Kamis, 07 Desember 2017

ARTI HURUF BA (BI) PADA BASMALAH

Huruf ba (bi) adalah huruf jar yang memiliki ta’aluq (ikatan) pada kalimat sebelumnya yang dalam basmalah ini ta’alluqnya di buang bila di tampakkan kira-kira berbunyi ABTADI-U "aku memulai", Sehingga bismillah berarti "saya atau kami memulai dengan nama Allah". Dengan demikian kalimat tersebut menjadi semacam doa atau pernyataan dari pengucap. Atau dapat juga diartikan sebagai perintah dari Allah (walaupun kalimat tersebut tidak berbentuk perintah),
"Mulailah dengan nama Allah!"

Huruf bi yang diterjemahkan dengan kata "dengan, bersama" itu dikaitkan dalam benak dengan kata "kekuasaan dan pertolongan". Dengan demikian pengucap basmalah seakan-akan berkata, "dengan kekuasaan Allah dan pertolongan-Nya, pekerjaan yang sedang saya lakukan ini dapat terlaksana"

Pengucapnya seharusnya sadar bahwa tanpa kekuasaan Allah dan pertolongan-Nya, apa yang sedang dikerjakannya itu tidak akan berhasil. Ia menyadari kelemahan dan keterbatasan dirinya tetapi pada saat yang sama-setelah menghayati arti basmalah ini, ia memiliki kekuatan dan rasa percaya diri karena ketika itu dia telah menyandarkan dirinya dan bermohon bantuan Allah Yang Maha Kuasa itu.

Dalam kitab tafsir Mariful Qur’an, Mufti Shafi Usmani RA memberikan analisa secara bahasa tentang makna kata bismillah. Menurut beliau kata bismillah terdiri dari 3 suku kata ba, ism dan Allah. Kata ba memiliki 3 konotasi dalam bahasa Arab :
1. Mengekspresikan kedekatan antara dua benda yang satu dengan lainnya hampir tidak memiliki jarak.
2. Mencari pertolongan dari seseorang atau sesuatu
3. Mencari berkah dari seseorang atau sesuatu


Sungguh luas bila seseorang mendalami sekedar arti BA' yang terdapat pada basmalah seperti apa yang pernah di tuturkan oleh Sayyidina Ali Kw. yang dikutip dalam kitab I'aanath thoolibiin “Jika mau aku akan membebani delapan puluh unta untuk memuat makna dari huruf ba dalam kalimat basmalah.”

Seperti halnya pernyataan Imam Assyarbiiny dalam kitab Al-Iqnaa’, “Allah menurunkan sebanyak seratus empat kitab kepada tujuh orang Nabi-Nya, dan seluruh kitab tersebut terkumpul dalam empat kitab, yaitu al-Quran, Taurat, Injil dan Zabur. Dari keempat kitab tersebut terkumpul dalam satu kitab yaitu al-Quran. Dan semua surat yang ada dalam al-Qur`an terkumpul dalam satu surat yaitu al-Fatihah, dan seluruh ayat yang terdapat dalam al-Fatihah terkumpul dalam bismillahir rahmanir rahim.
Ada riwayat lain yang menyebutkan bahwa semua yang terdapat dalam kalimat basmalah terkumpul dalam huruf ba dan semua yang terdapat dalam huruf ba terkumpul dalam titiknya”.  

والحكمة في أن الله سبحانه وتعالى جعل افتتاح البسملة بالباء دون غيرها من الحروف وأسقط الألف من اسم وجعل الباء في مكانها أن الباء حرف شفوي تنفتح به الشفة ما لا تنفتح بغيره ولذلك كان أول انفتاح فم الذرة الإنسانية في عهد ألست بربكم بالباء في جواب بلى

Hikmah Allah menjadikan permulaan BASMALAH dengan huruf BA bukan dengan huruf lainnya dan menghilangkan huruf Alif pada kalimat ISMUN dan meletakkan huruf ba di tempatnya :

Huruf BA adalah huruf yang keluar dari bibir yang saat mengucapkannya bibir terbuka berbeda dengan huruf bibir lainnya (Mim dan Wau) seperti halnya saat terbukanya bibir embrio janin manusia kala kala dalam rahim ibunya saat mengikat janji dengan Allah "Bukankah aku Tuhanmu ? janin tersebut menjawab dengan kalimat yang di awali dengan BA juga yaitu BALAA yang artinya, Ya Engkaulah Tuhanku
(I'aanathu thoolibiin I/5)



أن الباء حرف شفوي تنفتح به الشفة ما لا تنفتح بغيره ولذلك كان أول انفتاح فم الذرة الإنسانية في عهد ألست بربكم بالباء في جواب بلى وأنها مكسورة أبدا
فلما كانت فيها الكسرة والانكسار في الصورة والمعنى وجدت شرف العندية من الله تعالى كما قال أنا عند المنكسرة قلوبهم بخلاف الألف فإن فيها ترفعا وتكبرا وتطاولا فلذلك أسقطت


Huruf Ba adalah huruf JAR yang senantiasa dibaca KASRAH (pecah, kalah) menunjukkan keagungan Tuhan dan kebutuhan seorang hamba yang hatinya senantiasa diliputi rasa gelisah (baca pecah) seperti dalam setiap munajat seorang hamba "Aku adalah hamba yang hatinya selalu terpecah"
berbeda dengan alif yang menunjukkan arti tinggi, sombong, panjang, karenanya alif digugurkan dalam lafadz BASMALAH

I'aanath thoolibiin I/5



( فَائِدَةٌ ) قَالَ النَّسَفِيُّ فِي تَفْسِيرِهِ قِيلَ الْكُتُبُ الْمُنَزَّلَةُ مِنْ السَّمَاءِ إلَى الدُّنْيَا مِائَةٌ وَأَرْبَعَةٌ صُحُفُ شِيثٍ سِتُّونَ وَصُحُفُ إبْرَاهِيمَ ثَلَاثُونَ وَصُحُفُ مُوسَى قَبْلَ التَّوْرَاةِ عَشْرَةٌ وَالتَّوْرَاةُ وَالْإِنْجِيلُ وَالزَّبُورُ وَالْفُرْقَانُ وَمَعَانِي كُلِّ الْكُتُبِ أَيْ غَيْرِ الْقُرْآنِ مَجْمُوعَةٌ فِي الْقُرْآنِ وَمَعَانِي كُلِّ الْقُرْآنِ مَجْمُوعَةٌ فِي الْفَاتِحَةِ وَمَعَانِي الْفَاتِحَةِ مَجْمُوعَةٌ فِي الْبَسْمَلَةِ وَمَعَانِي الْبَسْمَلَةِ مَجْمُوعَةٌ فِي بَائِهَا وَمَعْنَاهَا أَيْ الْإِشَارِيُّ بِي كَانَ مَا كَانَ وَبِي يَكُونُ مَا يَكُونُ زَادَ بَعْضُهُمْ وَمَعَانِي الْبَاءِ فِي نُقْطَتِهَا ا هـ قَالَ شَيْخُنَا ، وَالْمُرَادُ بِهَا أَوَّلُ نُقْطَةٍ تَنْزِلُ مِنْ الْقَلَمِ الَّتِي يُسْتَمَدُّ مِنْهَا الْخَطُّ لَا النُّقْطَةُ الَّتِي تَحْتَ الْبَاءِ خِلَافًا لِمَنْ تَوَهَّمَهُ وَمَعْنَاهَا الْإِشَارِيُّ أَنَّ ذَاتَهُ تَعَالَى نُقْطَةُ الْوُجُودِ الْمُسْتَمَدُّ مِنْهَا كُلُّ مَوْجُودٍ ا هـ .

Arti makna BASMALAH termuat dalam huruf Ba nya :
Menurut Syekh Ibrahim dalam kitab Jauharotut Tauhid artinya "BIMAA SYAA-A ALLAAHU KAAN, WA BIMAA LAM YASYA' LAM YAKUN" apa yang di kehendaki Allah pasti wujud, dan yang tidak di kehendakiNya tidak akan wujud, Ada juga yang mengartikan sebagai wujud kata isyarat dari "BII KAANA MAA KAANA, WA BII YAKUUNU MAA YAKUUNU" Hanya sebab Aku (Allah) segala yang telah terjadi dan hanya sebab Aku (Allah) segala yang akan terjadi.
Sebagian Ulama ada juga yang menambahkan Makna yang terkandung dalam huruf BA teringkas pada NUQTHOH, titik yang ada pada ALQOLAM (di lauhil mahfuudz) yang menunjukkan bahwa Dzat Allah adalah pusat dari segala sesuatu yang wujud.
Wallaahu A'lam

Tuhfatul Habiib I/30-33

ومما يتعلق بالبسملة من المعاني الدقيقة ما قيل إن الباء بهاء الله والسين سناء الله والميم مجد الله وقيل الباء بكاء التائبين والسين سهو الغافلين والميم مغفرته للمذنبين

Ada yang mengartikan rahasia di balik makna basmalah
BA = BAHAA-ULLAAH = keagungan Allah
SIN = SANAA-ULLAAH = kemegahan Allah
MIM = MAJDULLAAH = Kemuliaan Allah


Ada juga yang mengartikan
BA = BUKAA-UT TAAIBIIN = Tangisan orang-orang yang bertaubat
SIN = SAHWUL GHOOFILIIN = Kealpaan orang-orang yang lalai
MIM = MAGHFIROTUHUU LIL MUDZNIBIIN = Ampunan Allah untuk mereka yang berbuat dosa


Dalam arti seberapapun besar dosa seorang hamba dan kealpaan dia asal dia bertaubat dan menyesal dengan bersimpuh dan menangis dihadapanNya, ampunan Allah selalu terbuka.

I'aanathu -Thoolibiin I/4




بِسْمِ اللَّهِ الرحمن الرَّحِيمِ
 
Dengan Asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

ARTI LAFADZ “ISMI” PADA BASMALAH
Menurut Ulama Basyrah lafadz ISMI berasal dari kata SUMUWWI atau SIMUWWI yang bermakna luhur dalam arti sesuatu yang disandari kata ismi haruslah sesuatu yang luhur, tidak memiliki sisi negative dan pusat terhimpunnya penghormatan, perhitungan dan kebijakan.


Madzhab Ahli Sunnah wal Jamaah cenderung memilih pendapat ini seperti pernyataan Imam AlQurtubi “Allah Ta’aalaa senantiasa bersifatan dengan asma dan sifat baik sebelum atau sesudah terciptanya makhluq bahkan setelah kemusnahan semua makhluk sekalipun tidak akan mempengaruhi sedikitpun akan keberadaan Allah pada Asmaa dan sifat-sifatNya”,


Berbeda dengan pendapat yang menyatakan bahwa lafadz ISMI berasal dari kata WASMI yang artinya adalah tanda, menurut mereka Allah hanyalah tanda yang di adakan setelah adanya makhluk, sebelum terciptanya makhluk Allah tidak memiliki nama dan sifat begitu juga setelah musnahnya semua makhluk, pendapat ini adalah pendapat Golongan Mu’tazilah, namun secara keseluruhan dua pendapat ini sepakat bahwa ismi hanyalah kata yang bisa berbentuk mufrad (tunggal) atau jamak dan berarti hanyalah hawadits (barang baru) berbeda dengan Dzat Allah sendiri yang Azali


Menurut Imam Syamsuddin Muhammad bin Abil ‘Abbas Ahmad bin Hamzah Ibnu Syihabuddin Ar-Ramli dalam kitab An-Nihaayah penamaan atas sesuatu (biasanya) di pengaruhi oleh 9 unsur :

1. Nama yang sesuai kenyataan melihat bentuknya secara keseluruhan (seperti orang yang di kehendaki bisa berguna di kemudian hari di beri nama Irwan, Hehe)

2. Nama yang sesuai kenyataan melihat sebagian bentuk (seperti orang yang hobi memelihara jenggot yang kemudian di beri nama MBAH JENGGOT)

3. Nama yang sesuai kenyataan melihat sifat bawaan aslinya (seperti orang yang terlahir dengan warna kulit hitam di beri nama si BLACK)

4. Nama yang sesuai kenyataan melihat sifat tambahan (seperti orang yang sulit merapatkan kedua bibirnya di beri nama NGOWOH)

5. Nama yang sesuai kenyataan melihat sifat negatifnya (seperti orang yang hobi nonton sepakbola diberi nama GIBOL)

6. Nama yang sesuai kenyataan melihat sifat asli dan sifat tambahan (BLACK NGOWOH)

7. Nama yang sesuai kenyataan melihat asli dan sifat negative (BLACK GIBOL)
8. Nama yang sesuai kenyataan melihat tambahan dan sifat negatif (GINGGO = GIBOL NGOWOH)

9. Nama yang sesuai kenyataan melihat sifat asli, sifat tambahan dan sifat negatifnya (BAGINGGO = BLACK GIBOL NGOWOH)


◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆


PROSES SUMUWWI bisa menjadi ISMI
حذفت لامه اي الواو تخفيفا لأن الواضع علم أنه يكثر استعماله فخففه ثم سكنت سينه وأتى بهمزة الوصل توصلا وعوضا عن اللام المحذوفة

Lam fiil SUMUWWI (yaitu wau) dibuang karena kebiasaan setiap kata yang diakhirnya huruf ilat (wau dan ya') memang dibuang seperti kata YADUN yang asalnya YADAWUN kemudian sin nya disukun dan ditangkan hamzah washol untuk membantu mengucapkan permulaan kata yang mati
(pelajaran I'lal,)





Terjadi perbedaan pendapat diantara Ulama tentang hukum membaca BASMALAH pada awal surat BAROO-AH
(surat attaubah)


قوله: (ومن ثم حرمت الخ) عليه منع ظاهر وفي الجعبري ما يدل على خلافه فراجعه سم عبارة ع ش قوله م ر: سورة براءة أي فلو أتى بها في أولها كان مكروها خلافا لحج حيث قال بالحرمة اه عبارة شيخنا فتكره البسملة في أولها وتسن في أثنائها كما قاله الرملي، وقيل: تحرم في أولها وتكره في أثنائها كما قاله ابن حج


Menurut Imam ROMLI hukum membaca BASMALAH pada awal surat baraooah adalah MAKRUH sedang menurut Imam Ibnu Hajar membaca basmalah diawal surat hukumnya haram, sedang di tengah surat hukumnya makruh.....
Hawasyi Assyarwaani wa al ‘ubaady II36



Bila terjadi pertanyaan apakah BASMALAH dengan susunan redaksi seperti yang kita nikmati sekarang ini hanya tertentu diturunkan pada Nabi Muhammad SAW padahal konon setiap kitab-kitab Allah yang diturunkan sebelum Nabi Muhammad juga di awali dengan BASMALAH ?


ويعرف تفصيل هذه المباحث الخمسة عشر من كلام
الشارح وغيره ، والصحيح أن البسملة بهذه الألفاظ العربية على هذا الترتيب من خصائص نبينا محمد وأمته ، وما في سورة النمل جاء على جهة الترجمة عما في الكتاب فإنه لم يكن عربياً حين كتبه وإرساله ، وإن كانت البسملة عربية باعتبار أصل نزولها ، لأنه تعالى لم ينزل كتاباً من السماء إلا باللفظ العربي لكن يعبر عنه كل نبي بلسان قومه يدل لذلك قوله تعالى :
( وما أرسلنا من رسول إلا بلسان قومه ليبين لهم } ) إبراهيم : 4 ) الآية


Kitab2 yang diturunkan oleh Allah yang menggunakan bahasa arab hanyalah alquran,
sedang susunan basmalah adalah susunan bahasa arab yang sempurna, andai dalam kitab sebelum alquran juga tertulis basmalah seperti apa yang diceritajan oleh alquran sendiri saat Nabi Sulaiman AS menyurati Balqis dengan di awali basmalah, maka yang di maksud adalah pengertian terjemah basmalahnya bukan susunan bahasa arabnya karena setiap Nabi diturunkan oleh allah disesuaikan dengan bahasa kaumnya,

◆◆

Adapun kenapa hamzah/ alif dalam lafadz بسم الله dihilangkan atau dibuang,
Sedangkan dalam kalimat yang lain seperti dalam lafadz با سم ربك dalam lafadz اقرا با سم ربك tidak ?

Alasannya adalah :

‎تنقص الف اسم في البسملة الكاملة بسم الله الرحمن الرحيم وأما باسم اللهم فتبقى معها الألف

Alif nya lafadz ISMUN dalam Basmalah yang sempurna sedangkan alifnya lafadz ISMUN dalam lafadz Bismikallahumma ditetapkan
(Qowa’idul Imla’ Hal 36)



Alasan dari pembuangan dalam Basmalah dan ditetapkan dalam lafadz lain ialah

‎وحدفت الألف في الخط بسم الله من بسم الله الرحمن الرحيم مع انها الف الوصل ‎لكثرة الإستعمال وهي متداعية التخفف‎‏ ‎ولا تحذف الألف في اقرأ باسم ربك من انها في لفظ الإسم كما في بسم الله ‎لقلة استعماله ‎وإن كانت في لفظ الإسم

‎مراح الأرواح ص ٥٨

Huruf Alif dalam tulisan ISMUN Dari ayat Bismillahirrohmaanirrohiin di buang disamping berupa hamzah washol (Sambung)
Juga dikarnakan banyak Penggunaan /Pemberlakuannya



Dan huruf alif ISMUN
Dalam ayat BISMI ROBBIKA dibuang dikarnakan Sedikit Penggunaan / Pemberlakuan nya meskipun ismun dalam lafadz iqro’ itu sebagaimana ismun dalam lafadz Basmalah
(Murohul Arwah Hal 58)



‎وإنما حرك الساكن بالكسر لأن الساكن إذا حرك حرك بالكسء فصار إسم ثم زيدت الباء في اوله لتدل على البقاء فصار باسم ثم حذفت الهمزة‎‏ ‎طلبا للتخفيف فعوض مد الباء منها لكثرة استعماله انتهى

‎المطلوب ص ٣‏

Alasan huruf alif dalam Lafadz ismun dari ayat Basmalah ialah Karna Mencari keringanan susunan dan mengganti membaca mad (Panjang) nya Ba’ dari pembuangan alif dikarnakan banyak penggunaan / pemberlakuannya
(Al-Mathlub hal 3)
والله اعلم

sumber https://plus.google.com/100166877465280728124/posts/8H7hGCNE6MD

Kamis, 30 November 2017

NASIHAT IMAM DZAHABI KEPADA GURUNYA IBNU TAIMIYYAH

Berikut teks nasihat Imam Adz-Dzahabi kepada gurunya (Ibnu Taimiyyah);

ﺍﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﺘﻲ ، ﻳﺎ ﺭﺏ ﺍﺭﺣﻤﻨﻲ ﻭﺃﻗﻠﻨﻲ ﻋﺜﺮﺗﻲ . ﻭﺍﺣﻔﻆ ﻋﻠﻲ ﺇﻳﻤﺎﻧﻲ . ﻭﺍﺣﺰﻧﺎﻩ ﻋﻠﻰ ﻗﻠﺔ ﺣﺰﻧﻲ ، ﻭﺍ ﺃﺳﻔﺎﻩ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻭﺫﻫﺎﺏ ﺃﻫﻠﻬﺎ ﻭﺍﺷﻮﻗﺎﻩ ﺇﻟﻰ ﺇﺧﻮﺍﻥ ﻣﺆﻣﻨﻴﻦ ﻳﻌﺎﻭﻧﻮﻧﻨﻲ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺒﻜﺎﺀ . ﻭﺍﺣﺰﻧﺎﻩ ﻋﻠﻰ ﻓﻘﺪ ﺃﻧﺎﺱ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻣﺼﺎﺑﻴﺢ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻭﺃﻫﻞ ﺍﻟﺘﻘﻮﻯ ﻭﻛﻨﻮﺯ ﺍﻟﺨﻴﺮﺍﺕ . ﺁﻩ ﻋﻠﻰ ﻭﺟﻮﺩ ﺩﺭﻫﻢ ﺣﻼﻝ ﻭﺃﺥ ﻣﺆﻧﺲ ، ﻃﻮﺑﻰ ﻟﻤﻦ ﺷﻐﻠﻪ ﻋﻴﺒﻪ ﻋﻦ ﻋﻴﻮﺏ ﺍﻟﻨﺎﺱ . ﻭﺗﺒﺎ ﻟﻤﻦ ﺷﻐﻠﻪ ﻋﻴﻮﺏ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻋﻦ ﻋﻴﺒﻪ . ﺇﻟﻰ ﻛﻢ ﺗﺮﻯ ﺍﻟﻘﺬﺍﺓ ﻓﻲ ﻋﻴﻦ ﺃﺧﻴﻚ ﻭﺗﻨﺴﻰ ﺍﻟﺠﺬﻉ ﻓﻲ ﻋﻴﻨﻚ ! . ﺇﻟﻰ ﻛﻢ ﺗﻤﺪﺡ ﻧﻔﺴﻚ ﻭﺷﻘﺎﺷﻘﻚ ﻭﻋﺒﺎﺭﺍﺗﻚ ﻭﺗﺬﻡ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﻭﺗﺘﺒﻊ ﻋﻮﺭﺍﺕ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻣﻊ ﻋﻠﻤﻚ ﺑﻨﻬﻲ ﺍﻟﺮﺳﻮﻝ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ‏( ﻻ ﺗﺬﻛﺮﻭﺍ ﻣﻮﺗﺎﻛﻢ ﺇﻻ ﺑﺨﻴﺮ ، ﻓﺈﻧﻬﻢ ﻗﺪ ﺃﻓﻀﻮﺍ ﺇﻟﻰ ﻣﺎ ﻗﺪﻣﻮﺍ ‏) ﺑﻠﻰ ﺃﻋﺮﻑ ﺃﻧﻚ ﺗﻘﻮﻝ ﻟﻲ ﻟﺘﻨﺼﺮ ﻧﻔﺴﻚ : ﺇﻧﻤﺎ ﺍﻟﻮﻗﻴﻌﺔ ﻓﻲ ﻫﺆﻻﺀ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻣﺎ ﺷﻤﻮﺍ ﺭﺍﺋﺤﺔ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﻭﻻ ﻋﺮﻓﻮﺍ ﻣﺎ ﺟﺎﺀ ﺑﻪ ﻣﺤﻤﺪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﻫﻮ ﺟﻬﺎﺩ . ﺑﻠﻰ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﻋﺮﻓﻮﺍ ﺧﻴﺮﺍ ﻛﺜﻴﺮﺍ ﻣﻤﺎ ﺇﺫﺍ ﻋﻤﻞ ﺑﻪ ﺍﻟﻌﺒﺪ ﻓﻘﺪ ﻓﺎﺯ ﻭﺟﻬﻠﻮﺍ ﺷﻴﺌﺎ ﻛﺜﻴﺮﺍ ﻣﻤﺎ ﻻ ﻳﻌﻨﻴﻬﻢ ، ﻭ ﻣﻦ ﺣﺴﻦ ﺇﺳﻼﻡ ﺍﻟﻤﺮﺀ ﺗﺮﻛﻪ ﻣﺎ ﻻ ﻳﻌﻨﻴﻪ . ﻳﺎ ﺭﺟﻞ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻚ ﻛﻒ ﻋﻨﺎ ﻓﺈﻧﻚ ﻣﺤﺠﺎﺝ ﻋﻠﻴﻢ ﺍﻟﻠﺴﺎﻥ ﻻ ﺗﻘﺮ ﻭﻻ ﺗﻨﺎﻡ . ﺇﻳﺎﻛﻢ ﻭﺍﻟﻐﻠﻮﻃﺎﺕ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻛﺮﻩ ﻧﺒﻴﻚ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍﻟﻤﺴﺎﺋﻞ ﻭﻋﺎﺑﻬﺎ ﻭﻧﻬﻰ ﻋﻦ ﻛﺜﺮﺓ ﺍﻟﺴﺆﺍﻝ ﻭﻗﺎﻝ : ‏( ﺇﻥ ﺃﺧﻮﻑ ﻣﺎ ﺃﺧﺎﻑ ﻋﻠﻰ ﺃﻣﺘﻲ ﻛﻞ ﻣﻨﺎﻓﻖ ﻋﻠﻴﻢ ﺍﻟﻠﺴﺎﻥ ‏) ﻭﻛﺜﺮﺓ ﺍﻟﻜﻼﻡ ﺑﻐﻴﺮ ﺯﻟﻞ ﺗﻘﺴﻲ ﺍﻟﻘﻠﻮﺏ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﻼﻝ ﻭﺍﻟﺤﺮﺍﻡ ، ﻓﻜﻴﻒ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻓﻲ ﻋﺒﺎﺭﺍﺕ ﺍﻟﻴﻮﻧﺴﻴﺔ ﻭﺍﻟﻔﻼﺳﻔﺔ ﻭﺗﻠﻚ ﺍﻟﻜﻔﺮﻳﺎﺕ ﺍﻟﺘﻲ ﺗﻌﻤﻰ ﺍﻟﻘﻠﻮﺏ . ﻭﺍﻟﻠﻪ ﻗﺪ ﺻﺮﻧﺎ ﺿﺤﻜﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﻮﺟﻮﺩ ﻓﺈﻟﻰ ﻛﻢ ﺗﻨﺒﺶ ﺩﻗﺎﺋﻖ ﺍﻟﻜﻔﺮﻳﺎﺕ ﺍﻟﻔﻠﺴﻔﻴﺔ ﻟﻨﺮﺩ ﺑﻌﻘﻮﻟﻨﺎ ، ﻳﺎ ﺭﺟﻞ ﻗﺪ ﺑﻠﻌﺖ ‏( ﺳﻤﻮﻡ ‏) ﺍﻟﻔﻼﺳﻔﺔ ﻭﺗﺼﻨﻴﻔﺎﺗﻬﻢ ﻣﺮﺍﺕ . ﻭﻛﺜﺮﺓ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻝ ﺍﻟﺴﻤﻮﻡ ﻳﺪﻣﻦ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺠﺴﻢ ﻭﺗﻜﻤﻦ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﺒﺪﻥ ﻭﺍﺷﻮﻗﺎﻩ ﺇﻟﻰ ﻣﺠﻠﺲ ﻓﻴﻪ ﺗﻼﻭﺓ ﺑﺘﺪﺑﺮ ﻭﺧﺸﻴﺔ ﺑﺘﺬﻛﺮ ﻭﺻﻤﺖ ﺑﺘﻔﻜﺮ .
ﻭﺁﻫﺎ ﻟﻤﺠﻠﺲ ﻳﺬﻛﺮ ﻓﻴﻪ ﺍﻷﺑﺮﺍﺭ ﻓﻌﻨﺪ ﺫﻛﺮ ﺍﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ ﺗﻨﺰﻝ ﺍﻟﺮﺣﻤﺔ . ﺑﻠﻰ ﻋﻨﺪ ﺫﻛﺮ ﺍﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ ﻳﺬﻛﺮﻭﻥ ﺑﺎﻻﺯﺩﺭﺍﺀ ﻭﺍﻟﻠﻌﻨﺔ . ﻛﺎﻥ ﺳﻴﻒ ﺍﻟﺤﺠﺎﺝ ﻭﻟﺴﺎﻥ ﺍﺑﻦ ﺣﺰﻡ ﺷﻘﻴﻘﻴﻦ ﻓﻮﺍﺧﻴﺘﻬﻤﺎ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﺧﻠﻮﻧﺎ ﻣﻦ ﺫﻛﺮ ﺑﺪﻋﺔ ﺍﻟﺨﻤﻴﺲ ﻭﺃﻛﻞ . ﺍﻟﺤﺒﻮﺏ ﻭﺟﺪﻭﺍ ﻓﻲ ﺫﻛﺮ ﺑﺪﻉ ﻛﻨﺎ ﻧﻌﺪﻫﺎ ﻣﻦ ﺃﺳﺎﺱ ﺍﻟﻀﻼﻝ ﻗﺪ ﺻﺎﺭﺕ ﻫﻲ ﻣﺤﺾ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻭﺃﺳﺎﺱ ﺍﻟﺘﻮﺣﻴﺪ ﻭﻣﻦ ﻟﻢ ﻳﻌﺮﻓﻬﺎ ﻓﻬﻮ ﻛﺎﻓﺮ ﺃﻭ ﺣﻤﺎﺭ ، ﻭﻣﻦ ﻟﻢ ﻳﻜﻔﺮ ﻓﻬﻮ ﺃﻛﺜﺮ ﻣﻦ ﻓﺮﻋﻮﻥ ﻭﺗﻌﺪ ﺍﻟﻨﺼﺎﺭﻯ ﻣﺜﻠﻨﺎ ، ﻭﺍﻟﻠﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﻠﻮﺏ ﺷﻜﺮﻙ ﺇﻥ ﺳﻠﻢ ﻟﻚ ﺇﻳﻤﺎﻧﻚ ﺑﺎﻟﺸﻬﺎﺩﺗﻴﻦ ﻓﺄﻧﺖ ﺳﻌﻴﺪ . ﻳﺎ ﺧﻴﺒﺔ ﻣﻦ ﺍﺗﺒﻌﻚ ﻓﺈﻧﻪ ﻣﻌﺮﺽ ﻟﻠﺰﻧﺪﻗﺔ ﻭﺍﻻﻧﺤﻼﻝ ﻻ ﺳﻴﻤﺎ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻗﻠﻴﻞ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻭﺍﻟﺪﻳﻦ ﺑﺎﻃﻮﻟﻴﺎ ﺷﻬﻮﺍﻧﻴﺎ ﻟﻜﻨﻪ ﻳﻨﻔﻌﻚ ﻭﻳﺠﺎﻫﺪ ﻋﻨﺪﻙ ﺑﻴﺪﻩ ﻭﻟﺴﺎﻧﻪ ﻭﻓﻲ ﺍﻟﺒﺎﻃﻦ ﻋﺪﻭ ﻟﻚ ﺑﺤﺎﻟﻪ ﻭﻗﻠﺒﻪ ﻓﻬﻞ ﻣﻌﻈﻢ ﺃﺗﺒﺎﻋﻚ ﺇﻻ ﻗﻌﻴﺪ ﻣﺮﺑﻮﻁ ﺧﻔﻴﻒ ﺍﻟﻌﻘﻞ ﺃﻭ ﻋﺎﻣﻲ ﻛﺬﺍﺏ ﺑﻠﻴﺪ ﺍﻟﺬﻫﻦ ﺃﻭ ﻏﺮﻳﺐ ﻭﺍﺟﻢ ﻗﻮﻱ ﺍﻟﻤﻜﺮ ﺃﻭ ﻧﺎﺷﻒ ﺻﺎﻟﺢ ﻋﺪﻳﻢ ﺍﻟﻔﻬﻢ ، ﻓﺈﻥ ﻟﻢ ﺗﺼﺪﻗﻨﻲ ﻓﻔﺘﺸﻬﻢ ﻭﺯﻧﻬﻢ ﺑﺎﻟﻌﺪﻝ ، ﻳﺎ ﻣﺴﻠﻢ ﺃﻗﺪﻡ ﺣﻤﺎﺭ ﺷﻬﻮﺗﻚ ﻟﻤﺪﺡ ﻧﻔﺴﻚ . ﺇﻟﻰ ﻛﻢ ﺗﺼﺎﺩﻗﻬﺎ ﻭﺗﻌﺎﺩﻱ ﺍﻷﺧﻴﺎﺭ . ﺇﻟﻰ ﻛﻢ ﺗﺼﺎﺩﻗﻬﺎ ﻭﺗﺰﺩﺭﻱ ﺍﻷﺑﺮﺍﺭ . ﺇﻟﻰ ﻛﻢ ﺗﻌﻈﻤﻬﺎ ﻭﺗﺼﻐﺮ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩ . ﺇﻟﻰ ﻣﺘﻰ ﺗﺨﺎﻟﻠﻬﺎ ﻭﺗﻤﻘﺖ ﺍﻟﺰﻫﺎﺩ . ﺇﻟﻰ ﻣﺘﻰ ﺗﻤﺪﺡ ﻛﻼﻣﻚ ﺑﻜﻴﻔﻴﺔ ﻻ ﺗﻤﺪﺡ - ﻭﺍﻟﻠﻪ - ﺑﻬﺎ ﺃﺣﺎﺩﻳﺚ ﺍﻟﺼﺤﻴﺤﻴﻦ . ﻳﺎ ﻟﻴﺖ ﺃﺣﺎﺩﻳﺚ ﺍﻟﺼﺤﻴﺤﻴﻦ ﺗﺴﻠﻢ ﻣﻨﻚ ﺑﻞ ﻓﻲ ﻛﻞ ﻭﻗﺖ ﺗﻐﻴﺮ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺑﺎﻟﺘﻀﻌﻴﻒ ﻭﺍﻻﻫﺪﺍﺭ ﺃﻭ ﺑﺎﻟﺘﺄﻭﻳﻞ ﻭﺍﻹﻧﻜﺎﺭ ، ﺃﻣﺎ ﺁﻥ ﻟﻚ ﺃﻥ ﺗﺮﻋﻮﻯ ؟ ﺃﻣﺎ ﺣﺎﻥ ﻟﻚ ﺃﻥ ﺗﺘﻮﺏ ﻭﺗﻨﻴﺐ ؟ ﺃﻣﺎ ﺃﻧﺖ ﻓﻲ ﻋﺸﺮ ﺍﻟﺴﺒﻌﻴﻦ ﻭﻗﺪ ﻗﺮﺏ ﺍﻟﺮﺣﻴﻞ . ﺑﻠﻰ - ﻭﺍﻟﻠﻪ - ﻣﺎ ﺃﺫﻛﺮ ﺃﻧﻚ ﺗﺬﻛﺮ ﺍﻟﻤﻮﺕ ﺑﻞ ﺗﺰﺩﺭﻱ ﺑﻤﻦ ﻳﺬﻛﺮ ﺍﻟﻤﻮﺕ ﻓﻤﺎ ﺃﻇﻨﻚ ﺗﻘﺒﻞ ﻋﻠﻰ ﻗﻮﻟﻲ ﻭﻻ ﺗﺼﻐﻲ ﺇﻟﻰ ﻭﻋﻈﻲ ﺑﻞ ﻟﻚ ﻫﻤﺔ ﻛﺒﻴﺮﺓ ﻓﻲ ﻧﻘﺾ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻮﺭﻗﺔ ﺑﻤﺠﻠﺪﺍﺕ ﻭﺗﻘﻄﻊ ﻟﻲ ﺃﺫﻧﺎﺏ ﺍﻟﻜﻼﻡ ﻭﻻ ﺗﺰﺍﻝ ﺗﻨﺘﺼﺮ ﺣﺘﻰ ﺃﻗﻮﻝ : ﻭﺃﻟﺒﺘﺔ ﺳﻜﺖ . ﻓﺈﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻫﺬﺍ ﺣﺎﻟﻚ ﻋﻨﺪﻱ ﻭﺃﻧﺎ ﺍﻟﺸﻔﻮﻕ ﺍﻟﻤﺤﺐ ﺍﻟﻮﺍﺩ ﻓﻜﻴﻒ ﺣﺎﻟﻚ ﻋﻨﺪ ﺃﻋﺪﺍﺋﻚ . ﻭﺃﻋﺪﺍﺅﻙ - ﻭﺍﻟﻠﻪ - ﻓﻴﻬﻢ ﺻﻠﺤﺎﺀ ﻭﻋﻘﻼﺀ ﻭﻓﻀﻼﺀ ﻛﻤﺎ ﺃﻥ ﺃﻭﻟﻴﺎﺀﻙ ﻓﻴﻬﻢ ﻓﺠﺮﺓ ﻭﻛﺬﺑﺔ ﻭﺟﻬﻠﺔ ﻭﺑﻄﻠﺔ ﻭﻋﻮﺭ ﻭﺑﻘﺮ . ﻗﺪ ﺭﺿﻴﺖ ﻣﻨﻚ ﺑﺄﻥ ﺗﺴﺒﻨﻲ ﻋﻼﻧﻴﺔ ﻭﺗﻨﺘﻔﻊ ﺑﻤﻘﺎﻟﺘﻲ ﺳﺮﺍ ‏( ﻓﺮﺣﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻣﺮﺀﺍ ﺃﻫﺪﻯ ﺇﻟﻲ ﻋﻴﻮﺑﻲ ‏) ﻓﺈﻧﻲ ﻛﺜﻴﺮ ﺍﻟﻌﻴﻮﺏ ﻏﺰﻳﺮ ﺍﻟﺬﻧﻮﺏ . ﺍﻟﻮﻳﻞ ﻟﻲ ﺇﻥ ﺃﻧﺎ ﻻ ﺃﺗﻮﺏ ، ﻭﻭﺍﻓﻀﻴﺤﺘﻲ ﻣﻦ ﻋﻼﻡ ﺍﻟﻐﻴﻮﺏ ﻭﺩﻭﺍﺋﻲ ﻋﻔﻮ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻣﺴﺎﻣﺤﺘﻪ ﻭﺗﻮﻓﻴﻘﻪ ﻭﻫﺪﺍﻳﺘﻪ ﻭﺍﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﺭﺏ ﺍﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ ﻭﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺧﺎﺗﻢ ﺍﻟﻨﺒﻴﻴﻦ ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻟﻪ ﻭﺻﺤﺒﻪ ﺃﺟﻤﻌﻴﻦ
 
[[Al-Hâfidz adz-Dzahabi merupakan murid dari Ibn Taimiyah. Walaupun dalam banyak hal Adz-Dzahabi mengikuti faham-faham Ibn Taimiyah, -terutama dalam masalah akidah-, namun ia sadar bahwa ia sendiri, dan gurunya tersebut, serta orang-orang yang menjadi pengikut gurunya ini telah menjadi bulan-bulanan mayoritas umat Islam dari kalangan Ahlussunnah pengikut madzhab al-Imâm Abu al-Hasan al-Asy’ari. Kondisi ini disampaikan oleh adz-Dzahabi kepada Ibn Taimiyah untuk mengingatkannya agar ia berhenti dari menyerukan faham-faham ekstrimnya, serta berhenti dari kebiasaan mencaci-maki para ulama saleh terdahulu. Untuk ini kemudian adz-Dzahabi menuliskan beberapa risalah sebagai nasehat kepada Ibn Taimiyah, sekaligus hal ini sebagai “pengakuan” dari seorang murid terhadap penyimpangan gurunya sendiri. Risalah pertama berjudul Bayân Zghl al-‘Ilm Wa ath-Thalab, dan risalah kedua berjudul an-Nashîhah adz-Dzhabiyyah Li Ibn Taimiyah]].  
 
TERJEMAH : NASEHAT KEPADA IBNU TAIMIYYAH
 
Dalam risalah Bayân Zghl al-‘Ilm, adz-Dzahabi menuliskan ungkapan yang diperuntukan bagi Ibn Taimiyah sebagai berikut [1]: “Hindarkanlah olehmu rasa takabur dan sombong dengan ilmumu. Alangkah bahagianya dirimu jika engkau selamat dari ilmumu sendiri karena engkau menahan diri dari sesuatu yang datang dari musuhmu atau engkau menahan diri dari sesuatu yang datang dari dirimu sendiri. Demi Allah, kedua mataku ini tidak pernah mendapati orang yang lebih luas ilmunya, dan yang lebih kuat kecerdasannya dari seorang yang bernama Ibn Taimiyah. Keistimewaannya ini ditambah lagi dengan sikap zuhudnya dalam makanan, dalam pakaian, dan terhadap perempuan. Kemudian ditambah lagi dengan konsistensinya dalam membela kebenaran dan berjihad sedapat mungkin walau dalam keadaan apapun. Sungguh saya telah lelah dalam menimbang dan mengamati sifat-sifatnya (Ibn Taimiyah) ini hingga saya merasa bosan dalam waktu yang sangat panjang. Dan ternyata saya medapatinya mengapa ia dikucilkan oleh para penduduk Mesir dan Syam (sekarang Siria, lebanon, Yordania, dan Palestina) hingga mereka membencinya, menghinanya, mendustakannya, dan bahkan mengkafirkannya, adalah tidak lain karena dia adalah seorang yang takabur, sombong, rakus terhadap kehormatan dalam derajat keilmuan, dan karena sikap dengkinya terhadap para ulama terkemuka. Anda lihat sendiri, alangkah besar bencana yang ditimbulkan oleh sikap “ke-aku-an” dan sikap kecintaan terhadap kehormatan semacam ini!”.  
 
Adapun nasehat adz-Dzahabi terhadap Ibn Taimiyah yang ia tuliskan dalam risalah an-Nashîhah adz-Dzahabiyyah, secara lengkap dalam terjemahannya sebagai berikut [2]: 
 
“Segala puji bagi Allah di atas kehinaanku ini. Ya Allah berikanlah rahmat bagi diriku, ampunilah diriku atas segala kecerobohanku, peliharalah imanku di dalam diriku. Oh… Alangkah sengsaranya diriku karena aku sedikit sekali memiliki sifat sedih!! Oh… Alangkah disayangkan ajaran-ajaran Rasulullah dan orang-orang yang berpegang teguh dengannya telah banyak pergi!! Oh... Alangkah rindunya diriku kepada saudara-saudara sesama mukmin yang dapat membantuku dalam menangis!! Oh... Alangkah sedih karena telah hilang orang-orang (saleh) yang merupakan pelita-pelita ilmu, orang-orang yang memiliki sifat-sifat takwa, dan orang-orang yang merupakan gudang-gudang bagi segala kebaikan!! Oh... Alangkah sedih atas semakin langkanya dirham (mata uang) yang halal dan semakin langkanya teman-teman yang lemah lembut yang menentramkan. Alangkah beruntungnya seorang yang disibukan dengan memperbaiki aibnya sendiri dari pada ia mencari-cari aib orang lain. Dan alangkah celakanya seorang disibukan dengan mencari-cari aib orang lain dari pada ia memperbaiki aibnya sendiri. Sampai kapan engkau (Wahai Ibn Taimiyah) akan terus memperhatikan kotoran kecil di dalam mata saudara-saudaramu, sementara engkau melupakan cacat besar yang nyata-nyata berada di dalam matamu sendiri?! Sampai kapan engkau akan selalu memuji dirimu sendiri, memuji-muji pikiran-pikiranmu sendiri, atau hanya memuji-muji ungkapan-ungkapanmu sendiri?! Engkau selalu mencaci-maki para ulama dan mencari-cari aib orang lain, padahal engkau tahu bahwa Rasulullah bersabda: “Janganlah kalian menyebut-menyebut orang-orang yang telah mati di antara kalian kecuali dengan sebutan yang baik, karena sesungguhnya mereka telah menyelesaikan apa yang telah mereka perbuat”. Benar, saya sadar bahwa bisa saja engkau dalam membela dirimu sendiri akan berkata kepadaku: “Sesungguhnya aib itu ada pada diri mereka sendiri, mereka sama sekali tidak pernah merasakan kebenaran ajaran Islam, mereka betul-betul tidak mengetahui kebenaran apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad, memerangi mereka adalah jihad”. Padahal, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang sangat mengerti terhadap segala macam kebaikan, yang apa bila kebaikan-kebaikan tersebut dilakukan maka seorang manusia akan menjadi sangat beruntung. Dan sungguh, mereka adalah orang-orang yang tidak mengenal (tidak mengerjakan) kebodohan-kebodohan (kesesatan-kesesatan) yang sama sekali tidak memberikan manfa’at kepada diri mereka. Dan sesungguhnya (Sabda Rasulullah); “Di antara tanda-tanda baiknya keislaman seseorang adalah apa bila ia meninggalkan sesuatu yang tidak memberikan manfa’at bagi dirinya”. (HR. at-Tirmidzi) Hai engkau…! (Ibn Taimiyah), demi Allah, berhentilah, janganlah terus mencaci maki kami. Benar, engkau adalah seorang yang pandai memutar argumen dan tajam lidah, engkau tidak pernah mau diam dan tidak tidur. Waspadalah engkau, jangan sampai engkau terjerumus dalam berbagai kesesatan dalam agama. Sungguh, Nabimu (Nabi Muhammad) sangat membenci dan mencaci perkara-perkara [yang ekstrim]. Nabimu melarang kita untuk banyak bertanya ini dan itu. Beliau bersabda: “Sesungguhnya sesuatu yang paling ditakutkan yang aku khawatirkan atas umatku adalah seorang munafik yang tajam lidahnya”. (HR. Ahmad) 
 
 Jika banyak bicara tanpa dalil dalam masalah hukum halal dan haram adalah perkara yang akan menjadikan hati itu sangat keras, maka terlebih lagi jika banyak bicara dalam ungkapan-ungkapan [kelompok yang sesat, seperti] kaum al-Yunusiyyah, dan kaum filsafat, maka sudah sangat jelas bahwa itu akan menjadikan hati itu buta. Demi Allah, kita ini telah menjadi bahan tertawaan di hadapan banyak makhluk Allah. Maka sampai kapan engkau akan terus berbicara hanya mengungkap kekufuran-kekufuran kaum filsafat supaya kita bisa membantah mereka dengan logika kita?? Hai engkau…! Padahal engkau sendiri telah menelan berbagai macam racun kaum filsafat berkali-kali. Sungguh, racun-racun itu telah telah membekas dan menggumpal pada tubuhmu, hingga menjadi bertumpuk pada badanmu. Oh… Alangkah rindunya kepada majelis yang di dalamnya diisi dengan tilâwah dan tadabbur, majelis yang isinya menghadirkan rasa takut kepada Allah karena mengingt-Nya, majelis yang isinya diam dalam berfikir. Oh… Alangkah rindunya kepada majelis yang di dalamnya disebutkan tentang orang-orang saleh, karena sesungguhnya, ketika orang-orang saleh tersebut disebut-sebut namanya maka akan turun rahmat Allah. Bukan sebaliknya, jika orang-orang saleh itu disebut-sebut namanya maka mereka dihinakan, dilecehkan, dan dilaknat. Pedang al-Hajjaj (Ibn Yusuf ats-Tsaqafi) dan lidah Ibn Hazm adalah laksana dua saudara kandung, yang kedua-duanya engkau satukan menjadi satu kesatuan di dalam dirimu. (Engkau berkata): “Jauhkan kami dari membicarakan tentang “Bid’ah al-Khamîs”, atau tentang “Akl al-Hubûb”, tetapi berbicaralah dengan kami tentang berbagai bid’ah yang kami anggap sebagai sumber kesesatan”. (Engkau berkata); Bahwa apa yang kita bicarakan adalah murni sebagai bagian dari sunnah dan merupakan dasar tauhid, barangsiapa tidak mengetahuinya maka dia seorang yang kafir atau seperti keledai, dan siapa yang tidak mengkafirkan orang semacam itu maka ia juga telah kafir, bahkan kekufurannya lebih buruk dari pada kekufuran Fir’aun. (Engkau berkata); Bahwa orang-orang Nasrani sama seperti kita. Demi Allah, [ajaran engkau ini] telah menjadikan banyak hati dalam keraguan. Seandainya engkau menyelamatkan imanmu dengan dua kalimat syahadat maka engkau adalah orang yang akan mendapat kebahagiaan di akhirat. Oh… Alangkah sialnya orang yang menjadi pengikutmu, karena ia telah mempersiapkan dirinya sendiri untuk masuk dalam kesesatan (az-Zandaqah) dan kekufuran, terlebih lagi jika yang menjadi pengikutmu tersebut adalah seorang yang lemah dalam ilmu dan agamanya, pemalas, dan bersyahwat besar, namun ia membelamu mati-matian dengan tangan dan lidahnya. Padahal hakekatnya orang semacam ini, dengan segala apa yang ia perbuatan dan apa yang ada di hatinya, adalah musuhmu sendiri. Dan tahukah engkau (wahai Ibn Taimiyah), bahwa mayoritas pengikutmu tidak lain kecuali orang-orang yang “terikat” (orang-orang bodoh) dan lemah akal?! Atau kalau tidak demikian maka dia adalah orang pendusta yang berakal tolol?! Atau kalau tidak demikian maka dia adalah aneh yang serampangan, dan tukang membuat makar?! Atau kalau tidak demikian maka dia adalah seorang yang [terlihat] ahli ibadah dan saleh, namun sebenarnya dia adalah seorang yang tidak paham apapun?! Kalau engkau tidak percaya kepadaku maka periksalah orang-orang yang menjadi pengikutmu tersebut, timbanglah mereka dengan adil…! Wahai Muslim (yang dimaksud Ibn Taimiyah), adakah layak engkau mendahulukan syahwat keledaimu yang selalu memuji-muji dirimu sendiri?! Sampai kapan engkau akan tetap menemani sifat itu, dan berapa banyak lagi orang-orang saleh yang akan engkau musuhi?! Sampai kapan engkau akan tetap hanya membenarkan sifatmu itu, dan berapa banyak lagi orang-orang baik yang akan engkau lecehkan?! Sampai kapan engkau hanya akan mengagungkan sifatmu itu, dan berapa banyak lagi orang-orang yang akan engkau kecilkan (hinakan)?! Sampai kapan engkau akan terus bersahabat dengan sifatmu itu, dan berapa banyak lagi orang-orang zuhud yang akan engkau perangi?! Sampai kapan engkau hanya akan memuji-muji pernyataan-pernyataan dirimu sendiri dengan berbagai cara, yang demi Allah engkau sendiri tidak pernah memuji hadits-hadits dalam dua kitab shahih (Shahîh al-Bukhâri dan Shahîh Muslim) dengan caramu tersebut?! Oh… Seandainya hadits-hadits dalam dua kitab shahih tersebut selamat dari keritikmu…! Tetapi sebalikanya, dengan semaumu engkau sering merubah hadits-hadits tersebut, engkau mengatakan ini dla’if, ini tidak benar, atau engkau berkata yang ini harus ditakwil, dan ini harus diingkari. Tidakkah sekarang ini saatnya bagimu untuk merasa takut?! Bukankah saatnya bagimu sekarang untuk bertaubat dan kembali (kepada Allah)?! Bukankah engkau sekarang sudah dalam umur 70an tahun, dan kematian telah dekat?! Tentu, demi Allah, aku mungkin mengira bahwa engkau tidak akan pernah ingat kematian, sebaliknya engkau akan mencaci-maki seorang yang ingat akan mati! Aku juga mengira bahwa mungkin engkau tidak akan menerima ucapanku dan mendengarkan nesehatku ini, sebaliknya engkau akan tetap memiliki keinginan besar untuk membantah lembaran ini dengan tulisan berjilid-jilid, dan engkau akan merinci bagiku berbagai rincian bahasan. Engkau akan tetap selalu membela diri dan merasa menang, sehingga aku sendiri akan berkata kepadaku: “Sekarang, sudah cukup, diamlah…!”. Jika penilaian terhadap dirimu dari diri saya seperti ini, padahal saya sangat menyangi dan mencintaimu, maka bagaimana penilaian para musuhmu terhadap dirimu?! Padahal para musuhmu, demi Allah, mereka adalah orang-orang saleh, orang-orang cerdas, orang-orang terkemuka, sementara para pembelamu adalah orang-orang fasik, para pendusta, orang-orang tolol, dan para pengangguran yang tidak berilmu. Aku sangat ridla jika engkau mencaci-maki diriku dengan terang-terangan, namun diam-diam engkau mengambil manfaat dari nasehatku ini. “Sungguh Allah telah memberikan rahmat kepada seseorang, jika ada orang lain yang menghadiahkan (memperlihatkan) kepadanya akan aib-aibnya”. Karena memang saya adalah manusia banyak dosa. Alangkah celakanya saya jika saya tidak bertaubat. Alangkah celaka saya jika aib-aibku dibukakan oleh Allah yang maha mengetahui segala hal yang ghaib. Obatnya bagiku tiada lain kecuali ampunan dari Allah, taufik-Nya, dan hidayah-Nya. Segala puji hanya milik Allah, Shalawat dan salam semoga terlimpah atas tuan kita Muhammad, penutup para Nabi, atas keluarganya, dan para sahabatnya sekalian. 
 _________ 
Catatan Kaki; 
[1]. Secara lengkap dikutip oleh asy-Syaikh Arabi at-Tabban dalam kitab Barâ-ah al-Asy’ariyyîn Min ‘Aqâ-id al-Mukhâlifîn, lihat kitab j. 2, h. 9.
[2]. Teks lebih lengkap dengan aslinya lihat an-Nashîhah adz-Dzahabiyyah dalam dalam kitab Barâ-ah al-Asy’ariyyîn Min ‘Aqâ-id al-Mukhâlifîn, j. 2, h. 9-11
 
Sumber Terjemah : http://pustaka.islamnet.web.id/Bahtsul_Masaail/Aswaja/Ad-Durarus%20Saniyyah%20Fiy%20Bayaani%20al-Maqalaati%20al-Sunniyyah%20-%20Khalil%20Abu%20Fatih/Buku%200/Nasehat%20Adz-Dzahabi%20Kepada%20Ibnu%20Taimiyyah.htm
 
Wallahu a’lam.

Jumat, 03 November 2017

Kisah Abu Hanifah Kecil Menumbangkan Hujah Dan Kesombongan Tokoh Atheis/Dahriyyah

Ketika Abu Hanifah masih anak anak dan belajar pada syeikh Hamad, saat itu ada seorang tokoh dahriyyah/atheis yang dengan hujahnya banyak mengalahkan hujah para ulama saat itu, ia berkeyakinan "Allah itu tidak ada".
 
Ia (dahriyyah/atheis) bahkan mengajukan tantangan pada khalifah yang berkuasa saat itu.
Atheis : "apakah masih tersisa ulama kalian untuk berdebat denganku ?".
Khalifah : "Ya ... beliau syeikh Hamad"
Atheis : "datangkan ia untuk berdebat denganku".

Khalifah pun menyampaikan undangan debat terbuka tersebut kepada syekh Hamad, dan syeikh Hamad berkata : "tunggulah satu malam".

Maka ketika pagi hari, datanglah Abu hanifah yang usianya memang masih anak anak menemui syeikh hamad, dan abu hanifah melihat mimik muka gurunya yang sedang kebingungan, ia pun bertanya : Ada apa syeikh, hingga anda seperti orang yang kebingungan?
Syeikh Hamad : "bagaimana aku tak bingung, aku mendapat undangan debat terbuka dengan seorang atheis yang telah banyak mengalahkan hujjah ulama kita. Namun tadi malam aku bermimpi ?!".
Abu Hanifah : "Mimpi apakah itu syeikh?"
Syeikh Hamad : Aku bermimpi sebuah rumah yang luas dan besar serta penuh hiasan dan dalamnya ada sebuah pohon yang berbuah, namun datanglah seekor babi yang memakan seluruh buah, daun dan dahan pohon tersebut hingga hanya tersisa batang pohonnya saja, kemudian keluarlah seekor macan dari pohon tersebut dan membunuh babi itu".

Abu Hanifah : "Allah memberiku pengetahuan tentang ta'bir mimpi, dan mimpi syeikh pertanda baik buat kita dan buruk bagi musuh kita, jika syeikh berkenan aku akan menerangkan ta'bir mimpi itu".
Syeikh Hamad : "silahkan...sampaikanlah wahai Nu'man...".
Abu Hanifah : "Rumah besar penuh perhiasan itu adalah agama islam, Pohon yang berbuah itu adalah ulama, Batang pohon yang tersisa itu adalah anda wahai syeikh, Babi itu adalah tokoh atheis dan macan yang membinasakan babi itu adalah Aku. bawa sertalah aku bersamamu, dengan berkah darimu aku akan melayani tantangan debat itu".

Syeikh Hamad gembira mendengar hal itu dan mereka berdua pun berangkat ke masjid jami' dan khalifah serta manusia telah berkumpul di majlis syeikh hamad dalam masjid itu. Abu hanifah berdiri disamping gurunya sambil mengangkat sandalnya dan sandal gurunya. Tak lama datanglah Atheis dan dengan sombongnya ia langsung naik mimbar dan berkata;
Atheis : "siapa yang akan menjawab pertanyaanku?".
Abu Hanifah : "ajukan saja pertanyaanmu dan orang yang mengetahui akan menjawabnya".
Atheis : "siapakah engkau wahai anak kecil ? berani berkata denganku ... banyak orang yang telah berumur dan menjadi pembesar menggunakan imamah besar memgenakan pakaian keagungan, tumbang menghadapiku. Engkau hanya bocah kecil yang belum cukup umur".

Abu Hanifah : "Allah tidak meletakkan kemulian dan derajat yang tinggi pada imamah yang besar dan pada pakaian yang mentereng, namun ia meletakkannya pada ULAMA".

Atheis : "apakah engkau akan menjawab pertanyaanku".
Abu Hanifah :"iya ... dengan taufiq Allah aku akan menjawabnya".

Atheis : "Apakah Allah ada ?".
Abu Hanifah : "Iya, ada !!!".
Atheis : "dimana Ia berada?"
Abu Hanifah : "Ia tidak bertempat"
Atheis : "Bangaimana mungkin sesuatu yang ada tidak mempunyai tempat/betempat?".
Abu Hanifah : "dalilnya ada pada dirimu".
Atheis :"apakah itu?"
Abu Hanifah : "Apakah dalam jasadmu ada ruh?".
Atheis : "iya !
Abu Hanifah : "dimana RUH mu berada? apakah dalam kepalamu atau dalam perutmu atau diam di kakimu ?".

Atheis bingung dan diam seribu bahasa karena tidak bisa menjawab pertanyaan balik Abu hanifah.
Kemudian Abu hanifah meminta agar didatangkan padanya segelas susu. Kembali Abu hanifah bertanya kepada atheis

Abu Hanifah : "Apakah dalam susu ini ada lemak?".
Atheis : "iya !"
Abu Hanifah : "dimanakah letak lemak dalam susu ini, apakah di bagian atasnya atau di bagian bawahnya ?".

Kembali si atheis dibuat kebingungan oleh abu hanifah.

Abu Hanifah : "seperti itulah, tidak di temukan tempat bagi Allah".
Atheis : "Ada apa sebelum Allah dan ada apa setelah Allah ?".
Abu Hanifah : "tidak ada sesuatu pun sebelum Allah dan setelahNya".
Atheis : "bagaimana penjelasannya. sesuatu yang ada tidak ada sesuatu yang mendahuluinya dan tidak ada sesuatu setelahnya?".
Abu Hanifah :"dalilnya ada pada dirimu".
Atheis : "apakah itu ?"
Abu Hanifah : "Ada apa sebelum ibu jarimu, dan ada apa setelah jari kelingkingmu ?".
Atheis : "tidak ada sesuatupun sebelum ibu jariku dan setelah jari kelingkingku !".
Abu Hanifah : "seperti itu bagi Allah, tiada yang mendahuluiNya, tiada pula setelahNya".

Atheis : "Tersisa satu pertanyaan lagi "
Abu Hanifah : "katakanlah, aku akan menjawabnya, insyaAllah !".
Atheis : "Sedang apa Allah sekarang ?"
Abu Hanifah : "Sebenarnya, engkau telah membalikkah perkara, biasanya yang di atas mimbar yang menjawab pertanyaan dan yang bertanya orang di bawah mimbar. Aku akan menjawab pertanyaanmu jika engkau turun dari mimbar itu !".

Atheis pun turun dan Abu hanifah naik mimbar dan menjawab pertanyaan atheis tersebut.

Abu Hanifah : "Yang Allah lakukan sekarang adalah menjatuhkan orang yang bathil seperti anda dari atas ke bawah dan mengangkat yang haq sepertiku dari bawah ke atas !!!".

Semoga dapat di petik hikmahnya, di sarikan dari kitab FATHUL MAJID halaman 7, karya Mbah Nawawi al-Bantani
Dan berikut teks ibarah selengkapnya

حكي ان دهريا جاء فى زمان حماد شيخ ابى حنيفة ولزم جميع العلماء من جهة وجود الله بلا مكان وقال هل بقي من علمائكم احد، قالوا بقي حماد فقال الدهري للخليفة اخضره ايها الخليفة ليتكلم معى فدعاه فقال امهلونى الليلة فلما اصبح الصباح جاء ابو حنيفة وكان صغيرا ليتكلم معه فرآه مغموما فسأله عن ذلك فقال كيف لا اغتم وقد دعيت الى التكلم مع الدهرى وقد لزم جميع العلماء ورأيت البارخة رؤيا منكرة ، فقال ما هي ؟ قال رايت دارا واسعة مزينة وفيها شجرة مثمرة فخرج من ركن الدار خنزير فأكل الثمر والورق والاغصان حتى لا يبقى الا اصل تلك الشجرة فخرج من اصلها أسد فقتل الخنزير ، فقال ابو خنيفة ان الله علمنى علم التعبير فهذه الرؤية خير لنا ، شر لأعدائنا فلو أذنت لى فى تعبيرها لعبرتها ، فقال حماد عبر يا نعمان. فقال الدار الواسعة المزينة دار الاسلام والشجرة المثمرة العلماء واصلها الباقى أنت والخنزير الدهري والاسد الذى يهلكه أنا، فأذهب انا معك فببركة همتك وحضرتك أتكلم معه وألزمه ففرح حماد ثم قاما من ساعتهما الى مسجد الجامع فجاء الخليفة واجتمع الناس بمجلس حماد فى ذلك المسجد ووقف ابو حنيفة بحذائه تحت سريره رافعا نعله ونعل شيخه فحضر الدهري وصعد المنبر وقال من المجيب لسؤالى ؟ وقال ابو حنيفة ما هذا القول سل فمن يعلم يجيبك ، قال ومن انت يا صبي تتكلم معى كم من ذوى الأسنان الكبار والعمائم العظيمة وأصحاب الثياب الفاخرة والأكمام الواسعة قد عجزوا فكيف انت تتكلم معى مع صغؤ سنك وحقارة نفسك . فقال ما وضع الله العز والرفعة للعمائم العظيمة والثياب الفاخرة والأكمام الواسعة ولكن وضعها للعلماء . قال هل انت تجيب سؤالى قال نعم اجيبك بتوفيق الله ، فقال هل الله موجود ؟ قال نعم قال أين هو؟ قال لا مكان له ، قال وكيف يكون موجود بلا مكان له ، قال لهذا دليل فى بدنك قال ما هو؟ قال هل فى جسدك روح قال نعم قال اين روحك أفى رأسك ام فى بطنك ام فى رجلك فتحير الدهرى. ثم دعا ابو حنيفة بلبن وقال أفى هذا اللبن سمن قال نعم قال اين مكان سمنه أفى أعلاه ام فى اسفله فتحير الدهرى . فقال ابو حنيفة كما لا يوجد للروح مكان ولا للسمن مكان فى اللبن كذلك لا يوجد لله فى الكون مكان ، ثم قال الدهرى فما كان قبل الله وما بعده ؟ قال ابو حنيفة لاشيء قبله ولا شيء بعده ، قال كيف يتصور موجود لا شيء قبله ولا شيء بعده ، قال لهذا دليل فى بدنك أيضا ، قال فما هو ؟ قال فما قبل ابهامك وما بعد خنصرك قال لا شيء قبل ابهامى ولا شيء بعد خنصرى ، قال كذلك الله لا شيء قيله ولاشيء بعده . قال بقيت مسئلة واحدة قال أجيب عنها ان شآء الله تعالى قال ما شأن الله الآن قال انك عكست الامر ينبغى ان يكون المجيب فوق المنبر والسائل تحت المنبر فأجيب سؤالك ان نزلت فنزل الدهرى وصعد ابو حنيفة على المنبر فلما جلس عليه سأله فأجابه بقوله شأن الله الآن اسقاط المبطل مثلك من الأعلى الى الادنى واصعاد المحق مثلى من الادنى الى الأعلى

فتح المجيد شرح الدر الفريد فى عقائد أهل التوحيد
المؤلف الشيخ محمد نووى بن عمر الجاوى البنتنى
صحيفة ٧

Kamis, 19 Oktober 2017

TIGA PERKARA YANG DI CINTAI ALLAH,NABI,JIBRIL,SAHABAT DAN IMAM MADZHAB


NABI MUHAMMAD SAW
- Wangi wangian
- Wanita
- Sholat


ABU BAKAR ASH SHIDIQ RA
- Duduk bersamamu (Nabi)
- Bersholawat kepadamu
- Menginfaqkan hartaku untukmu

UMAR BIN KHOTHOB RA
- Amar ma'ruf
- Nahyi munkar
- Menegakkan had/ hukum Allah dan RosulNya

UTSMAN BIN AFFAN RA
- Memberi makanan
- Menebarkan salam/kedamaian
- Sholat malam ketika manusia tertidur

ALI BIN ABI THOLIB RA
- Mengayunkan pedang dalam perang
- Melakukan puasa ketika musim panas
- Memuliakan tamu

Maka turunlah malaikat Jibril as mengutarakan tiga hal yang ia sukai kepada Nabi SAW.

JIBRIL AS
- Turun ke bumi untuk menemui para Nabi
- Menyampaikan Risalah kepada para Rosul Allah
- Memuji hanya kepada Allah SWT
Kemudian Malaikat Jibril menyampaikan tiga hal yang Allah sukai

ALLAH SWT
- Lisan yang senantiasa berdzikir
- Hati yang senantiasa bersyukur
- Jasad yang senantiasa bersabar ketika mendapat cobaan dan ujian hidup

Ketika Hadits dan riwayat (diatas) sampai pada Imam madzhab yang empat, maka mereka (rodhiyallahu anhum) menyampaikan tiga hal pula.

IMAM ABU HANIFAH
- Menghasilkan ilmu pengetahuan di sepanjang malam
- Meninggalkan masyhur dan di agungkan (manusia)
- Tidak memberi tempat di kalbunya untuk orang yang hubb dunia

IMAM MALIK
- Enggan jauh dengan raudhoh Nabi SAW
- Selalu ingin berada dalam turbah Nabi SAW
- Selalu mengagungkan ahli beit Nabi SAW

IMAM SYAFI'I
- Berakhlak dengan penuh kelembutan
- Meninggalkan sesuatu agar yang lain tidak tertaklif
- Mengikuti dan menetapi jalan tashawuf

IMAM AHMAD
- Mengikuti Nabi melalui hadits hadits nya (yang ia terima)
- Selalu tabarruk (mengambil keberkahan) dengan Nur Nabi SAW
- Suluk (mengikuti Nabi) dengan atsar atsarnya.
رضي الله عن الجميع وأمدنا بمددهم آمين

Bahjatul Wasail : 35
 
[ لطيفة ]
عن النبى صلى الله عليه وسلم « حبب إلي من دنياكم ثلاث ، الطيب والنساء وقرة عينى فى الصلاة . وقال أبو بكر الصديق : وأنا حبب إلي من دنياكم ثلاث الجلوس بين يديك والصلاة عليك وإنفاق مالى عليك، وقد أنفق أبو بكر على النبى صلى الله عليه وسلم أربعين ألفا. وقال عمر : وأنا حبب إلي من دنياكم ثلاث الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر وإقامة الحدود. وقال عثمان : وأنا حبب إلي من دنياكم ثلاث إطعام الطعام وإفشاء السلام والصلاة بالليل والناس نيام . وقال على : وأنا حبب إلي من دنياكم ثلاث : الضرب بالسيف والصيام فى الصيف وإقراء الضيف ، فنزل جبريل وقال : يا نبي الله وأنا حبب إلي من دنياكم ثلاث النزول على النبيين وتبليغ الرسالة للمرسلين والحمد لله رب العالمين. ثم قال إن الله تعالى يقول : وأنا حبب إلي من دنياكم ثلاث لسان ذاكر وقلب شاكر وجسد على البلاء صابر ». فالعمل بهذا كله من علامات المحبة لمن اراد الدخول فى قوله صلى الله عليه وسلم : «من أحبنى كان معى فى الجنة » ولما وصل هذا الحديث إلى الأئمة الأربعة، قال الإمام أبو حنيفة : وأنا حبب إلي من دنياكم ثلاث تحصيل العلم فى طول الليالى وترك الترفع والتعالى وقلب من حبّ الدنيا خالى. وقال الإمام مالك : وأنا حبب إلي من دنياكم ثلاث مجاورة روضته صلى الله عليه وسلم وملازمة تربته وتعظيم أهل بيته. وقال الإمام الشافعى : وأنا حبب إلي من دنياكم ثلاث الخلق بالتلطف وترك ما يؤدى إلى التكلف والإقتداء بطريق التصوف. وقال الإمام أحمد : وأنا حبب إلي من دنياكم ثلاث متابعة النبى فى أخباره والتبرك بأنواره وسلوك طريق آثاره ، رضى الله عن الجميع وأمدنا بمددهم آمين


Empat Do'a Syukur Di Pagi Hari

Syeikh Ibrahim bin Adham rodhiyallahu 'anh menuturkan: barangsiapa berada di pagi hari, maka hendaklah ia berdo'a mensyukuri empat perkara

Pertama
الحمد لله الذى نور قلبى بنور الهدى وجعلنى من المؤمنين
(alhamdu lillahi alladzi nawwaro qolbi bi nuril huda wa ja'alani minal mu'minin)
Segala puji bagi Allah yang telah memberi cahaya pada hatiku dengan cahaya petunjuk dan menjadikan aku seorang yang beriman.

Kedua
الحمد لله الذى جعلنى من أمة محمد صلى الله عليه وسلم
(alhamdu lillahi alladzi ja'alani min ummati Muhammadin shollallahu alaihi wasallam)
Segala puji bagi Allah yang menjadikan aku sebagai umat Nabi Muhammad shollallhu alaihi wa sallama.

Ketiga
الحمد لله الذى لم يجعل رزقى بيد غيره
(alhamdu lillahi alladzi lam yaj'al rizqi bi yadi ghoirihi)
Segala puji bagi Allah yang tidak menjadikan rizkiku di tangan selain Allah.

Keempat
الحمد لله الذى ستر عيوبى
(alhamdu lillahi alladzi sataro 'uyubi)
Segala puji bagi Allah yang (terus) menutupi aib dan cela ku.

[Bahjatul Wasail : 33, Syeikh Mbah Nawawi al-Bantani]

Minggu, 15 Oktober 2017

Do'a Ketika Bercermin Dan Anjuran Tidak Bercermin Di Malam Hari



 Sebuah Faidah : Berkata Ibn Abbas RA: Apabila Nabi Melihat dalam cermin, beliau berdo'a : "ALHAMDU LILLAHI ROBBIL 'AALAMIN ALLADZI AHSANA KHULUQI WA SAWIYA KHOLQI WA JA'ALANI BASYARON SAWIYYA, WALAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAHIL 'ALIYYIL 'AZHIIM." Ibn Abbas berkata : semenjak aku mendengar (do'a ini) dari Nabi, aku tidak pernah meninggalkannya (ketika aku bercermin), dan nabi berkata pula "Tidak akan terkena keburukan selamanya orang yang membaca do'a ini".

Dari Abi Hurairah, dari nabi SAW : "jangan bercermin di malam hari, karena hal itu mewariskan mata juling."
Keterangan ini di sebutkan Abdurrahman alam kitab Nuzhatul Majalis.

@ Bahjatul Wasail bi Syarhi Masail : 31 (Syeikh Nawawi al-Bantani)

فائدة قال ابن عباس رضي الله عنهما كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا نظر فى المرآة يقول : الحمد لله رب العالمين الذى أحسن خلقى وسوي خلقى وجعلنى بشرا سويا ولاحول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم.
قال إبن عباس ماتركتها منذ سمعتها منه صلى الله عليه وسلم وكان يقول لايمس وجه من قالها سوء أبدا.
وعن أبى هريرة عن النبى صلى الله عليه وسلم لا ينظر فى المرآة بالليل فإنه يورث حول العينين . ذكر ذلك عبد الرحمن الصفورى فى نزهة المجالس
بهجة الوسائل بشرح مسائل , صحيفة ٣١ (كاريا أمباه محمد نووى البنتانى الشافعى القادرى)

Selasa, 03 Oktober 2017

TIP'S DAN SOLUSI AGAR MUDAH IHYAUL LAIL

Apakah ihyaul lail ?

Ihyaul lail adalah aktifitas ibadah pada umumnya, bisa satu aktifitas ibadah atau beberapa aktifitas ibadah lainnya, seperti : qiyamul lail/sholat tahajud dan sholat sunah lainnya, membaca al-qur'an, wiridan, muthola'ah kutub, atau kholwah secara khusus.
Maka ulama memberikan tip's agar kita di mudahkan bangun malam untuk beribadah, berikut ini keterangannya:

Sebab agar mudah melakukannya terbagi atas 8 sebab : 4 sebab zhohir dan 4 sebab bathin.

EMPAT SEBAB ZHOHIR
1. Tidak banyak makan dan minum, karena akibat dan efeknya menjadi ngantuk dan tertidur hingga sangat berat untuk bangun malam.
2. Tidak terlalu capek melakukan aktifitas di siang hari
3. Tidak meninggalkan qoylulah (tidur siang)
4. Tidak melakukan dosa dan maksiyat di siang hari, karena menjadi penyebab kerasnya hati dan jadi penghalang antara seseorang dan sebab sebab rahmat Allah.

EMPAT SEBAB BATHIN
1. Menjaga hati agar tidak diliputi kebencian, rasa dendam dan hasud kepada sesama muslim, selamat dari perbuatan bid'ah dan tidak tenggelam dalam urusan dunia.
2. Ada kekhawatiran dalam hati jika tidak bisa bangun malam (= ada keinginan kuat untuk bangun malam) serta tidak terlalu banyak keinginan dalam hal duniawi.
3. Banyak menggali keterangan tentang keutamaan qiyamul lail, baik dari al-qur'an dan al-hadits sehingga timbul rangsangan dan motivasi untuk bisa qiyamul lail dan meraih fadhilahnya.
4. Ini merupakan sebab utama mudah ihyaul/qiyamul lail, yaitu: besarnya rasa cinta kepada Allah, karena ketika rasa cinta itu besar/sangat besar kepada Allah, maka ia akan lebih menyukai kholwah (berduaan bersama Allah), dan merasakan lezatnya, nyaman bermunajat dengan al-Habib (Allah yang di cintainya).

Wallahu a'lam

Ihya 'ulumuddin (al - Imam Ghozali)
Khozinatul asror 34 (sayyid Muhammad Haqqin Naziliy)

Minggu, 01 Oktober 2017

WANITA IBARAT TULANG RUSUK (BENGKOK) - Versi Hadits Dan Nahwu

Rosulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

المَرْأَةُ كَالضِّلَعِ، إِنْ أَقَمْتَهَا كَسَرْتَهَا، وَإِنِ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَفِيهَا عِوَجٌ (رواه بخاري و مسلم)
 
“Wanita itu ibarat tulang rusuk (yang bengkok). Sekiranya kamu meluruskannya pasti akan patah. Tetapi sekiranya kamu menggunakanannya tetap akan ada manfaatnya dalam keadaan bengkok itu”.
[Fath al-Baari : http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php…]


حدثنا إسحاق بن نصر حدثنا حسين الجعفي عن زائدة عن ميسرة عن أبي حازم عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم قال من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فلا يؤذي جاره واستوصوا بالنساء خيرا فإنهن خلقن من ضلع وإن أعوج شيء في الضلع أعلاه فإن ذهبت تقيمه كسرته وإن تركته لم يزل أعوج فاستوصوا بالنساء خيرا

Nabi saw bersabda : Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia tidak menyakiti tetangganya dan berwasiatlah kepada wanita dengan kebaikan, karena sesungguhnya dia diciptakan dari tulang rusuk, dan bagian yang paling bengkok adalah tulang rusuk yang paling atas, jika kamu berusaha untuk meluruskannya, niscaya akan patah, jika kamu membiarkannya, dia akan senantiasa bengkok, maka berwasiatlah terhadap wanita dengan kebaikan.
[Fath al-Baari : http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php…]

Senada dengan apa yang di utarakan oleh Syeikh Ibn Malik dalam Alfiyah-nya:

وسَكِّنْ التالي غيرَ الفتحِ أوْ *** خفِّفْهُ بالفتح فكُلًّا قد رَوَوْا
 
Karna wanita di ibaratkan pohon yang bengkok, maka ajaklah istrimu untuk hidup dalam ketentraman dengan cara meluruskan segala perilaku yang salah dan selalu memaafkan segala kesalahan serta menuntunnya ke jalan yang benar.

MAKNA PENGULANGAN KALIMAT DALAM HADITS DI ATAS

Dalam hadits diatas, ada pengulangan lafadz (2x), yaitu (واستوصوا بالنساء خيرا), artinya: "berwasiatlah terhadap wanita dengan kebaikan."
Pensyarah kitab Mirqoh al-Mafatih Syarh Misykah al-Mashobih (Muhammad al-Qoori) mengutip keterangan dari Imam Nawawi rahimahullah:

( لم يزل أعوج فاستوصوا بالنساء ) : كرر للمبالغة ، وإشارة إلى النتيجة والفذلكة ، قال النووي : فيه الحث على الرفق بالنساء والإحسان إليهن والصبر على عوج أخلاقهن واحتمال ضعف عقولهن وكراهة طلاقهن بلا سبب ، وأنه لا مطمع في استقامتهن ( متفق عليه )
 
Faidahnya untuk Mubalaghoh
Berkata Imam Nawawi : Ada maksud dalam Tikror/pengulangan kalimat tersebut, diantaranya:
- Himbauan dan anjuran untuk tetap mempergauli isteri dengan lemah lembut/toleran, murah hati, kehalusan, keramahan, kelembutan, kesejukan
- Berbuat baik kepadanya
- Sabar atas akhlaq dan perangainya
- Menanggung/mengerti lemah akalnya
- Membenci untuk men'Tholaq'nya, jika tanpa sebab (syar'iyyah).
- Jangan sekali kali suami mendambakan dan menginginkan ke'istiqomah'an isteri.
[Mirqoh al-Mafatih Syarh Misykah al-Mashobih : http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php…]

Wallahu a'lam

Senin, 25 September 2017

BANTAHAN BUAT IKHWAN/AKHWAAT SALAFI WAHABI TENTANG ORANG TUA NABI MUHAMMAD SAW

Sebagian Ibarah dan keterangan di ambil dari Ulama yang di idolakan ( 'di klaim') seperti Ibnu taimiyyah dan murid beliau Ibnul Qoyyim) dan ulama papan atas salafi wahabi seperti syeikh Ibnu Utsaimin.

Sebagaimana di ketahui bersama bahwa kedua orang tua Nabi Muhammad SAW pada zaman fatroh.
Simak hadits berikut:
 
باب فيمن لم تبلغه الدعوة ممن مات في فترة وغير ذلك .

عن الأسود بن سريع أن نبي الله - صلى الله عليه وسلم - قال : " أربعة يحتجون يوم القيامة : رجل أصم لا يسمع شيئا ، ورجل أحمق ، ورجل هرم ، ورجل مات في فترة ، فأما الأصم فيقول : لقد جاء الإسلام وما أسمع شيئا ، وأما الأحمق فيقول : يا رب لقد جاء الإسلام والصبيان يخذفوني بالبعر ، وأما الهرم فيقول : يا رب لقد جاء الإسلام وما أعقل شيئا ، وأما الذي مات في فترة فيقول : ما أتاني لك رسول فيأخذ مواثيقهم ليطيعنه ، فيرسل عليهم أن ادخلوا النار ، فوالذي نفسي بيده لو دخلوها كانت عليهم بردا وسلاما "
 
“Ada empat golongan pada hari kiamat yang akan mengajukan hujjah :
(1) Orang tuli yang tidak dapat mendengar,
(2) orang idiot,
(3) orang yang tua renta lagi pikun, dan
(4) orang yang meninggal pada jaman fatrah.
Orang yang tuli akan berkata : ‘Wahai Rabbku, Islam datang namun aku tidak mendengar sesuatupun tentangnya’.
Orang idiot berkata : ‘Islam datang, namun anak-anak melempariku dengan kotoran hewan’.
Orang yang tua lagi pikun berkata : ‘Sungguh Islam telah datang, namun aku tidak mengerti/paham’.
Dan orang yang mati di jaman fatrah berkata : ‘Wahai Rabbku, Rasul-Mu tidak mendatangiku’. Lalu diambillah perjanjian terhadap mereka untuk diuji. Kemudian akan diutus seorang utusan (Rasul) kepada mereka untuk memasuki api. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya mereka ke dalam api itu niscaya mereka akan merasakan dingin dan selamat (dari adzab)”

Sumber :
- Majma' al Zawaid
- Ahkamu Ahlu al Dzimmah - Ibn Qoyyim al Jauziyah

MESTINYA DENGAN HADITS TERSEBUT SUDAH JELAS !!!
--------

Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :

وهذا بخلاف ما كان يقوله بعض الناس كأبي إسحاق الإسفراييني ومن اتبعه يقولون لا نكفر إلا من يكفر فإن الكفر ليس حقا لهم بل هو حق لله وليس للإنسان أن يكذب على من يكذب عليه ولا يفعل الفاحشة بأهل من فعل الفاحشة بأهله بل ولو استكرهه رجل على اللواطة لم يكن له أن يستكرهه على ذلك ولو قتله بتجريع خمر أو تلوط به لم يجز قتله بمثل ذلك لأن هذا حرام لحق الله تعالى ولو سب النصارى نبينا لم يكن لنا أن نسبح المسيح والرافضة إذا كفروا أبا بكر وعمر فليس لنا أن نكفر عليا


“Hal ini bertentangan dengan pekataan sebagian orang seperti Abu Ishaq Al-Isfirayiiniy serta orang yang mengikuti pendapatnya, mereka mengatakan : Kami tidak mengkafirkan kecuali orang-orang mengkafirkan (kami). (Perkataan ini salah), karena takfir itu bukanlah hak mereka tapi hak Allah. Seseorang tidak boleh berdusta kepada orang yang pernah berdusta atas namanya. Tidak boleh pula ia berbuat keji (zina) dengan istri seseorang yang pernah menzinahi istrinya. Bahkan kalau ada orang yang memaksanya untuk melakukan liwath (homo sex), tidak boleh baginya untuk membalas dengan memaksanya untuk melakukan perbuatan yang sama, karena hal ini merupakan pelanggaran terhadap hak Allah. Seandainya orang Nashrani mencela Nabi kita, kita tidak boleh mencela Al-Masih (‘Isa ‘alaihis-salaam). Demikian pula seandainya orang-orang Rafidlah mengkafirkan Abu Bakar dan ‘Umar, tidak boleh bagi kita untuk mengkafirkan ‘Ali radliyallaahu ‘anhum ajma’iin” [Minhajus-Sunnah, 5/244 – Muassasah Qurthubah, Cet. 1 Th. 1406].

Ibnul-Qayyim rahimahullah berkata dalam Qashidah Nuniyyah-nya :
 
الكفر حق الله ثم رسوله *** بالنص يثبت لا بقول فلان
من كان رب العالمين وعبده *** قد كفراه فذاك ذو الكفران

“Kekafiran itu adalah hak Allah dan Rasul-Nya --- dengan nash yang tetap bukan dengan perkataan si Fulan

Barangsiapa yang Allah dan Rasul-Nya ---- telah mengkafirkannya maka dialah orang kafir”.

[Qashidah Nuniyyah, hal. 277; Maktabah Ibni Taimiyyah, Cet. 2/1417, Kairo].

Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata :

الحكم بالتكفير والتفسيق ليس إلينا بل هو إلى الله تعالى ورسوله صلى الله عليه وسلم، فهو من الأحكام الشرعية التي مردها إلى الكتاب والسنة، فيجب التثبت فيه غاية التثبت، فلا يكفر ولا يفسق إلا من دل الكتاب والسنة على كفره أو فسقه.
 
“Menghukumi kafir atau fasiq bukanlah hak kita, namun ia merupakan hak Allah ta’ala dan Rasul-Nya shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Ia merupakan hukum-hukum syari’ah yang harus dikembalikan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Oleh karena itu, wajib untuk menelitinya dengan seksama. Tidak boleh mengkafirkan atau memfasikkan kecuali orang-orang yang memang telah ditunjukkan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang kekafirannya atau kefasikannya” [Al-Qawaaidul-Mutslaa, hal. 87].

Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :

وليس لأحد أن يكفر أحدًا من المسلمين ـ وإن أخطأ وغلط ـ حتي تقام عليه الحجة، وتبين له المحَجَّة، ومن ثبت إسلامه بيقين لم يزل ذلك عنه بالشك، بل لا يزول إلا بعد إقامة الحجة، وإزالة الشبهة‏.‏

“Dan tidak boleh bagi seorangpun untuk mengkafirkan orang lain dari kaum muslimin walau ia bersalah dan keliru sampai ditegakkan padanya hujjah dan dijelaskan kepadanya bukti dan alasan. Barangsiapa yang telah tetap ke-Islam-an padanya dengan yakin, maka tidaklah hilang darinya hanya karena sebuah keraguan. Bahkan tidak hilang kecuali setelah ditegakkan kepadanya hujjah dan dihilangkan darinya syubhat” [Majmuu’ Al-Fataawaa - Ibnu Taimiyyah, 12/466].

Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :

فالتكفير يختلف بحسب اختلاف حال الشخص، فليس كل مخطئ ولا مبتدع، ولا جاهل ولا ضال، يكون كافرًا، بل ولا فاسقًا، بل ولا عاصيا

"Pengkafiran itu berbeda sesuai dengan keadaan individunya. Maka, tidak setiap orang yang bersalah, mubtadi’, jaahil, ataupun sesat otomatis menjadi kafir. Bahkan bisa jadi bukan seorang yang fasik dan bukan pula seorang yang durhaka" [Majmuu’ Al-Fataawaa, 12/180]

Penutup, simak hadits Nabi SAW :

عن ابن عمر؛ أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : "إذا كفر الرجل أخاه فقد باء بها أحدهما".
 
Dari Ibnu ‘Umar : Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Apabila seseorang mengkafirkan saudaranya, maka hal itu akan kembali pada salah satu dari keduanya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari].

Wallahu a'lam

Sabtu, 23 September 2017

HIKMAH PERBEDAAN TASBIH RUKU' DAN TASBIH SUJUD

TASBIH RUKU' (سبحان ربي العظيم وبحمده)
TASBIH SUJUD (سبحان ربي الأعلى وبحمده)

والحكمة فى تخصيص العظيم بالركوع والأعلى بالسجود ، أن الأعلى أفعل تفضيل والسجود نهاية التواضع لما فيه من وضع الجبهة التى هي أشرف الأعضاء على مواطىء الأقدام ، ولهذا كان أفضل من الركوع فجعل الأبلغ مع الأبلغ كما أفاده الرملى .
سلم المناجاة : ٢٤
 
Adapun pengkhususan al-Azhiim dalam tasbih ruku' dan al-A'la dalam tasbih sujud, bahwa lafadz al-A'la adalah af'al/fi'il tafdhil , sementara sujud merupakan bentuk tawadhu' yang paling sempurna, karena di dalamnya (sujud) menempatkan kening yang merupakan anggota badan yang paling mulia sejajar dengan telapak kaki. Maka karena hal ini, sujud lebih afdhol dari ruku'.
Menjadikan yang mulia (al-a'la/af'al tafdhil) berpasangan dengan yang mulia (sujud/kening sejajar dengan kaki), sebagaimana disampaikan oleh Imam Romli.

Sumber : Sulamul Munajat 24

Qonun Asasi Nahdlatul 'Ulama

  MUQODDIMAH_QONUN_ASASI_NU (Pendahuluan Fondasi Dasar Jam'iyyah NU)   Jam'iyyah Nahdhotul 'Ulama' mempunyai garis...