggot

Dalam riwayat Bukhari terdapat redaksi kelanjutan hadis diatas:

وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ إِذَا حَجَّ أَوِ اعْتَمَرَ قَبَضَ عَلَى لِحْيَتِهِ ، فَمَا فَضَلَ أَخَذَهُ (رواه البخاري رقم 5892)
“Ibnu Umar ketika haji atau umrah memegang jenggotnya, maka apa yang melebihi (genggamannya) ia memotongnya” (HR Bukhari No 5892)

al-Hafidz Ibnu Hajar menyampaikan riwayat yang lain:
وَقَدْ أَخْرَجَهُ مَالِك فِي الْمُوَطَّأ " عَنْ نَافِع بِلَفْظِ كَانَ اِبْن عُمَر إِذَا حَلَقَ رَأْسه فِي حَجّ أَوْ عَمْرَة أَخَذَ مِنْ لِحْيَته وَشَارِبه " (فتح الباري لابن حجر - ج 16 / ص 483)
“Dan telah diriwayatkan oleh Malik dalam al-Muwatha’ dari Nafi’ dengan redaksi: Ibnu Umar jika mencukur rambutnya saat haji atau umrah, ia juga memotong jenggot dan kumisnya” (Fath al-Baarii 16/483)
Qadliy Iyadl menyatakan:“Hukum mencukur, memotong, dan membakar jenggot adalah makruh. Sedangkan memangkas kelebihan, dan merapikannya adalah perbuatan yang baik. Dan membiarkannya panjang selama satu bulan adalah makruh, seperti makruhnya memotong dan mengguntingnya.[/i]” (Imam An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, juz 3, hal. 151).

Menurut Imam An-Nawawi, para ‘ulama berbeda pendapat, apakah satu bulan itu merupakan batasan atau tidak untuk memangkas jenggot (lihat juga penuturan Imam Ath-Thabari dalam masalah ini; al-Hafidz Ibnu Hajar, Fath al-Bârî, juz 10, hal. 350-351).
Sebagian ‘ulama tidak memberikan batasan apapun. Namun mereka tidak membiarkannya terus memanjang selama satu bulan, dan segera memotongnya bila telah mencapai satu bulan.

Imam Malik memakruhkan jenggot yang dibiarkan panjang sekali. Sebagian ‘ulama yang lain berpendapat bahwa panjang jenggot yang boleh dipelihara adalah segenggaman tangan. Bila ada kelebihannya (lebih dari segenggaman tangan) mesti dipotong. Sebagian lagi memakruhkan memangkas jenggot, kecuali saat haji dan umrah saja (lihat Imam An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, hadits no. 383; dan lihat juga Al-Hafidz Ibnu Hajar, Fath al-Bârî, hadits. No. 5442).

Menurut Imam Ath-Thabari, para ‘ulama juga berbeda pendapat dalam menentukan panjang jenggot yang harus dipotong. Sebagian ‘ulama tidak menetapkan panjang tertentu, akan tetapi dipotong sepantasnya dan secukupnya. Imam Hasan Al-Bashri biasa memangkas dan mencukur jenggot, hingga panjangnya pantas dan tidak merendahkan dirinya.

Jenggot dan Kecerdasan

Dalam kitab Akhbar Al-hamqa wal Mughaffilin Libnil Jauzy disebutkan:


قال عبد الملك بن مروان: من طالت لحيته فهو كوسجٌ في عقله. وقال غيره: من قصرت قامته، وصغرت هامته، وطالت لحيته، فحقيقاً على المسلمين أن يعزوه في عقله. وقال أصحاب الفراسة: إذا كان الرجل طويل القامة واللحية فاحكم عليه بالحمق،
...... الى ان قال ......
وقال بعض الحكماء: موضع العقل الدماغ، وطريق الروح الأنف، وموضع الرعونة طويل اللحية. وعن سعد بن منصور أنه قال: قلت لابن إدريس: أرأيت سلام بن أبي حفصة؟ قال: نعم، رأيته طويل اللحية وكان أحمق.
 ...... الى ان قال ......
. قال زياد ابن أبيه: ما زادت لحية رجل على قبضته، إلا كان ما زاد فيها نقصاً من عقله.

Abdul Malik bin marwan berkata: Barang Siapa panjang jenggotnya maka ia sedikit akalnya, Ulama lain berkata: Barang siapa yang pendek perawakannya, kecil kepalanya dan panjang jenggotnya Maka jelas bagi muslimin untuk menisbatkan pada akalnya. Ashabul firosah berkata: ketika seseorang tinggi perawakan dan panjang jenggotnya maka bisa dipastikan ia orang yang bodoh.

Sebagian Ahli Hikmah mengatakan: Tempatnya akal itu pada otak, jalan jiwa itu melalui hidung dan tempat kebodohan itu pada panjangnya jenggot. Dan dari sa'd bin Manshur mengatakan: aku berkata kepada ibn idris: Apakah kamu tahu sulam bin abi hafshah? dia menjawab: iya, aku melihat panjang jenggotnya dan dia bodoh.
Ziad berkata: Tidaklah tambah lelaki yang jenggotnya melebihi genggammannya, kecuali hanya tambah kurang akalnya(kecerdasannya)


قال بعض الشعراء: متقارب:
إذا عرضت للفتى لـحـيةٌ

وطالت فصارت إلى سرته
فنقصان عقل الفتى عندنـا

بمقدار ما زاد في لحيتـه
 

Sebagian penyair berkata dengan Bahar Mutaqarib:
Ketika pemuda mempunyai jenggot lebar dan panjang sampai pusarnya, maka kalnya(kecerdasannya) berkurang seukuran panjang jenggotnya(semakin panjang semakin kurang).

Kesimpulan
Hukum mencukur jenggot terdapat khilaf, palagi kalau kita bawa ke ranah lintas madzhab sangat banyak sekali khilafnya, sedangkan untuk panjang jenggot itu sampai berapa? sebagian mengatakan seukuran genggaman tangannya, bahkan jika melebihi genggaman tidak akan nampak kealimannya justru kebodohannya dan semakin panjang akan semakin nampak kebodohannya.

Yang terpenting dari penjelasan ini adalah sebagai Muslim sudah seharusnya ta'dzim dengan Ulama yang pendapatnya belum kita ketahui dalilnya, karena bukan mereka yang keliru namun kita yang masih minim pengetahuan agama. Wallahu a'lam.

Hamim Mustofa Nerashuke
Blitar, 13 September 2015

Selasa, 08 September 2015

Bangunkan Aku YA Robb

Bangunkan aku ya robb ...

لايدرك النائم أنه يحلم إلا بعد أن يستيقظ وكذلك الغافل عن الآخرة لايدرك ما ضيع إلا بعد أن يأتيه الموت . اللهم لا تجعلنا من الغافلين

Orang yang tidur tidak akan tahu kalau dirinya sedang bermimpi kecuali setelah bangun, begitu juga orang yang lupa (lalai) akan akhirat tidak akan tahu kalau dirinya sedang menyia-nyiakan amal akhirat, kecuali setelah datangnya kematian.
Ya Allah jangan jadikan kami orang-orang pelupa (lalai)”.

“Hendaknya kamu mempunyai tiga sikap terhadap sesama mukmin:
1. Kalau engkau tidak sanggup membantu orang lain, jangan merugikan dia.
2. Kalau engkau tidak sanggup menghibur orang lain, jangan membuatkan dia sedih.
3. Sekiranya engkau tidak sanggup memuji orang lain, jangan mencelanya.

Al-imam Yahya bin Muadz ra
- Jami'ul 'ulumi wal hikam
- Nashoihul 'ibaad
ليكن حظ المؤمن منك ثلاثة : إن لم تنفعه فلا تضره ، وإن لم تفرحه فلا تغمه ، وإن لم تمدحه فلا تذمه .

Senin, 07 September 2015

MAWAR PUTIHKU





Aku merindukan genggaman itu
Yang menguatkan saat diri tak lagi mampu
Membawa keteduhan dalam pikiran yang sedu
Mendatangkan rasa yakin kala hati dilanda ragu

Rasa cinta ini hanya dapat aku simpan
Hanya dengan setetes pena aku torehkan
Dengan selembar kertas aku ceritakan
Tak perlu lagi mulut ini mengungkapkan

Harapan bersamamu kini tlah sirna
Kenangan dan diriku kini tinggal bersama
Tak ada lagi canda tawa saat berdua
Hanya air mata yang mampu berbicara

Lagu kesayanganku semakin perih ku dengarkan
Melody nya semakin terasa menyayat
Iramanya pedih ku nikmati
Instrumen nya melumpuhkanku

Lagu kesayanganku sedang menyakitiku
Melody nya sedang menyiksaku
Iramanya sedang menghancurkanku
Instrumen nya sedang meremukkan ku

Nafasku berat
Telingaku berdenging
Mataku nanar
Suaraku parau

Tak perlu lagi disesali
Biarkan hati melangkah bersama ironi
Biarkan perasaanku tetap kekal dan abadi
Walau dirimu tak pernah ku miliki

Suatu hari
Esok atau lusa
Aku akan tetap mengangkat kedua tangan lemah ini
Panjatkan do'a terbaik untukmu

Aku tak kan menghitung
Tetes air mata yang jatuh
Cukup tengadah tanganku yang jadi saksi
Aku bahagia,Aku sedih,Aku pilu,Aku perih,Aku pedih
Aku....

Sabtu, 05 September 2015

Ruqyah ala Nabi Muhammad SAW

Di riwayatkan oleh siti 'Aisyah rodhiyallohu 'anha

 وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا:
أَنَّ النَّبِيِّ - صلى الله عليه وسلم - كَانَ يَقُولُ لِلمَرِيضِ: " بِسْمِ اللهِ تربَةُ أَرْضِنَا، بِرِيقةِ بَعْضِنَا، يُشْفَى سَقِيمُنَا، بإِذْنِ رَبِّنَا ".


Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW berdo'a untuk yang sakit (ketika menjenguknya) :
"Dengan menyebut nama Allah,Inilah debu tanah kami,dengan ludah sebagian kami , disembuhkan sakit yang dialami antara kami ,dengan izin Robb kami".

Ma'na hadits

Caranya : Nabi mengambil sedikit ludah dalam mulut beliau dengan jari telunjuk, kemudian jari yang sedikit basah dengan ludah tersebut di tempelkan ke tanah, supaya ada sebagian debu tanah menempel pada telunjuk tersebut, kemudian di tempelkan pada bagian yang sakit pada tubuh si sakit, dengan mengucapkan do'a :

 بِسْمِ اللهِ تربَةُ أَرْضِنَا، بِرِيقةِ بَعْضِنَا، يُشْفَى سَقِيمُنَا، بإِذْنِ رَبِّنَا




معنى الحديث: تحدثنا عائشة رضي الله عنها " أن النبي - صلى الله عليه وسلم - كان يقول للمريض: بسم الله إلخ " أي كان - صلى

  الله عليه وسلم - يأخذ من ريقه على السبابة، ثم يضعها على التراب، فَيَعْلَق بها شيء منه، فيمسح به الموضع العليل، أو الجريح قائلاً: بسم الله تربة أرضنا، بريقة بعضنا، يُشفي سقيمنا، بإذن ربنا " " تربة أرضنا " خبر مبتدأ محذوف تقديره هذه تربة أرضنا " بريقة بعضنا " أي فيها أو عليها شيء من ريقنا المقترن باسم الله تعالى " يشفي سقيمنا بإذن ربنا " أي يشفي مريضنا بهذه الرقية المباركة بإذن الله ومشيئته.

Pengertian hadits

Imam qurthuby menjelaskan bahwa hadits tersebut merupakan dalil bolehnya melakukan ruqyah dari stiap sakit/penyakit. Dan meletakkan jari pada tanah seperti yang dilakukan Nabi adalah sunah ketika melakukan ruqyah.
wallohu a'lam

 فقه الحديث: قال القرطبي: في الحديث دليل على جواز الرقية من كل الآلام، ووضع النبي - صلى الله عليه وسلم - سبابته بالأرض، يدل على استحباب ذلك عند الرقية، فلعله لخاصية في ذلك. قال ابن القيم رحمه الله: وهل المراد بقوله " تربة أرضنا " جميع الأرض أو أرض المدينة خاصة، فيه قولان، قال ابن القيم: " ولا ريب أن من التربة ما يكون فيه خاصية ينتفع بخاصيته من أدواء كثيرة، وإذا كان هذا في هذه التربات فما الظن بأطيب تربة على وجه الأرض وأبركها، وقد خالطت ريق رسول الله - صلى الله عليه وسلم -، واقترنت باسم ربه، وتفويض الأمر إليه، اهـ كما في " الطب النبوي ". الحديث: أخرجه الشيخان وأبو داود والنسائي وابن ماجه. والمطابقة: في كون النبي - صلى الله عليه وسلم - كان يرقي المريض بهذه الرقية والله أعلم. 

__________
Sumber kitab 
منار القاري شرح مختصر صحيح البخاري

http://shamela.ws/browse.php/book-9794/page-1823

Takhrij hadits

http://library.islamweb.net/hadith/hadithServices.php?type=1&cid=4133&sid=4049 


wallohu a'lam




Jamu/Obat Pencuci Dosa dan Hati

 Jamu/Obat Pencuci Dosa dan Hati
(Nashoihul 'ibaad 67)


Ini bahan-bahannya dan cara pembuatannya
- Akar pohon FAQIR dan akar pohon TAWADHU'
- Tambahkan *rereg TAUBAT (*kupasan kulit/akar pohon yang telah di keringkan)
- Ketiga bahan diatas masukkan kedalam **LUMPANG RIDHO (**alat dapur untuk menumbuk)
- Tumbuk dengan ***ALU QONA'AH (***penumbuk bisa terbuat dari pohon atau batu)
- Setelah di tumbuk, masukkan ke dalam ****PERIUK TAQWA (terbuat dari tanah liat/mgkin zaman sekarang "panci")
- Tuangkan AIR HAYA` (haya` = rasa malu kepada Allah)
- Godog dengan API MAHABBAH (mahabbah = rasa cinta pada Allah)
- Tuangkan air godogan tersebut di WADAH SYUKUR
- Kipasi/dinginkan dengan KIPAS ROJA` (roja`= pengharapan hanya pada Allah
- minumlah dengan SEDOTAN SYUKUR
wallohu a'lam


قال الحسن البصري رحمه الله في أحد الايام كنت اطوف في ازقة البصرة وفي اسواقها مع شاب عابد فإذا انا بطبيب وهوجالس علي كرسي وبين يديه رجال ونساء وصبيان بايديهم قوارير فيها ماء وكل واحد يستوصف دواء لدائه .
فتقدم الشاب الي الطبيب فقال : أيها الطبيب هل عندك دواء يغسل الذنوب ويشفي مرض القلوب ؟
فقال الطبيب : نعم
فقال الشاب : هات
فقال الطبيب : خذ مني عشرة اشياء :-
( 1 ) - خذ عروق شجرة الفقر مع عروق سجر التواضع
( 2 ) - واجعل فيهما هليلج التوبة
( 3 ) - واطرحه في هاون الرضا
( 4 ) - واسحقه بمنجار القناعة
( 5 ) - واجعله في قدر التقي
( 6 ) - وصب عليه ماء الحياء
( 7 ) - واغله بنار المحبة
(8 ) - واجعله في قدح الشكر
( 9 ) - وروحه بمروحة الرجاء
(10) - واشربه بملعقة الحمد
فانك ان فعلت ذلك فانه ينفعك من كل داء وبلاء في الدنيا والآخرة



semoga bermanfaat

Kamis, 03 September 2015

Ta'rif atau Definisi CINTA ala SUFI

Seperti apa cinta ?


قال ابو يزيد البسطامي : المحبة استقلال الكثير من نفسك واستكثار القليل من حبيبك
Abu yazid albusthomy : CINTA itu merasakan sedikit pada hal yang banyak dari dirimu. Namun merasakan banyak pada hal sedikit dari kekasihmu

قال ابو عبد الله القرشي : حقيقة المحبة ان تهب كلك لمن احببت فلا يبقي لك منك شيء
Abu abdillah al-qurosyi : HAKIKAT CINTA itu kamu berikan segalanya pada orang yang kamu cinta,hingga tak ada sesuatu yang tersisa pada mu
Nashoihul 'Ibaad : 67

 #‎edisi_sufi

Qonun Asasi Nahdlatul 'Ulama

  MUQODDIMAH_QONUN_ASASI_NU (Pendahuluan Fondasi Dasar Jam'iyyah NU)   Jam'iyyah Nahdhotul 'Ulama' mempunyai garis...