Kamis, 30 Juni 2016

Ruqyah (Pengobatan) Sakit Gigi

Dikisahkan, dahulu ada seorang yang ahli mengobati sakit gigi di basroh (iraq), namun ia tidak pernah mau berbagi/memberitahukan cara pengobatannya pada sesama.
Kemudian ketika ia akan wafat, maka ia berkata pada yang hadir saat itu: "Bawakan aku alat tulis (pena dan lembaran), aku akan menuliskan tips untuk mengobati sakit gigi, agar bisa dimanfaatkan sesama, dan saat ini aku tak lagi menyembunyikan ilmu ini, barangsiapa yang menyembunyikan ilmu ini ketika dibutuhkan orang yang mengalami sakit gigi, semoga Allah merantainya dengan rantai dari api neraka, Ketika aku mengobat orang yang sakit gigi, maka aku mengobatinya dengan huruf-huruf berikut :

~ المص طسم كهيعص حمعسق
~ الله لا اله الا هو رب العرش العظيم، اسكن بالذى إن يشأ يسكن الرياح فيظللن رواكد على ظهره.
~ وله ماسكن فى الليل والنهار وهو السميع العليم

Bisa ditulis diatas piring polos kemudian diguyur air, dikumur-kumur-minum , wallahu a'lam.

Sumber : Al-dzahabu Al-abroz ,Halaman : 26

روقية لوجع الضرس
قيل كان فى البصرة رجل يرقى الضرس وكان يبخل ان يعرف الناس رقيته، فلما حضرته الوفاة قال لمن حضره : قدم الي دواة وقرطاسا اكتب فييه لك ما كنت ارقى به الضرس لينتفع الناس به واتخلص من كتمانه، فمن كتم علما عند من اصابه المرض الجمه بلجام من نار، فاذا رايت من به مرض فأرق له بهذه الحروف : المص طسم كهيعص حمعسق
١_ الله لا اله الا هو رب العرش العظيم، اسكن بالذى إن يشأ يسكن الرياح فيظللن رواكد على ظهره.
٢_ وله ماسكن فى الليل والنهار وهو السميع العليم
________________________
١ _ الشورى : ٣٣
٢_ الانعام : ١٣
انتهى : الذهب الابرز : ٢٦

Malam jum'at, Malam ke-26 ramadhan 1437 Hijriyah / 30 juni 2016

Rabu, 29 Juni 2016

KHOLIFAH !!! BUKAN KHILAFAH !!!


Khilafah itu bentuk mashdar dari khalafa-yakhlufu (يخلف – خلف), yang artinya mengikuti.
Di dalam al-Quran kata Khilafah dipakai dalam bentuk isim fa’il, yang berarti bahwa Khalifah, adalah “orang yang mengikuti atau orang yang diberikan kewenangan” BUKAN khilafah bermakna MENDIRIKAN NEGARA ISLAM.

Surat Al-Baqarah Ayat 30

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".

Begitu juga dalam QS. Shad ayat 26, Allah SWT menyebut kata Khalifah untuk menunjukkan tugas yang dijalankan oleh Nabi Daud As

يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَىٰ فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ

Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.


CEK RICEK TAFSIRNYA

~ Tafsir Jalalain

خليفة : يخلفنى فى تنفيذ احكامى فيها وهو آدم

~ Tafsir Showi , jilid 1 halaman 19-20

قوله خليفة : فعيلة بمعنى مفعول اي مخلوف، أو بمعنى فاعل أي خالف بمعنى انه قائم بالخلافة، وحكمة جعله خليفة الرحمة بالعباد لا لإفتقار الله له وذلك ان العباد لا طاقة لهم على تلقى الاوامر والنواهي من الله بلا واسطة بل ولا بواسطة ملك ، فمن رحمته ولطفه واحسانه ارسال الرسل من البشر

~ Tafsir Ibnu Katsir QS Shod : 26

( ياداود إنا جعلناك خليفة في الأرض فاحكم بين الناس بالحق ولا تتبع الهوى فيضلك عن سبيل الله إن الذين يضلون عن سبيل الله لهم عذاب شديد بما نسوا يوم الحساب ( 26 ) )
هذه وصية من الله - عز وجل - لولاة الأمور أن يحكموا بين الناس بالحق المنزل من عنده تبارك وتعالى ولا يعدلوا عنه فيضلوا عن سبيله وقد توعد [ الله ] تعالى من ضل عن سبيله ، [ ص: 63 ] وتناسى يوم الحساب ، بالوعيد الأكيد والعذاب الشديد .
قال ابن أبي حاتم : حدثنا أبي حدثنا هشام بن خالد حدثنا الوليد ، حدثنا مروان بن جناح ، حدثني إبراهيم أبو زرعة - وكان قد قرأ الكتاب - أن الوليد بن عبد الملك قال له : أيحاسب الخليفة فإنك قد قرأت الكتاب الأول ، وقرأت القرآن وفقهت ؟ فقلت : يا أمير المؤمنين أقول ؟ قال : قل في أمان . قلت يا أمير المؤمنين أنت أكرم على الله أو داود ؟ إن الله - عز وجل - جمع له النبوة والخلافة ثم توعده في كتابه فقال : ( يا داود إنا جعلناك خليفة في الأرض فاحكم بين الناس بالحق ولا تتبع الهوى فيضلك عن سبيل الله إن الذين يضلون ) الآية .
وقال عكرمة : ( لهم عذاب شديد بما نسوا يوم الحساب ) هذا من المقدم والمؤخر لهم عذاب شديد يوم الحساب بما نسوا .
وقال السدي : لهم عذاب شديد بما تركوا أن يعملوا ليوم الحساب .
وهذا القول أمشى على ظاهر الآية فالله أعلم .

Ini merupakan washiyat (perintah) dari Allah Swt. kepada para penguasa agar mereka memutuskan perkara di antara manusia dengan kebenaran yang diturunkan dari sisi-Nya, dan janganlah mereka menyimpang darinya, yang berakibat mereka akan sesat dari jalan Allah. Allah Swt. telah mengancam orang-orang yang sesat dari jalan-Nya dan yang melupakan hari perhitungan„yaitu dengan ancaman yang tegas dan azab yang keras.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Khalid, telah menceritakan kepada kami Al-Walid, telah menceritakan kepada kami Marwan ibnu Janah, telah menceritakan kepadaku Ibrahim alias Abu Zar'ah yang pandai membaca kitab-kitab terdahulu, bahwa Al-Walid ibnu Abdul Malik pernah bertanya kepadanya, "Apakah khalifah juga mendapat hisab? Kuajukan pertanyaan ini kepadamu karena kamu telah membaca kitab-kitab terdahulu, juga telah membaca Al-Qur'an serta memahaminya." Aku (Abu Zar'ah) menjawab, "Wahai Amirul Mu-minin, saya hanya berpesan kepadamu, hendaknyalah engkau berdoa semoga berada di dalam keamanan dari Allah." Kukatakan lagi, "Hai Amirul Mu-minin, apakah engkau lebih mulia bagi Allah ataukah Daud a.s.? Sesungguhnya Allah telah menghimpunkan baginya antara kenabian dan kekhalifahan (kekuasaan), tetapi sekalipun demikian Allah mengancamnya melalui firman-Nya," sebagaimana yang disebutkan di dalam Al-Qur'an; Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka Bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkanmu dari jalan Allah. (Shad: 26) hingga akhir hayat.

Ikrimah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: mereka akan mendapat azab yang berat, karena melupakan hari perhitungan. (Shad: 26) Ini merupakan ungkapan yang mengandung taqdim dan ta-khir, menurut urutannya adalah berbunyi seperti berikut: لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ يَوْمَ الْحِسَابِ بِمَا نَسُوا., yang artinya bagi mereka azab yang berat pada hari perhitungan nanti disebabkan mereka lupa daratan.

As-Saddi mengatakan bahwa makna ayat ialah bagi mereka azab yang berat disebabkan mereka meninggalkan amal perbuatan untuk bekal mereka di hari perhitungan. Pendapat yang kedua ini lebih serasi dengan makna lahiriah ayat.

Wallahu a'lam

Selasa, 28 Juni 2016

GUIDE AL-QUR'AN DALAM MENYAMPAIKAN 5 PERINTAH

Dalam menyampaikan 5 hal berikut, Allah menyampaikan perintah dengan kalimat berbeda yang secara bahasa arab mempunyai pengertian dan action berbeda.
Namun, MANUSIA dengan sifat ketamakan dan cinta dunia-nya, perintah perintah tersebut di'SALAH-POSISIKAN'

1. BERGEGASLAH (berlari) untuk Berdzikir (sholat)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
 
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
(QS. Al-Jumu’ah : 9)

2. BERLOMBA-LOMBALAH dalam Kebaikan

وَ لِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيْهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يَأْتِ بِكُمُ اللهُ جَمِيْعًا إِنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
 
Dan bagi tiap-tiapnya itu satu tujuan yang dia hadapi. Sebab itu berlomba-lombalah kamu pada serba kebaikan. Di mana saja kamu berada niscaya akan di­kumpulkan Allah kamu sekalian.Sesungguhnya Allah atas tiap-tiap sesuatu Maha Kuasa.
(QS. Al-Baqarah : 148)

3. BERSEGERALAH untuk Taubat dan Ampunan

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
 
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.
(QS. Ali Imron : 133)

4. BERLARILAH DENGAN CEPAT untuk menuju Allah

فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ ۖإِنِّي لَكُمْ مِنْهُ نَذِيرٌ مُبِينٌ
 
Maka segeralah kembali kepada (menta`ati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu.
(QS. Adz-Dzaariyat : 50)

5. BERJALANLAH untuk mencari rizqi

هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ ۖ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
 
Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.
(QS. Al-Mulk : 15)


Seyogyanya Muslimin faham betul, kapan harus berjalan, kapan harus bergeges, kapan ia harus berlari.

FAKTA TERBALIK :
~ Justeru dalam hal yang diperintah Allah cukup dengan BERJALAN untuk urusan RIZQI, malah bergegas,bersegera,berlari hingga pontang panting mengejarnya.
~ Namun dalam urusan TAUBAT, BERBUAT TAAT ia berjalan santai saja, kadang tak jarang diam di tempat, kadang ia sampai melupakannya.

اللهمّ ارحمني بالقرآن واجعله لي إماماً ونوراً وهدىً ورحمة، اللهمّ ذكّرني منه ما نسيت و علّمني منه ما جهلت، و ارزقني تلاوته آناء الليل وأطراف النهار، واجعله لي حجّةً يا ربّ العالمين، اللهمّ أصلح لي ديني الّذي هو عصمة أمري، وأصلح لي دنيايالّتي فيها معاشي، وأصلح لي آخرتي الّتي فيها معادي، واجعل الحياة زيادةً لي في كلّ خيرٍ، واجعل الموت راحةً لي من كلّ شرٍّ، اللهمّ اجعل خير عمري آخره و خير عملي خواتمه، و خير أيّامي يوم ألقاك فيه، اللهمّ إنّي أسألك عيشةً هنيّةً وميتةً سويّةً، ومردّاً غير مخزٍ ولا فاضح.
اللهمّ إنّي أسألك خير المسألة، وخير الدّعاء، وخير النّجاح، وخير العلم، وخير العمل، وخير الثواب، وخير الحياة، وخير الممات، وثبّتني وثقّل موازيني، وحقّق إيماني وارفع درجتي، وتقبّل صلاتي، واغفر خطيئاتي، وأسألك العلا من الجنّة، اللهمّ اجعله لنا شفاءً وهدىً وإماماً ورحمة، وارزقنا تلاوته على النحو الّذي يرضيك عنّا.
اللهمّ لا تجعل لنا ذنباً إلا غفرته ولا همّاً إلا فرجته، ولا دَيناً إلا قضيته ولا مريضاً إلا شفيته، ولا عدوّاً إلا كفيته، ولا غائباً إلا رددته، ولا عاصياً إلا عصمته، ولا فاسداً إلا أصلحته، ولا ميّتاً إلا رحمته، ولا عيباً إلا سترته، ولا عسيراً إلا يسّرته، ولا حاجةً من حوائج الدنيا والآخرة لك فيها رضاً، ولنا فيها صلاح إلّا أعنتنا على قضائها في يسر منك وعافية برحمتك يا أرحم الرّاحمين.

Ramadhan menjelang berbuka puasa , selasa 28 juni 2016 / 23 ramadhan 1437 H

Minggu, 26 Juni 2016

INDAHNYA ILMU

قــــــــال الـــــــزمخشـــــــــري المفســــــــــــــــر:
Az-zamakhsyari dalam syairnya berkata :

سهــــري لتنقيــــح العلــــــوم ألــذُ لــــي مــــن وصــــل غانيــــة وطيـــــب عنـــــاق
Malam-malamku untuk merajut ilmu yang bisa di petik
Menjauhi wanita elok dan harumnya leher

وتمـــايلـــى طــربا لحــــــل عــويــصــة أشهــى أحلـــــى مـــن مــدامــــة ســاقـــــي
Aku mandar mandir untuk menyelesaikan masalah sulit
Lebih mengoda dan manis dari berkepit betis nan panjang

وصريـــر أقــلامــــي علــــى أوراقــــها أحلــــــــى مــــــن الـــــدوكاء و العشـــــاق
Bunyi penaku yang menari di atas kertas-kertas
Lebih manis dari pada berada di belain wanita dan kekasih

وألذُ مـــن نقـــــــر الفتـــــاةـ لــــــدفهــــا احلـــــــى مـــــــن الـــدوكاء و اــلعشـــــاق
Bagiku lebih indah melemparkan pasir keatas kertas
Daripada gadis-gadis yang menabuh dentum rebana

يا مـــن يحــــاول بــالأمــانـــي رتــبتـــــي كـــم بيــــن مستغــــل و آخــــــــر راقــــــي
Hai orang yang berusaha mencapai kedudukan ku lewat angannya
Sungguh jauh jarak antara orang yang diam dan yang lainya naik

أأبـــــيتُ سهـــران الدجـــى وتبــــيتــــــــــه نومــــا وتبـــغــــي بعـــــد ذاك لحـــــاقــــي
Apakah aku yang tidak tidur selama dua purnama dan engkau
Tidur nyenyak setelah itu engkau ingin menyamai derajatku

NB : menurut sumber lain, bait bait tersebut di nisbatkan pada Imam Syafi'i rohimahullohu ta'ala.

Kamis, 23 Juni 2016

Kontroversi "Ibnu Arobi" Dan Hikayat Ataqoh-nya





Ibnu Arobi, salah satu ulama sufi yang begitu terkenal didunia islam, namun terlepas dari ke'ulamaan'-nya beliau juga seorang ulama yang tak lepas dari kontrovesi, penilaian ulama lain terhadap dirinya.

Maka dapat disimpulkan, bahwa para ulama terpecah dalam empat (4) firqoh/golongan dalam hal ini.
1. Golongan ulama yang mengi'tiqodkan atas wilayahnya (kewaliannya) dan kema'rifatannya.
2. Golongan ulama yang menganggapnya sesat
3. Golongan ulama yang tawaquf untuk menilainya, dan
4. Golongan ulama yang menggabungkan antara penilaian sufi dan fiqih,dan mengambil jalan tengah.

Sebutlah seorang ulama yang bernama "Burhanuddin Al-buqo'i" (برهان الدين البقاعي), beliau menulis sebuah kitab yang diberi nama "Tanbihu Al-ghobiy bi Takfiri Ibni 'Arobi" (تنبيه الغبي بتكفير ابن العربي), beliau menilai Ibnu 'Arobi berada dalam 'kekufuran'

Maka seorang ulama ahli tafsir kenamaan (syafi'iyyah), beliau adalah Al-imam Jalaluddin As-suyuthi, tidak sependapat atas penilaian Syeikh burhanuddin al-buqo'i (mengganggap kufur Ibnu 'Arobi).
Oleh karenanya, Al-imam Jalaluddin As-suyuthi menyampaikan penolakannya dalam sebuah risalah, yang risalah ini beliau beri nama "Tanbiatu Al-ghobiy bi Tabri_ati Ibni 'Arobi" (تنبئة الغبي بتبرئة ابن عربي). As-suyuthi dalam risalahnya menyatakan Ibnu 'Arobi bebas dari tuduhan 'kufur' yang dilayangkan oleh Syeikh Burhanuddin Al-buqo'i.


BERIKUT HIKAYAT KEWALIAN IBNU 'AROBI DAN HADIAH ATAQOH-NYA

Imam As-suyuthi menulisnya dalam risalah beliau, hikayatnya sebagai berikut :

قال وحكى لى الشيخ عبد العزيز : ان شخصا كان بدمشق فرض على نفسه ان يلعن ابن عربي كل يوم عقب كل صلاة عشر مرات، فاتفق لانه مات وحضر ابن عربي مع الناس جنازته ثم رجع وجلس فى بيت بعض اصحابه وتوجه الى القبلة، فلما جاء وقت الغذاء احضر اليه الغذاء فلم يأكل ولم يزل على حاله متوجها، يصلى الصلوات ويتوجه الى ما بعد العشاء الاخرة.فالتفت وهو مسرور وطلب الطعام، فقيل له فى ذلك. فقال التزمت مع الله ألا آكل ولا اشرب حتى يغفر لهذا الرجل الذى كان يلعننى فبقيت كذلك وذكرت له سبعين الف "لا اله الا الله" ورأيته، وقد غفر له.

Aku menerima hikayat ini dari Syeikh Abdul Aziz:
Bahwa ada seseorang dikota damaskus, ia wewajibkan dirinya untuk melaknat Ibnu 'Arobi 10 kali pada setiap ia selesai melaksanakan sholat fardhu dan ia lakukan itu setiap hari, hingga ajal menjemputnya.
Ketika orang ini wafat, maka Ibnu 'Arobi datang beserta manusia lainnya untuk ikut mensholati jenazahnya, kemudian setelah selesai mensholati ia pergi dari tempat itu dan menuju rumah sahabatnya.
Dirumah sahabatnya, ia (Ibnu 'Arobi) duduk menghadap qiblat, hingga datang waktu makan petang, makanan pun disiapkan oleh sahabatnya, namun ia tak mau makan, ia terus duduk menghadap qiblat, hanya ketika datang waktu sholat fardhu ia menghentikan muwajahnya untuk melaksanakan sholat fardhu dan sholat lainnya, setelah selesai melaksanakan sholat, Ia (Ibnu 'Arobi) kembali duduk muwajahah hingga waktu isya terakhir (menjelang waktu subuh).
Ia selesai dalam muwajahahnya dan terlihat sangat gembira, kemudian ia meminta makanan pada sahabatnya.
Sahabat Ibnu 'Arobi menanyakan akan apa yang dilakukan Ibnu 'Arobi, maka Ibnu 'Arobi menjawab : "Aku mewajibkan diriku kepada Allah (nadzar kepada Allah) untuk tidak makan dan tidak minum, sehingga Allah mengampuni orang/jenazah yang selama hidupnya telah melaknatku, maka aku melakukan itu, dan aku berdzikir dengan kalimat "Laa ilaaha illallah" sebanyak 70.000 kali, dan aku hadiahkan pada orang/jenazah yang telah melaknatku, dan aku menyaksikan bahwa Allah telah mengampuninya".


Terlepas lagi dari penilaian para ulama atas beliau,maka patut diperhatikan apa yang disampaikan seorang ulama yang bernama Syarofuddin Al-munawiy, beliau mempunyai sikap sebagai berikut :

ان السكوت عنه اسلم، وهذا هو اللائق بكل ورع يحشى على نفسه
 
"sesungguhnya memilih diam (tidak ikut menilai pada Ibnu 'Arobi) adalah sikapyang dinilai paling selamat, karena sikap ini layak bagi hamba yang waro' yang mengkhawatirkan atas dirinya (jika salah menilai Ibnu 'Arobi)".

wallohu a'lam

sumber : (تنبئة الغبي بتبرئة ابن عربي) "Tanbi_atu al-ghobiy bi tabri_ati Ibni 'arobi" , halaman 7-8.
Risalah karya Al-Imam Jaluluddin As-suyuthi.
____________________________________________
@santrialit
Ramadhan, kamis 23 juni 2016 M / 18 ramadhan 1437 H

Selasa, 21 Juni 2016

Bacaan dan Amalan Jika Anak Balita (khususnya) Terkena 'Ain (pandangan hasud dari makhluq fasiq/jin)

Bacaan dan Amalan Jika Anak Balita (khususnya) Terkena 'Ain (pandangan hasud dari makhluq fasiq/jin)

رقية الشريفة للاطفال من العين
وعن النجدى المذكور اولا كان يرقى الاطفال من العين بهذه الرقية
بسم الله الرحمن الرحيم . وننزل من القرأن ما هو شفآء ورحمة للمؤمنين *
قل بفضل الله وبرحمته فبذلك فليفرحوا **

Bacakan padanya dua ayat berikut

(بسم الله الرحمن الرحيم)
Bismillahir rohmaanir rohiim

Pertama ayat 82 surat al-isro (*)
(وننزل من القرأن ما هو شفآء ورحمة للمؤمنين )
wa nunazzilu minal qur'ani maa huwa syifaa_uw wa rohmatul lilmu'minin

Kedua ayat 58 surat yunus (**)
(قل بفضل الله وبرحمته فبذلك فليفرحوا)
qul bifadhlillahi wa birohmatihi, fazidzalika falyafrohuu

(Bisa dibacakan dekat si anak, atau dibacakan pada air dan minumkan, bisa dibacakan sambil mengisap punggung sampai tengguknya). wallohu a'lam

semoga bermanfaat.
sumber : Al-dzahabu al-ibriz fi asrori khowasi kitabillahil aziz, hal 63-64

Minggu, 19 Juni 2016

KAROMAH IMAM AL-GHOZALI DAN KITAB IHYA ULUMIDDIN

KAROMAH-KAROMAH IMAM AL-GHOZALI YANG BERKAITAN DENGAN KITAB IHYA' ULUMIDDIN-NYA

Hujjatul Islam Al-Imam Abul Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al-Ghozali at-Thusi atau yang masyhur dengan sebutan Imam Al-Ghozali ( L. 450 H / 1058 M— W. 505 H / 1113 M ) dan Kitab Ihya' Ulumiddin nya tidaklah dapat dipisahkan penisbatan kemasyhuran dari keduanya, orang pada umumnya lebih mengenal sosok Imam Al-Ghozali dengan penisbatan pada kitab fenomenalnya ini daripada kitab-kitab beliau yang lainnya diantaranya :

(1). Kitab Minhajul 'Abidin ( kitab ini telah diberi komentar atau syarah oleh Al-Allamah Kyai Ihsan Jampes-Kediri, setebal dua jilid dengan judul Sirojut Tholibin, yang konon kitab ini masih dipakai sebagai rujukan salah satu mata kuliah bidang Tashowwuf di Universitas Al-Azhar Mesir dan dipakai sebagai materi kajian tashowwuf di masjid-masjid Jami' di negara Mali dan negara benua hitam ( Afrika ) lainnya rutin setiap ba'dha subuh, sebagaimana penuturan DR.KH Said Aqil Siroj selaku ketua PBNU sekarang yang pernah melihat sendiri dalam lawatannya berkunjung ke negara-negara di Benua Hitam tersebut )
(2). Al- Munqidz minad Dholal
(3). Al-Khulashoh,
(4). Al-Wasith
(5). Al-Basith,
(6). Al-Wajiz,
(7). Tahafutul Falasifah,
(8). Al-Ghoyatul Quswa,
(9). Jawahirul Qur'an,
(10). Kimiya'us Sa'adah,
(11). Bidayatul Hidayah
(12). Al- I'tiqod fil Iqtishod
(13). Al-Mankhul fii Ushulil Fiqhi ( kitab ini beliau sudun ketika Imam Haromain yang menjadi gurunya masih hidup )
(14). Bidayatul Hidayaat wal Ma`aakhidzu fil Khilafiyaat,
(16). Tahshinul Ma`aakhiidz
(17). Al-Lubab al-Muntakhil fil Jadal
(18). Bayanu Fadhoihil Imamiyyah
(19). Wa iljaamul 'Awaam fii Ilmil Kalaam
(20). Misykatul Anwar
(21). Bayanul Qoulaini lis Syafi'i
(22). Al-Mustadzhhiri fir Roddi 'alal Bathiniyyah
(23). Haqiqotur Ruuh
(24). Sullamus Syayaathin
(25). Al-Qonun Al-Kulliy
(26). Risalatul Aqthob
(27). Al-Mi'roj
(28). Hujjatul Haq
(29). Akhlaqul Abror
(30). Al-Maknuun fil Ushul
(31). Aqidatul Mishbah
(32). Al-Minhajul A'laa
(33). Kitab Al-Asror Mu'aamalatid Diin
(34). Kitab 'Ajaibu Shun'illah
(35). Ar-Roddu 'ala Man Thogho
(36). Asroru Itba'is Sunnah
(37). Risalatut Thoir
(38). Talbis Iblis
(39). Mifsholul Khilaaf fi Ushulil Qiyaas
(40). Al-Qurbatu Ilalloh
(41). Mi'yarul 'Ilm, dan lain sebagainya.

Berkaitan dengan karomah-karomah beliau dan kitab Ihya' Ulumiddin nya, saya nukilkan keterangan dari Al-Imam al-'Allamah Asy-Syaikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani ( l. 1265 / w. 1350 H ) yang beliau kisahkan dalam kitabnya " JAAMI'U KAROMATIL AULIYA' ", Jilid 1 Hal. 180-181  :

ذكر سيدى محي الدين ابن العربى في كتابه روح القدس : ان ابا عبد الله بن زين بأشبيلية وكان من افضل الناس ، وقد اعتكف على كتب أبى حامد ، يعنى الغزالي ، ولكنه قرأ ليلة تأليف أبى القاسم بن احمد في الرد على ابى حامد فعمى ، فسجد لله تعالى من حينه وتضرع وأقسم انه لت يقرأه ابدا ويذهبه ، فرد الله عليه بصره . وقد ذكر سيدى محي الدين هذه الحكاية كرامة لأبى عبد الله بن زين اعتناء من الحق به وتنبيها له رضي الله عنه وعن الإمام الغزالى وعن سائر اولياء الله .

As-Sayyid Muhyiddin Ibnul 'Arobi dalam kitabnya yang berjudul Ruhul Quds menceritakan bahwa Abu Abdillah bin Zein di negeri Asybiliyah adalah seorang yang paling utama di negeri itu dalam menekuni membaca kitab-kitab Imam Al-Ghozali. Akan tetapi pada suatu malam ia membaca kitab yang dikarang oleh Abil Qosim bin Ahmad yang menjelaskan tentang penolakan-penolakannya terhadap Imam Al-Ghozali. Maka seketika matanya buta dan seketika itu pula ia sujud kepada Alloh dengan penuh iba serta bersumpah tidak akan membaca kitab karya Abil Qosim bin Ahmad untuk selamanya dan bersumpah pula untuk membuang kitab tersebut. Maka Alloh SWT memulihkan penglihatannya kembali.
Sayyidi Imam Muhyiddin Ibnul Arobi telah menuturkan bahwa kisah ini juga merupakan karomah bagi Abu Abdillah bin Zein supaya memperhatikan kebenaran kitab Ihya Ulumiddin tersebut dan sebagai peringatan baginya dari Imam Al-Ghozali dan semua wali-wali Alloh lainnya.

قال المناوى : ومن كرامته ما خرجه اليافعى عن ابن الميلق ، عن العرشى ، عن المرسى ، عن الشاذلى ، عن الشيخ ابن حرازم انه خرج على اصحابه ومعه كتاب فقال : اتعرفونه ؟ قال : هذا الإحياء ، وكان الشيخ المذكور يطعن فى الغزالى وينهى عن قراءة الإحياء فكشف لهم عن جسمه فاذا هو مضروب بالسياط  قال : أتانى الغزالى في النوم ودعانى الى رسول الله صلى الله عليه  سلم ، فلما وقفنا بين يديه قال : يا رسول الله هذا يزعم أنى أقول عليك ما لم تقل ، فأمر بضربى فضربت .

Imam Al-Munawi berkata : " Sebagian dari karomah-karomah Imam Al-Ghozali yang diriwayatkan oleh Imam Al-Yafi'i dari Ibnul Mailiq dari Imam Yaqut Al- Arsy dari Imam Abul Abbas Al-Mursiy dari Imam Abil Hasan Asy-Syadzili dari Syaikh Ibnul Harrozim, bahwa Syaikh Ibnul Harrozim keluar menemui murid-muridnya dengan membawa sebuah kitab, lalu ia berkata kepada murid-muridnya, " Tahukah kalian kitab apa ini ?". Murid-muridnya menjawab, " Itu kitab Ihya' ". ( Sebelum ini, Syaikh Ibnul Harrozim pernah mencaci maki Imam Al-Ghozali dan melarang muridnya membaca kitab Ihya' ) Kemudian beliau membuka bajunya dihadapan murid-muridnya dan ternyata pada tubuhnya terdapat bekas pukulan cambuk. Ia berkata pada murid-muridnya, " Aku bermimpi Imam Al-Ghozali datang kepadaku dan mengajakku mendatangi Rosululloh SAW, lalu Imam Al-Ghozali berkata, " Wahai Rosululloh, orang ini ( ibnul Harrozim ) menyangka bahwa aku mengatakan sesuatu yang tidak pernah engkau katakan ".  Kemudian Rosululloh memerintahkan agar memukulku ( dicambuk ), maka dipukul ( cambuk ) lah aku ".

منها : قال العارف الشاذلى :  ورأيت المصطفى صلى الله عليه وسلم في المنام  باهى عيسى وموسى بالغزالى وقال : هل فى أمتكما مثله ؟ قالا لا .

Sebagian dari karomah Imam Al-Ghozali adalah, telah berkata Al-'Arif Asy-Syadzili, " Dalam tidurku, aku melihat Rosululloh SAW membanggakan Imam Al-Ghozali kepada Nabi Isa dan Nabi Musa. Rosululloh SAW berkata, " Apakah ada pada ummat kalian berdua yang seperti Al-Ghozali ?", Nabi Isa dan Nabi Musa menjawab : " Tidak ada ".

ورأى العارف الكبير اليمنى احمد الصياد ابواب السماء مفتحة ، ونزل عصبة من الملائكة ومعهم خلع خضر ودابة ، فوقفوا على رأس قبر وأخرجوا شخصا منه وألبسوه الخلعة واركبوه الدابة وصعدوا به الى السماء  سماء سماء حتى جاوزوا السموات كلها ، وخرق بعدها سبعين حجابا ؛ قال : فتعجبت من ذلك وأردت معرفته ، فقيل لى : هذا الغزالى ، ولا علم لى أين انتهاؤه ، وشهد له المرسى بالصديقية العظمى .

Al-'Arif al-Kabir Al-Yamani Ahmad Ash-Shayyad melihat pintu-pintu langit terbuka, serombongan malaikat turun dengan pakaian warna hijau dan kendaraan, kemudian mereka berhenti di atas kepala sebuah pusara seraya mengeluarkan seseorang dari dalam pusara tersebut lalu membawanya naik kelangit, dari langit ke langit hingga melewati langit seluruhnya, setelah melewati langit dibukalah 70 hijab.
Ahmad Ash-Shayyad berkata ," Aku merasa sangat takjub dengan apa yang aku lihat dan ingin mengetahuinya. Maka tiba-tiba ada yang berkata kepadaku : " Orang ini adalah Al-Ghozali ". Dan aku ( Ahmad Ash-Shayyad ) tidak mengerti sampai dimana puncak ketinggian pendakiannya .
Dalam risalah kecil yang disusun oleh Syaikhina KH. Muhammad Djamaluddin Ahmad, Tambak beras-Jombang, yang berjudul " Dua figur Tokoh Agung ( Pemimpin kelompok-kelompok Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Dalam Bidang Tashowwuf , Al-Imam Al-Ghozali dan Asy-Syaikh Abul Qosim Junaid Al-Baghdady ), Hal. 33, juga menceritakan sebagian karomah Imam Al-Ghozali ( ini adalah kisah lengkapnya sebagaimana yang dituturkan Imam Al-Yafi'i dari Ibnul Mailiq dari Imam Yaqut Al- Arsy dari Imam Abul Abbas Al-Mursiy dari Imam Abil Hasan Asy-Syadzili dari Syaikh Ibnul Harrozim....) sebagaimana berikut ;
" Al-Imam Al-Yafi'i ( penyusun kitab Roudlhur Royahin fi Hikayatis Sholihin ) menyebutkan pula bahwa Asy-Syaikh Al-Imam al-Kabir Abul Hasan Ali bin Hirozim, seorang ahli fiqh yang tersohor di negeri al-Maghrobi pernah mengingkari dengan pengingkaran yang amat sangat terhadap kitab Ihya' Ulumiddin, padahal ia adalah seorang yang diataati masyarakat dan didengar ucapan-ucapannya. Ia memerintahkan agar semua naskah kitab Ihya' yang telah dimiliki oleh masyarakat agar dikumpulkan di Masjid Jami' dan ingin membakarnya pada hari Jum'at. Tiba-tiba pada malam Jum'at itu pula ia bermimpi masuk kedalam masjid jami' dan didalam masjid itu ia bertemu Rosululloh SAW, Abu Bakar dan Umar Ibnul Khotthob dan Imam Al-Ghozali yang berdiri dihadapan Rosululloh SAW.
Ketika Imam Ibnu Hirozim datang, Al-Imam Al-Ghozali berkata : " Wahai Rosululloh, inilah orang yang memusuhi saya, kalau sesuatu yang benar itu seperti yang dikatakan orang ini maka aku akan bertaubat kepada Alloh, dan apabila sesuatu yang aku peroleh itu adalah sesuatu yang berasal dari barokahmu dan mengikuti jejakmu, maka ambilkan hakku untukku dari musuhku ".
Kemudian Rosululloh SAW mengambil kitab Ihya' dan membukanya halaman per halaman, lembar perlembar dari awal sampai akhir, kemudian bersabda, " Ini adalah sesuatu yang baik ". Kemudian Rosululloh memberikannya kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a, setelah melihat kitab itu, Abu Bakar menganggap bahwa kitab itu baik sekali, kemudian berkata, " Demi Alloh yang mengutusmu dengan haq, kitab ini adalah sesuatu yang baik ". Kemudian Abu Bakar memberikan kitab itu kepada Umar Al-Faruq r.a ( gelar Umar bin Khotthob ). Setelah memperhatikannya, ia memujinya dan mengatakan seperti apa yang dikatakan Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Kemudian Rosululloh SAW memerintahkan agar baju Ibnul Hirozim dilepas dan dipukul diberi sanksi seperti sanksinya orang yang berbuat bohong. Kemudian baju Ibnul Hirozim dilepas dan dipukul dengan cambuk. Ketika pukulan cambuk mencapai hitungan lima kali pukulan, Abu Bakar Ash-Shiddiq memberi pertolongan kepadanya seraya berkata kepada Rosululloh SAW, " Ya Rosulalloh, barangkali ia menduga bahwa kitab Ihya' itu bertentangan dengan sunnah-mu, akan tetapi ia keliru dengan dugaannya ".
Setelah Imam Al-Ghozali mendengar syafaat ( pertolongan Abu Bakar kepada Ibnul Hirozim ) Abu Bakar r.a ia ( Imam Al-Ghozali ) rela dan mau menerima permintaan Abu Bakar itu.
Setelah Ibnu Hirozim bangun dari tidurnya, ia melihat bekas pukulan-pukulan cambuk dipunggungnya dan memberitahukan kepada murid-muridnya dan bertaubat kepada Alloh SWT serta memohon ampun dari kesalahannya. Akan tetapi bekas pukulan cambuk itu dirasakan sakitnya dalam waktu yang sangat lama, sehingga dia bertadhorru' ( menghiba ) kepada Rosululloh SAW sampai ia bermimpi bertemu Rosululloh SAW masuk rumahnya dan mengusap punggungnya dengan tangannya yang mulia, seketika itu ia sembuh dengan izin Alloh SWT.  Setelah itu Ibnu Hirozim selalu mutholaah kitab Ihya' Ulumiddin sehingga Alloh membuka hatinya dan ia memperoleh makrifat billah dan menjadi pembesar masyayikh ahli ilmu lahir dan batin.
Mudah-mudahan Alloh merahmatinya.
——————
Sidoarjo, Jum'at 8 Mei 2015
Danny Ma'shoum.

sumber : http://idrushasnialjawi.blogspot.co.id/2015/05/karomah-imam-al-ghozali-dan-kitab-ihya.html

Status di wall fb
  • https://www.facebook.com/ical.rizaldysantrialit/posts/1155137207839966?pnref=story
  • https://www.facebook.com/ical.rizaldysantrialit/posts/1155888664431487?pnref=story

Sabtu, 18 Juni 2016

BAHASA DAN SASTRA ARAB (Balaghoh,Ma'ani,Bayan,Badi',)

OBYEK KAJIAN ILMU BALAGHAH

I. PENDAHULUAN
Pengkajian sebenarnya bisa menjadi sesuatu yang menyenangkan dan menggairahkan. Ketika dorongan rasa ingin tahu menggelora, maka pengembaraan pengkajian itu terasa indah dan bergairah. Sebelum mengkaji sesuatu secara mendalam, perlu diketahui sebelumnya obyek kajian apa saja yang terkandung dalam kajian tersebut, karena pengetahuan tentang sesuatu akan lebih mudah dipelajari dengan metode dan kajian yang sistematik.
Ilmu Balâghah, sebagaimana ilmu lain berangkat dari sebuah proses penalaran untuk menemukan premis-premis pengetahuan yang dianggap benar untuk kemudian disatukan menjadi kumpulan teori. Setelah teori itu terkumpul secara generik dengan pembagian-pembagian yang sepesifik, maka ada kecenderungan untuk mempelajari bagian-bagian tersebut secara parsial—banyak yang menyebut al-Sakkâki sebagai tokoh yang mengubah balâghah dari shinâ’ah menjadi ma’rifah—dari induktif menjadi deduktif. Dari paparan tersebut tersirat bahwa setiap ilmu mempunyai obyek kajian yang membatasi ruang gerak keilmuan tertentu, agar jelas dan tidak mengaburkan pembahasan.
Sastra yang merupakan ekspresi merdeka, bukan sesuatu yang tanpa aturan dan rumusan. Hal ini bisa dibuktikan dengan munculnya beragam ilmu sastra yang menentukan kualitas karya saatra yang dianalisa. Dalam tradisi ilmu sastra Arab, balâghah setelah menjadi ilmu mempunyai rumusan-rumusan tertentu yang digunakan sebagi basis konkretisasi sastra dan tolak ukur keindahan dan ke-balâghah-an karya sastra. Balâghah merupakan ilmu sastra di atas kajian morfologi dan sintaksis, kajian balâghah berpijak pada kedua ilmu tersebut, yang secara teori prasyarat mempelajari balagah harus menguasai morfologi (sharf) dan sintaksis (nahw). Makalah ini secara ringkas berusaha untuk mendeskripsikan obyek kajian ‘Ilmu al-Balâghah.

II.PEMBAHASAN
A. AL-BALÂGHAH — AL-FASHÂHAH
Balâghah secara etimologi berarti al-wusûl wa al-intihâ’ (sampai dan berakhir). Balâghah secara terminologi hanya ditempatkan sebagi sifat yang melekat pada kalâm (balâghatu al-kalâm) dan sifat yang melekat pada mutakallim (balâghatu al-mutakallim). Balâghat al-kalâm, berarti mencari kalimat yang sesuai dengan maksud yang dikehendaki, dengan kata-kata yang fasih baik ketika mufrad maupun murakkab. Sedangkan kalimat yang bâligh (al-kalâm al-balîgh) adalah kalimat yang mampu mengejawentahkan ide penutur untuk disampaikan kepada lawan tutur (pendengar) dengan gambaran ide yang tidak berubah pada keduanya. Sedangkan balâghat al-mutakallim, berarti kemampuan diri untuk mencipta kalimat yang balîgh (fasîh dan mengena sasaran)[1]. Dari terminologi di atas nampak jelas bagaimana balâghah mempunyai peran komunikatif—stimulus dan respon—dengan kalimat yang tidak ambigu dan mampu mewakili ide penutur.
Al-Fashâhah dalam istilah ilmuan balâghah diartikan sebagai ungkapan yang jelas dan gamblang, mudah difahami dan benar strukturnya, sebagaimana  biasa digunakan oleh para penyair dan penulis[2]. Fashâhah terdapat dalam kata (al-mufrad), kalimat (al-kalâm) dan penutur (al-mutakallim). Sedangkan balâghah hanya bersinggungan dengan kalimat (al-kalâm) dan penutur (al-mutakallim)-nya saja.[3] Dari pengertian balâghah dan fashâhah diatas nampak jelas bagaimana balâghah mensyaratkan aspek eksternal bahasa, yakni sampai dan mengenanya ide kalimat kepada lawan tutur. Balâghah menempatkan kalimat sebagai proses sampainya makna dari stimulus ke responden, tidak hanya pada aspek internal kalimat saja (mufrad), pendek kata kalimat yang balîgh mesti fashîh dan tidak sebaliknya.
Balâghah dalam terminologi ilmu berarti sebuah kemampuan untuk mengungkapkan apa yang ada dalam fikiran dengan ungkapan yang jelas maknanya dan benar strukturnya, sangat berkaitan erat dengan sastra bahkan awalnya mencakup ilmu sastra dengan segala macam bentuk dan keindahannya[4]. Balâghah dalam pengertian ini sering dipadankan dengan retorika, Gorys Keraf mengartikan retorika sebagai suatu teknik pemakaian bahasa sebagai seni, baik lisan maupun tertulis, yang didasarkan pada suatu pengetahuan yang tersusun dengan baik.[5] Susunan pengetahuan yang berupa komulasi aturan-aturan pragmatik[6] dan estetika kalimat itulah yang dalam bahasa Arab kemudian disebut sebagai Ilmu Balâghah.
Balâghah mempunyai tiga cabang ilmu yaitu (1) Ilmu al-Ma’âni (2) Ilmu al-Bayân, dan (3) Ilmu al-Badî’, ketiganya mempunyai obyek kajian yang masing-masing saling melengkapi.
B. ‘ILMU AL-MA’ÂNI
‘Ilmu Ma’âni adalah dasar-dasar dan kaidah-kaidah yang menjelaskan pola kalimat berbahasa Arab agar bisa disesuaikan dengan kondisi dan tujuan yang dikehendaki penutur. Tujuan ‘ilmu al-ma’âni adalah menghindari kesalahan dalam pemaknaan yang dikehendaki penutur yang disampaikan kepada lawan tutur. Ilmuan bahasa yang dianggap sebagai pencetus Ilmu Bayan adalah ‘Abdul Qâhir al-Jurjani ( w. 471 H)[7].
Dari terminologi ‘ilmu al-ma’âni yang ingin menyelaraskan antara teks dan konteks, maka obyek kajiannya-pun berkisar pada pola-pola kalimat berbahasa arab dilihat dari pernyataan makna dasar—ashly, bukan tab’iy— yang dikehendaki oleh penutur. Menurut as-Sakkâki, yang dikehendaki oleh pembacaan model ma’âni bukan pada struktur kalimat itu sendiri, akan tetapi terdapat pada “makna” yang terkandung dalam sebuah tuturan. Jadi yang terpenting dalam pembacaan ma’ani adalah pemahaman pendengar terhadap tuturan penutur dengan pemahaman yang benar, bukan pada tuturan itu secara otonom.[8]
Adapun obyek kajian Ilmu Ma’ani adalah tema-tema berikut, (1) Kalâm Khabar (2) Kalâm Insya’ (3) al-Qasr (4) Îjaz, Ithnab dan Musâwah.
1. Kalâm Khabar (statement sentence)
Kalâm Khabar atau kalimat berita adalah kalimat yang penuturnya bisa dikatakan jujur atau bohong. Penutur dikatakan jujur jika kalimatnya sesuai dengan fakta, dan dikatakan bohong jika kalimatnya tidak sesuai dengan fakta[9]. Contoh kalâm khabar “purnama telah datang dan pekat-pun berlalu”, bisa saja berita ini benar bisa juga salah. Adapun tujuan kalimat berita (kalâm khabar) bermacam-macam, diantaranya;
  • Sebagai permohonan belas kasihan (istirhâm), contoh:
إني فقير إلى عفو ربي
  • Menampakkan kelemahan dan kepasrahan , contoh:
إني وهن العظم مني واشتعل الرأس شيبا
  • Penyesalan dari sesuatu yang diharapkan, contoh;
إني وضعتها أنثى
Dilihat dari sisi susunan gramatikalnya kalâm khabar dibagi kedalam dua bentuk[10]:
Pertama: al-jumlah al-fi’liyyah (verbal sentence), menunjukkan suatu pekerjaan yang  temporal, dengan tiga keterangan waktu, sekarang, yang telah berlalu dan yang akan datang. Contoh:
أشرقت الشمس وقد ولى الظلام هاربا
Kedua: al-jumlah al-ismiyah (nominal sentence), biasanya untuk menentukan ketetapan sifat kepada yang disifati dan untuk menyatakan kebenaran umum (general thuth). Contoh:
الأرض متحركة والشمس مشرقة
2. Kalâm Insya'(originative sentence)
Kalâm Insya’ adalah kalimat yang penuturnya tidak bisa dinilai bohong ataupun jujur.[11] Kalâm insya’ dibagi kedalam dua bagian, yaitu (1) Insya’ thalaby (2) Insya’ ghairu thalaby.
a. Insya’ thalaby
Insya’ thalaby adalah kalimat yang menghendaki suatu permintaan yang belum diperoleh saat meminta. Insya’ thalaby dibagi kedalam lima macam, yaitu[12]:
1) Al-`amr.
Al-`amr adalah meminta terlaksananya suatu pekerjaan kepada lawan bicara dengan superioritas dari penutur untuk melaksanakan perintah. Dilihat dari bentuk kalimatnya, al-`amr dalam bahasa Arab memiliki empat bentuk, yaitu[13]:
a)       Fi’il `amr, contoh:
يَايَحْيَى خُذِ الْكِتَابَ بِقُوَّةٍ وَءَآتَيْنَاهُ الْحُكْمَ صَبِيًّا ( مريم:12)
b)      Fi’il mudhâri’ yang bersambung dengan lâm al-`amr, contoh:
لِيُنفِقْ ذُو سَعَةٍ مِّن سَعَتِهِ (الطلاق: 7)
c)       Ism fi’il al-`amr, contoh:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا عَلَيْكُمْ أَنفُسَكُمْ لاَيَضُرُّكُمْ مَّنْ ضَلَّ إِذَااهْتَدَيْتُمْ َ { المائدة:105}
d)      Mashdar sebagai ganti fi’il `amr, contoh:
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا { البقرة: 83}
Selain model pola kalimat al-`amr juga memiliki beberapa fungsi makna, diantaranya:
a)       Al-du’a` (do’a), contoh:
رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ { النمل: 19}
b)      Al-Irsyâd (petuah bijak), contoh:
يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا تَدَايَنتُمْ بِدَيْنٍ إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى فَاكْتُبُوهُ وَلْيَكْتُب بَّيْنَكُمْ كَاتِبٌ بِالْعَدْلِ (البقرة: 282)
c)       Al-Tahdîd (ancaman), contoh:
الْقِيَامَةِ اعْمَلُوا مَاشِئْتُمْ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ {فصلت:40}
d)      Al-Ta`jîz (melemahkkan), contoh:
فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِن مِّثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَآءَكُم مِّن دُونِ اللَّهِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ (البقرة:23)
e)       Al-Ibâhah (pembolehan), contoh:
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ اْلأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ (البقرة:187)


2) Al-Nahy.
Al-nahy adalah meminta dihentikannya suatu pekerjaan kepada lawan bicara dengan superioritas dari penutur untuk melaksanakan permintaan. Struktur kalimatnya disusun dengan menyambungkan fi’il mudhâri’ dengan lâ nâhiyah ( berarti: jangan..!)[14] contoh:
وَلاَتُفْسِدُوا فِي اْلأَرْضِ بَعْدَ إِصْلاَحِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ ( الأعرف: 85)
Seperti halnya amr, struktur nahy juga memiliki beberapa fungsi makna, diantaranya:
a)       Al-du’â`(berfungsi sebagai do’a), contoh:
رَبَّنَا لاَتُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ (ال عمران: 8)
b)      Al-Irsyâd ( memberi petuah bijak), contoh:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَتَسْئَلُوا عَنْ أَشْيَآءَ إِن تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ… (المائدة: 101)
c)       Al-Dawâm (keabadian), contoh:
وَلاَتَحْسَبَنَّ اللهَ غَافِلاً عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ اْلأَبْصَارُ (إبراهيم:42)
d)      Al-Tahdîd (ancaman), contoh:
لا تطع أمري ايها الأخ..
e)       Al-Tamannî (pengharapan), contoh:
يا ليل طلٍِ يا نوم زل  * يا صبح قف لا تطلع

3) al-Istifhâm,
Al-Istifhâm adalah mencari tahu tentang sesuatu yang belum diketahui sebelumnya, dengan menggunakan adât al-istifhâm (kata sandang untuk istifhâm), yaitu: hamzah, hal, man, mâ, matâ, ayyâna, kayfa, aina, kam dan ayyu . Dilihat dari segi bentuk permintaannya, istifhâm dibagi menjadi tiga macam, yaitu[15]:
a)       Pertanyaan yang kadang meminta konfirmasi dan kadang meminta afirmasi (tashawwur). Adât yang digunakan adalah hamzah, contoh:
1) أ علي مسافر أم خالد؟       2)  أ علي مسافر؟
b)      Pertanyaan yang meminta afirmasi saja, adât al-istifhâm yang digunakan adalah hal.contoh:
هل يعقل الحيوان؟
c)       Pertanyaan yang meminta konfirmasi saja. Adât yang digunakan adalah semua adât al-istifhâm kecuali hal dan hamzah.contoh:
يسئلونك عن الساعة أيان مرسها؟
4) al-Tamannî
Al-Tamannî adalah mengharapkan sesuatu yang mustahil digapai atau yang  tidak mampu digapai[16].
a)       Sesuatu yang mustahil digapai, contoh:
ألا ليت الشباب يعود يوما * فأخبره بما فعل المشيب
b)      Sesuatu yang mungkin digapai namun tidak mampu teraih, contoh:
يَالَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَآأُوتِىَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ (القصص:79)
Al-Tamannî memiliki satu `adât ashly yakni ليت dan mempunyai tiga `adât yang tidak ashly sebagai penggantinya, yaitu:
a)       Hal (apakah, adakah, akankah…), contoh:

فَهَل لَّنَا مِن شُفَعَآءَ فَيَشْفَعُوا لَنَآ أَوْ نُرَدُّ فَنَعْمَلَ غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ قَدْ خَسِرُوا أَنفُسَهُمْ وَضَلَّ عَنهُم مَّاكَانُوا يَفْتَرُونَ (الأعراف:53)
b)      Lau (jika, sekiranya..), contoh:
فَلَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ (الشعراء: 102)
c)       La’alla( niscaya…), contoh:
أ سرب القطا هل من يعير جناحه * لعلي إلى من قد هويت أطير

5) al-Nidâ’
al-Nidâ’ adalah meminta kedatangan sesorang atau sesuatu  dengan kata ganti yang bermakna “aku memanggil”. Ada delapan kata sandang dalam istifhâm, yaitu: hamzah, aiy, yâ, wâ, âa, ayâ, hayâ dan wâ. Hamzah dan aiy berfungsi untuk memanggil sesuatu yang berada di dekat pemanggil, sedangkan `adât yang lain untuk sesuatu yang jauh dari pemanggil. Contoh[17]:
أيا جميع الدنيا لغير بلاغة  * لمن تجمع الدنيا و أنت تموت
Selain berfungsi memanggil, al-nidâ’ memiliki makna yang beragam seiring konteks yang melingkupinya, macam-macam arti nidâ’ antara lain:
a)       Al-Ighrâ` (bujukan, anjuran), seperti anjuran kepada seseorang yang mondar mandir mau masuk rumah musuhnya:
يا شجاع أقدم..
b)      Al-Zijr (hardikan, cacian), contoh:
يا فؤدي متى المتاب ألما *  تصح والشيب فوق رأس ألما
c)       Al-Tahassur wa al-taujî` (penyesalan dan kesakitan), contoh:
وَيَقُولُ الْكَافِرُ يَالَيْتَنِي كُنتُ تُرَابًا (النباء:40)
d)      Al-Istighâtsah (permintaan pertolongan), contoh:
يا ألله…. حبي وهوائي مكتوم إليها
e)       Al-Nudbah (ratapan/elegi), contoh:
فواعجبا كم يدعي الفضل ناقص * ووا أسفا كم يظهر النقص فاضل


b. Insya’ Ghair Thalaby
Insya’ Ghairu Thalaby adalah kalimat yang didalamnya tidak menghendaki suatu permintaan. Insya’ ghairu thalaby bisa berbentuk, al-Madh wa al-Dzam,Shiyâgh al-‘Uqûd, al-Qasam dan al-Ta’ajjub wa al-Raja’. Contoh:.[18]
a) al-Madh wa al-Dzam,menggunakan kata ni’ma, bi`sa dan habbadza, contoh:
نعم الكريم حائم….  وبئس البخيل مادر
b) Shiyaghu al-‘Uqûd. kebanyakan menggunakan shîghah fi’il madhi, contoh:
بعتك هذا ووهبتك ذاك
c) al-Qasam, menggunakan wawu, ba’, ta’ dan lain sebagainya, contoh:
لعمرك ما فعلت كذا
d) al-Ta’ajjub, biasanya berisi dua pernyataan yang berkebalikan, contoh:
كيف تكفرون بالله وكنتم أمواتا فأحياكم (البقرة 28)
e)       al-Raja’, biasanya menggunakan, ‘asâ, hariyyu (la’alla) dan ikhlaulaqa, contoh:
عسى الله أن يأتي بالفتح

3. Al-Qashr (rhetorical restriction)
Al-Qashr berarti mengkhususkan sesuatu dengan sesuatu yang lain dengan cara yang khusus pula, kata pertama adalah al-maqsûr (yang mengkhususkan) dan kata yang kedua adalah al-maqsûr ‘alaihi (yang dikhususkan)[19]. Metodologi pembentukan qashr ada empat macam yaitu:
a)       Al-nafyu wa al-istitsnâ`, contoh:
ما شوقي إلا شاعر وما شوقي إلا شاعر
b)      Innamâ, contoh:
إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاؤُا (الفاطر: 28)
c)       Mendahulukan kata yang seharusnya berada diakhir, contoh:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (الفاتحة: 5)
d)      Athaf dengan lâ, bal dan lakin, contoh:
عمر الفتى ذكره لا طول مدته * وموته حزيه لا يومه الداني

Qashr dilihat dari eksistensinya ada dua macam:
Pertama: Qashr Haqîqy yaitu pengkhususan sesuatu berdasarkan realitas kenyataan tuturan dan tidak keluar dari itu. Contoh,  لا إله إلا الله
Kedua: Qashr idhôfi yaitu pengkhususan sesuatu yang didasarkan pada penyandaran sesuatu yang berada diluar ujaran. Contoh:
إنما حسن شجاع
4. Îjaz (brachylogi), Ithnab (periphrasis), Musâwah (equality)
a. Îjaz adalah adanya makna yang luas dibalik kalimat yang pendek.  Îjaz ada dua macam, ada kalanya Qashr (meringkas) dan ada kalanya Hadf (membuang)[20]. Contoh:
ولكم فى القصاص حياة يا أولى الألباب (القصر)
وجاهد فى الله حق جهاده (الخذف)
b. Ithnab[21] adalah menambah kata-kata dari makna yang sebenarnya untuk tujuan tertentu. Contoh:
تنزل الملائكة و الروح فيها
c. Musâwah adalah kalimat dimana kata-katanya sepadan dengan maknanya dan maknanya sepadan dengan kata-katanya, tidak lebih dan tidak kurang.
ستبدى لك الأيام ما كنت جاهلا  *  ويأتيك بالأخبار من لم تزود
5. Al-Fashl dan al-Washl
Al-Washl adalah menyambungkan kalimat dengan kalimat yang lainnya dengan huruf wawu[22], contoh:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ (التوبة: 119)
Al-Fashl adalah kebalikan dari al-washl, yakni tidak menyambungkan antara dua kalimat, contoh:
وَلاَتَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلاَالسَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ (فصلت:34)
C. ILMU AL-BAYÂN
Al-Bayân secara etimologi berarti penyingkapan, penjelasan dan keterangan. Sedangkan secara terminologi, Ilmu Bayân berarti  dasar dan kaidah-kaidah yang menjelaskan keinginan tercapainya satu makna dengan bermacam-macam metode (gaya bahasa), bertujuan menjelaskan rasionalitas semantis dari makna tersebut.[23]
Berangkat dari pengertian Ilmu Bayan yang berisi bermacam-macam metode untuk menyampaikan makna, maka obyek kajiannya-pun berkisar pada berbagai corak gaya bahasa yang merupakan metode penyampaian makna. Obyek kajian ilmu Bayan meliputi: (1) Tasybîh (2) Majâz, dan (3) Kinâyah.
1. al-Tasybîh(comparison[24])
Al-Tasybîh adalah seni penggambaran yang bertujuan menjelaskan dan mendekatkan sesuatu pada pemahaman, tasybîh merupakan ungkapan yang menerangkan adanya kesamaan sifat diantara beberapa hal, yang ditandai dengan kata-sandang kaf (bak/laksana) dan sejenisnya, baik secara tersurat maupun tersirat. Tasybîh mempunyai beberapa variabel, diantaranya: Musyabbah, Musyabbah bih -keduanya disebut sebagai dua titik pokok tasybih-, Adâtu al-Tasybîh dan Wajhu al-Syibhi.[25] Dari beberapa variabel ini kemudian memunculkan beberapa macam tasybih, yaitu:
a. Tasybih Mursal, yaitu tasybih yang disebutkan adât (kata sandang)-nya, contoh:
أنت كالليث في الشجاعة والإقــ * دام والسيف في قراع الخطوب
b.     Tasybih Muakkad, yaitu tasybih yang dibuang adât (kata sandang)-nya, contoh:
أنت نجم في رفعة وضياء * تجتليك العيون شرقا وغربا
c. Tasybih Mujmal, yaitu tasybih yang dihilangkan wajah sibhi-nya., contoh:
كأنهن بيض مكنون
d.     Tasybih Baligh, yaitu tasybih yang tidak ada adat dan wajah shibhi-nya, contoh:
ركبوا الدياجى والسروج أهــ * لة وهم بدور والأسنة  أنجم
2. Al-Majâz(allegory)[26]
Majâz secara etimologi terbentuk dari kata jâza al-syai’ yajûzuhu (melampaui sesuatu). Sedangkan secara terminologi, majâz menurut al-Jurjani berarti nominal yang dimaksudkan untuk menunjuk sesuatu yang bukan makna tekstual, karena adanya kecocokan antara keduanya (makna tekstual dan kontekstual).[27]
Majâz ada dua macam, yaitu:
a. Majâz Lughawi
Majâz Lughawi adalah ujaran yang digunakan untuk menunjuk sesuatu diluar makna tekstual (dalam istilah percakapan) karena adanya korelasi (dengan makna kiasan), dengan adanya indikasi yang melarang pemaknaan asli (tekstual).[28] Majâz Lughawi dibagi lagi menjadi dua macam: Isti’ârah dan Majâz Mursal.
1) Isti’ârah
Istiârah adalah majâz dimana hubungan antara makna asli dengan makna kiasan bersifat hubungan ke-serupa-an. Isti’ârah dilihat dari segi penyebutan musyabbah dan musyabbah bih-nya dibagi lagi menjadi dua macam[29]:
a)      Al-Isti’ârah al-Tashrihiyyah: adalah isti’ârah yang diutarakan dengan tetap menyebutkan kata-kata musyabbah bih-nya, contoh:
وأقبل يمشى فى البساط فما درى * إلى البحر يسعى أم إلى البدر يرتقى
b)     Al-Isti’arah al-Makniyyah: adalah isti’ârah yang dibuang musyabbah bih-nya dan digantikan dengan sesuatu yang lazim dengan itu, contoh:
وإذا المنية أنشبت أطفارها *   ألفيت كل تميمة لا تنفع
Dilihat dari segi pengambilan kata-kata yang dijadikan isti’ârah, isti’ârah ada dua macam, yaitu:
a)      Isti’ârah Ashliyyah : yaitu isti’ârah yang mana kata-kata isti’arah-nya berasal dari ism jins (generik noun: kumpulan noun berupa sesuatu non-personal), contoh:
كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ (إبراهيم: 1)
b)     Isti’ârah Taba’iyyah: yaitu isti’ârah yang kata-kata isti’arah-nya diambil dari isim, fiil ataupun huruf, contoh:
وَلأُصَلِّبَنَّكُمْ فِي جُذُوعِ النَّخْلِ وَلَتَعْلَمُنَّ أَيُّنَا أَشَدُّ وَأَبْقَى (طه:71)
Dilihat dari pengkiasan musyabbah dan musyabbah bih-nya, isti’arah dibagi menjadi tiga macam:
a.       Al-Isti’arah al-Murasysyahah: yaitu isti’ârah yang disebutkan pengkiasan pada musyabbah bih-nya, contoh:
أُولَـئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوا الضَّلاَلَةَ بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَت تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ (البقرة: 16)
b.      Al-isti’ârah al-Mujarradah: yaitu isti’ârah yang disebutkan pengkiasan pada musyabbah-nya, contoh:
وليلة مرضت من كل ناحية * فما يضئ لـها نجم ولا قمر
c)      Al-Isti’ârah al-Muthlaqah: yakni isti’ârah yang tidak disebutkan pengkiasan pasa musyabbah dan musyabbah bih-nya, ataupun disebutkan keduanya secara bersamaan, contoh:
الَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِن بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَآأَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الأَرْضِ أُوْلَـئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ (البقرة: 27)
2) Majâz Mursal
Majâz Mursal adalah majâz dimana hubungan pemaknaannya tidak bersifat ke-serupa-an. Majâz mursal dilihat dari segi pengkiasannya dibagi ke dalam beberapa bentuk, diantaranya[30]:
a)       As-Sababiyyah , contoh:
له أياد علي سابغة  *  أعد منها ولا أعددها (المتنبى)
b)      Al-Musabbabiyyah, contoh:
فمن شهد منكم الشهر فليصمه (الآية)
c)       Al-Kulliyah, contoh:
يقولون بأفواههم ما ليس في قلوبهم (الآية)
d)      Al-Juz`iyyah, contoh:
فرجعنك إلى أمك تقر عينها ولا تحزن (الآية)
e)       I’tibâr mâ kâna, contoh:
وآتو اليتامى أموالـهم (الآية)
f)       I’tibâr mâ yakûnu, contoh:
إني أرني أعصر خمرا  (الآية)
g)      Al-Hâliyah, contoh :
واسأل القرية التى كنا فيها (الآية)
h)      Al-Mahalliyah, contoh:
وأما الذين ابيضت وجوههم ففى رحمة الله (الآية)
b. Majâz ‘Aqli
Majâz ‘aqli adalah majâz yang menyandarkan fi’il (verb) atau sejenisnya bukan kepada pemaknaan yang sebenarnya karena adanya indikasi yang melarang pemakmaan yang sebenarnya (tekstual)[31]. Ada beberapa model hubungan pengkiasan dalam majâz ‘aqli, diantaranya:
1)      Hubungan sebab akibat,  contoh:
وإذا تليت عليهم آياته زدتهم إيمانا
2)       Hubungan waktu, contoh:
يوما يجعل الولدان شيبا
3)      Hubungan tempat, contoh:
وجعلنا الأنهار تجرى من تحتهم
3. Al-Kinâyah(metonymy[32])
Kinâyah secara etimologi adalah sesuatu  yang dibicarakan oleh seseorang namun maksudnya lain. Secara terminologi, kinâyah berarti ujaran yang dimaksudkan bukan untuk makna sesungguhnya, namun diperbolehkan menggunaan makna sesungguhnya karena tidak adanya indikasi yang melarang keinginan pemaknaan haqiqî.[33]
Kinâyah dilihat dari segi kedudukan kalimatnya dibagi menjadi tiga, yaitu[34]:
a)       Berkedudukan sebagai sifat,contoh:
قالت الخنساء فى أخيها صخر: طويل النجاد رفيع العماد * كثير الرماد إذا ما شتا
b)      Berkedudukan sebagai mausûf, contoh:
الضاربين بكل أبيض مخدام * والطاعنين مجامع الأضغان
c)       Berkedudukan sebagai nisbat, contoh:
إن السماحة والمروءة والندى * فى قبة ضربت على ابن الحشرج

D. ILMU AL-BADÎ’
Al-Badî’ secara etimologi adalah kreasi yang dicipta tidak seperti ilustrasi yang telah ada. Secara terminologi, Ilmu Badi’ adalah ilmu yang mempelajari beberapa model keindahan stylistika, beberapa pepaês—ornamen perhiasan kalimat—yang menjadikan kalimat indah dan bagus, menyandangi kalimat dengan kesantunan dan keindahan setelah disesuaikan dengan situasi dan kondisi.[35]
Secara gais besar ilmu badî’ mempunyai dua obyek kajian, yaitu al-Muhassinât al-Lafdziyyah (keindahan ujaran) dan al-Muhassanât al-Ma’nawiyyah (keindahan makna).
1. al-Muhassanât al-Lafdziyyah
a. al-Jinâs (paronomasia;pun[36]),
Jinâs adalah adanya kesamaan dua kata dalam pelafalan namun berbeda dalam pemaknaan. Ada dua macam jinâs, yaitu[37]:
1)      Jinâs tâm : adanya kesamaan antara dua kata dari jumlah hurufnya, macam hurufnya, syakl-nya dan urutannya. Contoh:
وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يُقْسِمُ الْمُجْرِمُونَ مَالَبِثُوا غَيْرَ سَاعَةٍ كَذَلِكَ كَانُوا يُؤْفَكُونَ {الروم: 55}
2)      Jinas ghairu tâm: adanya perbedaan antara dua kata dalam satu macam diantara keempat macam persyaratan tersebut (syakl, huruf, jumlah dan urutannya). Contoh:
فَأَمَّا الْيَتِيمَ فَلاَتَقْهَرْ وَأَمَّا السَّائِلَ فَلاَتَنْهَرْ (الضحى:9-10)
b. al-Saj'(rhimed prose)
Saj’ dalam terminologi balâghiyyin berarti adanya dua kalimat atau lebih yang mempunyai akhiran dengan huruf yang sama, kata terakhir pada setiap kalimat disebut dengan fâshilah, dan setiap kalimat disebut dengan faqrah.[38]: Ada tiga macam saj’, yaitu:
a.       Al-Saj’ al-Mutharraf, yaitu dua kalimat atau lebih yang wazan fashilah-nya berbeda namun bunyi akhirnya sama, contoh:
أَلَمْ نَجْعَلِ اْلأَرْضَ مِهَادًا   وَالْجِبَالَ أَوْتَادًا (النبأ:6-7)
b.      Al-Saj’ al-Murashsha’, yaitu dua kalimat atau lebih yang mana lafadz pada setiap faqrah-nya memiliki wazan dan qafiyah yang sama, contoh:
فهو يطبع الأسجاع بجواهر لفظه، ويقرع الأسماع بزواجر وعظه
c.       Al-Saj’ al-Mutawâzi, adalah dua faqrah yang sama dalam wazan dan qafiah-nya, contoh:
فِيهَا سُرُرُُمَّرْفُوعَةٌ   وَأَكْوَابُُمَّوْضُوعَةٌ (الغاشية:13-14)
c. al-Tarshî'(homoeptoton)
Tarshî’ adalah adanya kesamaan antara lafadz dalam faqrah pertama (syathrah pertama) dengan faqrah sesudahnya dalam wazan dan qafiyah-nya[39]. Adakalanya sama persis dalam wazan dan a’jaz-nya, seperti:
إِنَّ اْلأَبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ  وَإِنَّ الْفُجَّارَ لَفِي جَحِيمٍ ( الانفطار:13-14)
Dan adakalanya berdekatan saja dalam wazan dan a’jaz-nya, contoh:
وَءَاتَيْنَاهُمَا الْكِتَابَ الْمُسْتَبِينَ وَهَدَيْنَاهُمَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (الصافات: 117-118)

d. al-Tasythir (internal rhyme)
Tasytîr adalah ketika pembagian penyair terhadap shadr dan ‘ajuz syair masing-masing menjadi dua bagian, dan antara shadr dan ‘ajuz, saja’-nya dibuat berbeda. Contoh:[40]
كالزهر فى ترف والبدر فى شرف * والبحر فى كرم والدهر فى همم
2. al-Muhassanât al-Ma’nawiyyah
a. al-Tauriyah(paronomasia;pun)
Al-Tauriyah adalah ujaran yang mempunyai dua makna, pertama, makna yang dekat dari penunjukan ujaran yang nampak, kedua, makna yang jauh dan penunjukan katanya tersirat dan inilah makna yang dikehendaki. [41]Contoh:
وَهُوَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُم بِالَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَاجَرَحْتُم بِالنَّهَارِ (الأنعام:60)
b. al-Thibâq (antithesis)
Tibâq adalah terkumpulnya suatu kata dengan lawan-kata-nya dalam sebuah kalimat, ada dua macam tibâq[42], yaitu:
1)      Tibâq al-Ijab, yaitu tibâq yang mana kedua hal yang berlawanan itu tidak hanya dibedakan dengan mempositifkan  dan menegatifkan saja, contoh:
وَتَحْسَبُهُمْ أَيْقَاظًا وَهُمْ رُقُودٌ (الكهف: 18)
2)      Tibaq al-Salbi, yaitu tibâq yang hanya memeperlawankan kata negatif dan positifnya saja.
فَلاَ تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلاَ تَشْتَرُوا بِئَايَاتِي ثَمَنًا قَلِيلاً وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَآأَنزَلَ اللهُ فَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ (المائدة:44)

c. al-Muqâbalah (antithesis)
Muqâbalah adalah membuat susunan dua makna atau lebih, kemudian membuat susunan yang berlawanan dari makna itu secara berurutan.[43] Contoh:
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى  وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى  فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى  وَأَمَّا مَن بَخِلَ وَاسْتَغْنَى  وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى  فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى (الليل:5-10).
d. Husnu al-Ta’lil (conceit)
Husnu al-ta’lil adalah pengingkaran seorang sastrawan secara tersurat maupun tersirat atas sebuah konvensi dan mendatangkan konvensi sastra baru sebagai cara yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan[44]. Contoh:
ماهتزب الأغصان فى الروض بفعل النسيم ولكنها رقصت غبطة بقدومكم.
e. Uslûb al-Hakîm(deliberate equivocation).
Uslûb al-Hakîm terjadi ketika orang yang diajak berbicara menjawab  sesuatu dan tidak sesuai dengan yang diharapkan orang yang bertanya. Dengan cara, keluar dari pentanyaan itu, atau dengan menjawab sesuatu yang tidak ditanyakan, ataupun membawa pembicaraan kepada topik lain, sebagai sebuah isyarat bahwa penanya pantasnya tidak usah menanyakan hal itu, atau berbicara pada topik yang diharapkan lawan bicara.[45] contoh:
يَسْئَلُونَكَ عَنِ اْلأَهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ (البقرة: 189)
Selain dari beberapa macam muhassinât al-ma’nawiyyah di atas, para ulama balaghah masih banyak menyebutkan pola-pola lain seperti itbâ’, istitbâ’, tafrî’ dan lain sebagainya, namun diantara yang paling sering dikemukakan dan kita jumpai adalah lima pola diatas.
III. KESIMPULAN
Obyek  kajian ilmu balâghah merupakan tiga serangkai retorika bahasa arab yang saling melengkapi. Ilmu Ma’ani merupakan kajian makna pertama yang menyelaraskan ujaran dengan situasi dan kondisi. Setelah memahami makna pertama dari sebuah ujaran, Ilmu Bayan mengajak pembaca berfantasi memahami sebuah ide dengan beberapa style sastra yang kemudian disempurnakan irama dan maknanya oleh Ilmu Badi’.
Demikianlah pemaparan singkat tentang obyek kajian ilmu balâghah, menurut penulis, ilmu sastra-termasuk didalamnya ilmu balâghah-, merupakan sebuah struktur yang mengejawentah dari konvensi (rasa sastra) menjadi sebuah teori. Namun struktur itu bukan sesuatu yang statis akan tetapi merupakan proses strukturasi dan destrukturasi yang harus hidup dan berkembang. Semoga anugrah nalar dan lisan mampu jadi pelita penertian, pemahaman dan pencerahan. Amin… Wallâhu a’lam.

sumber :  https://ibnusamsulhuda.wordpress.com/2010/11/02/obyek-kajian-ilmu-balaghah/#comment-100

Jumat, 17 Juni 2016

Cara Mengobati (ruqyah) Pendarahan Dan Beser

Tulislah dua ayat berikut pada kertas (setelahnya lipat dan bisa ditaruh dilipatan jilbab, atau bisa dikalungkan, dimasukkan saku:

1. Surat Hud *ayat 44 (وقيل يا ارض ابلعى ماءك وياسماء اقلعى وغيض الماء وقضي الامر)
2. Surat A-mulk **ayat 30 (قل ارايتم ان اصبح ماءكم غورا فمن يأتيكم بماء معين)
‪#‎BiMasyiatillah‬ ‪#‎Biqudrotillah‬

Dikutip dari kitab "Al-dzahabu Al-abroz fi Asrori Khowashi Kitabillahi Al-aziz" karya Imam Al-ghozali, halaman 62-63

قال ابن قتيبة ادركت امرأة من الانصار حيضها واستدام بها الدم ولم ينقطع فاشتكت ذلك الى رجل من الصالحين فكتب لها كتابا وأمرها ان تعلقها عليها (وقيل يا ارض ابلعى ماءك وياسماء اقلعى وغيض الماء وقضي الامر *). (قل ارايتم ان اصبح ماءكم غورا فمن يأتيكم بماء معين **). فزال ذلك عنها وبرئت من النزف.
ذكر ان سفيان بن عيينة او شقيق المصرى كان يكتب هذه الرقية ايضا لسلس البول فكان يعقبه فرج.
الذهب الإبرز في أسرار خواص كتاب الله العزيز _ للغزالي ص : ٦٢-٦٣

~ Ibnu qutaybah berkata: aku menemukan sebuah kasus dimana seorang wanita dari anshor mengalami istihadhoh (pendarahan/darah terus keluar melebihi batas aktsar masa haidh), kemudian ia (wanita) mengadukan halnya pada seorang laki-laki yang sholih/ulama, maka ulama tersebut menulis dua ayat tersebut diatas (Surat Hud ayat 44 dan Surat A-mulk ayat 30) maka berangsur si wanita sembuh dari pendarahannya.

~ Disebutkan : bahwa Sufyan bin 'Uyainah atau Syaqiq Al-mishri , menggunakan kedua ayat tersebut untuk mengobati Tsalitsil Baul (beser pipis).

Wallohu a'lam

Rabu, 15 Juni 2016

Aplikasi ASWAJA Piss-KTB - USTADZ MENJAWAB v 2.0








Pengguna Android wajib install aplikasi ini

USTADZ MENJAWAB v 2.0

Sebuah aplikasi yang berisi kumpulan dokument hasil bahtsul masail febukiyah. Aplikasi yang berjalan pada mode offline dengan data terupdate setiap hari secara online.

Irit data..... namun untuk pertama kali install persiapkan paket data anda, krn saat awal akan download 5000an dokument dari web piss.

Download sekarang juga di playstore. Cari dengan kata kunci PISS KTB.

Atau klik tautan berikut

https://play.google.com/store/apps/details?id=id.zam.pisstji
 
 
 
 

QOSHIDAH NUNIYAH Syeikh Ibnul Qoyyim - AS-SYAIKH IBNU AL-QAYYIM DALAM ZIAROH NABAWIYYAH


Syeikh Ibnul Qoyyim menyebutkan bagaimana semestinya berziarah dan etika apa yang dituntut di dalam berziarah, bagaimana selayaknya perasaan peziarah saat ia berdiri dalam tatap muka yang mulia ini (Nabi SAW) dan apa yang selayaknya ia rasakan saat berada di depan penghuni kubur (Nabi Saw )
Dalam bagian akhir bait-bait qashidahnya, Ibnu Al-Qayyim menyebutkan bahwa ziarah dengan perasaan demikian dan dengan cara tersebut adalah termasuk salah satu amal perbuatan yang paling utama.
Berikut Qashidah Nuniyyah Ibnu Al-Qayyim :

فإذا أتينا المسجد النبوي ... صلينا التحية أولا ثنتان
بتمام أركان لها وخشوعها ... وحضور قلب فعل ذي الإحسان
ثم انثنينا للزيارة نقصد القبـ ... ـر الشريف ولو على الأجفان
فنقوم دون القبر وقفة خاضع ... متذلل في السر والإعلان
فكأنه في القبر حيّ ناطق ... فالواقفون نواكس الأذقان
ملكتهم تلك المهابة فاعترت ... تلك القوائم كثرة الرجفان
وتفجرت تلك العيون بمائها ... ولطالما غاضت على الأزمان
وأتى المسلم بالسلام بهيبة ... ووقار ذي علم وذي إيمان
لم يرفع الأصوات حول ضريحه ... كلا ولم يسجد على الأذقان
كلا ولم ير طائفا بالقبر أسـ ... ـبوعا كأن القبر بيت ثان
من انثنى بدعائه متوجها ... لله نحو البيت ذي الأركان
هذي زيارة من غدا متمسكا ... بشريعة الاستلام والإيمان
من أفضل الأعمال هاتيك الزيا ... رة وهي يوم الحشر في الميزان

Jika kita telah tiba di masjid nabawi *** Maka kita shalat tahiyyat dulu dua raka’at.
Dengan seluruh rukunnya dan dengan penuh kekhusyu’an *** Dengan sepenuh hati, layaknya sikap orang yang memiliki sifat ihsan.
Kemudian kami mulai berziarah menuju kuburan *** mulia meskipun berada di pelupuk mata.
Kami berdiri di hadapannya dengan merendahkan diri *** dalam sepi dan keramaian.
Seolah-olah di dalam kubur beliau hidup dan mampu berbicara ***
Sedang orang-orang yang berdiri merendahkan dagunya.
Para peziarah diliputi rasa segan *** hingga kaki-kaki mereka sering bergetar.
Air mata mereka menetes deras *** padahal sudah sangat lama kering.
Dengan penuh hormat dan ketenangan *** orang yang berilmu dan beriman memberi salam.
Ia memelankan suara di dekat kuburan beliau *** dan tidak bersujud meletakkan dagunya
Ia tidak pernah mengelilingi kuburan selama seminggu *** seolah-olah kuburan itu rumah kedua.
Lalu ia beralih, berdo`a kepada Allah dengan menghadap *** kiblat yang memiliki beberapa sudut.
Inilah ziarah orang yang berpegang teguh *** kepada syari`at islam da iman.
Ziarah ini adalah amal paling utama *** yang akan ditimbang kelak di alam mahsyar.
Dinukil dari kitab Mafahimu Yajibu An Tushohhahu - As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki rohimahullahu

wallahu a;lam

Selasa, 14 Juni 2016

Istilah "JELEK, MISKIN, ITEM, BAU, HIDUP LAGI" Sudah Ada Di Zaman Nabi SAW

Ternyata yang dipandang sebelah mata oleh manusia, ia berhasil meraih "SYAHID" dan menjadi rebutan "BIDADARI".

عن أنس أن رجلا أتى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال : يا رسول الله ، إني رجل أسود اللون ، قبيح الوجه ، منتن الريح ، لا مال لي ، فإن قاتلت هؤلاء حتى أقتل ، أدخل الجنة ؟ قال : " نعم " . فتقدم فقاتل حتى قتل ، فأتى عليه رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو مقتول ، فقال : " لقد حسن الله وجهك الطيب ، وطيب ريحك ، وكثر مالك " وقال : " لقد رأيت زوجتيه من الحور العين يتنازعان جبته عنه ؛ يدخلان فيما بين جلده وجبته .

Dari sahabat anas ; sesungguhnya seorang laki-laki datang kepada Rosulillah SAW, ia berkata : "Aku ini seorang laki-laki yang hitam kulitnya, berwajah buruk, dan bau (aroma badanku), tidak pula mempunyai harta, Apakah jika aku ikut berperang (memerangi musyrikin) hingga aku terbunuh, aku akan masuk syurga ?".
Rosulullah menjawab : "YA !!!".
Kemudian ia ikut berperang hingga ia terbunuh, Maka Rosul mendatangi jasadnya .
Rosulullah SAW bersabda: "Allah telah membaguskan wajahmu, mengharumkan aroma (badanmu), dan memperbanyak hartamu".
Rosul juga bersabda: "Aku melihat dua isterinya dari bidadari menarik jubahnya, dan mereka berdua masuk diantara kulit dan jubahnya".

sumber :
~ Dalailu Al-nubuwwah Imam Baihaqi
 http://library.islamweb.net/hadith/display_hbook.php?bk_no=681&pid=143922&hid=1594
~ Siyaru A'lami Al-nubala` Imam Adz-dzahabi
 http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?bk_no=60&ID=6029&idfrom=6183&idto=6392&bookid=60&startno=138
~ Tarikhu Al-islam Imam Adz-dzahabi
 https://library.islamweb.net/hadith/display_hbook.php?indexstartno=0&hflag=&pid=442351&bk_no=936&startno=7
~ Al-bidayah wa Al-nihayah Imam Ibnu Katsir
 http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?idfrom=366&idto=378&bk_no=59&ID=406

@ hikmah dimalam ke-10 ramadhan , 1437 H

Majusi Mendapat Khusnul Khotimah Dengan Memuliakan Romadhon

Majusi Mendapat Khusnul Khotimah Dengan Memuliakan Romadhon

حكى أن مجوسيا رأى ابنه في رمضان يأكل فى السوق فضربه وقال لم لم تحفظ حرمة المسلمين في رمضان ؟ فمات المجوسي فرآه عالم في المنام على سرير العزة في الجنة فقال ألست مجوسيا ، فقال بلى ولكن سمعت وقت الموت نداء من فوقى يا ملائكة لا تتركوه مجوسيا فأكرموا بالإسلام بحرمته لرمضان، فالإشارة أن المجوسي لما احترم رمضان وجد الإيمان ، فكيف بمن صامه واحترمه؟ (زبدة المجالس)

Diriwayatkan, seorang majusi melihat anak laki-lakinya sedang makan di pasar pada siang hari romadhon, ia berkata pada anaknya :"Mengapa engkau tidak menjaga kehormatan muslimin dibulan romadhon ?"
Si majusi kemudian meninggal, dan ia di mimpikan oleh seorang 'Alim sedang berada di atas ranjang kemuliaan dalam syurga.
(dalam mimpi itu) si 'Alim bertanya :"Bukankah engkau seorang majusi ?".
Ia menjawab : "Betul, namun saat maut menjelang, aku mendengar suara di atasku "wahai malaikatku, jangan jangan biarkan/tinggalkan ia mati dalam keadaan beragama majusi, muliakanlah dengan islam dengan sebab ia memuliakan romadhon".
Satu kisah ini menjadi isyaroh atau penunjuk, bahwa orang majusi saja ketika ia memuliakan romadhon, ia menemukan iman (diakhir hayatnya).
Bagaimana pula dengan muslimin yang melakukan puasa dan memuliakannya ?.

@zubdah al-majalis

sumber  : https://www.facebook.com/ical.rizaldysantrialit/posts/1145487898804897?pnref=story

Sabtu, 11 Juni 2016

POROS TENGAH YANG BIJAKSANA

POROS TENGAH YANG BIJAKSANA

وقال التاج السبكى :ينبغى لك ايها المسترشد أن تسلك سبيل الأدب مع الأئمة الماضين ولا تنظر الى كلام بعضهم فى بعض إلا إذا اتى ببرهان واضح، ثم إن قدرت على التأويل وتحسين الظن فدونك. وإلا فاضرب صفحا فإياك ثم إياك أن تصغى إلى ما إتفق بين أبى حنيفة وسفيان الثوري أو بين مالك وابن أبى ذئب أو بين أحمد بن صالح والنسائى أو بين أحمد والحرث المحاسبى.
سبعة كتب مفيدة ، ص : ٥٨ (السيد علوى بن أحمد السقاف)

Imam Tajuddin Subki berkata: wahai santri, seyogyanya anda meniti jalan yang penuh adab beserta para imam 'besar nan agung' dimasa lalu. Jangan hiraukan perkataan sebagian mereka pada sebagian yang lain, kecuali jika anda hadir dengan membawa dalil/hujah yang jelas.
Kemudian jika engkau punya kemampuan untuk menta'wil dan membaguskan prasangkamu, maka lakukanlah.

Namun jika tidak, maka berlakulah baik. JAGALAH kemudian JAGALAH untuk tidak terlibat dalam apa yang terjadi antara Imam Abu Hanifah dan Imam Tsufyan Ats-tsauri, atau antara Imam Malik dan Ibni Abi Dzi'b, atau antara Imam Ahmad bon Sholih dan Imam Nasai, atau antara Imam Ahmad dan Harts Al-mahasibi.
Sab'ah Kutub Mufidah : 58
-----------------------------------

Posisi yang tepat untuk kita memberikan kita faidah dari kedua belah pihak tanpa ada yang tersakiti dari keduanya.
Itulah dunia mereka rohimahumullah ta'ala.
inilah dunia kitab hafazhonallahu ta'ala.
‪#‎amin‬

Saling Mengkaji Ulang Dan Mengkritik Adalah Sebagian Diskusi Ulama.

Foto Rizalullah.


Kita ambil dua contoh

Pertama, Kajian dari pemilik kitab Sab'ah Kutub Mufidah karya As-sayyid Alawiy bin Ahmad As-saqofy , hal 20-21

قال الشوكانى فى الفوائد المجموعة فى الاحاديث الموضوعة فى اخر الباب الاول من كتاب الفضائل ، قال احمد بن حنبل ثلاثة كتب ليس لها اصل : المغازي والملاحم والتفسير
....
ومن جملة التفاسير تفسير ابن عباس فانه مروي من طرق الكذابين كالكلبى والسدى ومقاتل ذكر معنى ذلك السيوطى وقد سبقه الى معناه ابن تيمية ...

Imam As-syaukani berkata dalam kitab Al-fawaid Al-majmu'ah fi Ahaditsi Al-maudhu'ah , pada akhir bab awal Kitab Fadhoil, beliau mengutip ucapan Imam Ahmad bin Hanbal.
Imam Ahmad ibnu Hanbal (w. 241 H) menyatakan :"Tiga (bidang informasi keagamaan) pada ghalibnya tidak didukung oleh sanad shahih muttashil, yaitu peperangan besar, pertempuran kecil dan tafsir (al-Qur'an) ". (ricek Al itqon fi ulumil qur'an Imam jalaluddin as-suyuthi : 178.
ila an qool..
Dan sebagian tafsir alqur'an-nya adalah Tafsir Ibni Abbas (Tanwirul Miqbas Tafsir Ibni Abbas karya Muhammad bin Ya'qub Al-fairuz Ubadi) dalam kitab tafsir ini banyak meriwayatkan hadits dari jalur 'Al-kadzdzabin' seperti al-kalbi, al-suda dan muqotil.
Hal ini disampaikan juga oleh Imam As-suyuthi dan sebelumnya disampaikan juga oleh ibnu taimiyah.

Kedua, dalam fan ushuluddin.
Hujjatul islam Imam Ghozali menyampaikan pemikirannya tentang konsep ketuhanan 'Aqidah Aswaja' dalam membantah pemikiran ahli ahli filsuf yunani khususnya dalam kitab Tahafut Al-falasifah.Kitab ini berisi 20 'serangan' Imam Ghozali atas pemikiran ahli filsafat.
Dan Ibnu Rusydi, mengkritik tajam buah pemikiran Imam Ghozali dalam kitabnya Tahafut Al-tahafut.
- http://arh789.blogspot.co.id/…/review-tahafut-al-falasifah-…
- http://arh789.blogspot.co.id/…/review-tahafutil-falasifah-p…
- http://arh789.blogspot.co.id/…/review-tahafutil-falasifah-p…
- http://arh789.blogspot.co.id/…/review-tahafutil-falasifah-p…
---------------
Ulama adalah pewaris para Nabi (العلمآء ورثة الابنيآء )

والله يقول الحق وهو يهدى السبيل

Rabu, 08 Juni 2016

Jargon "Kembali Kepada Al-qur'an Dan As-sunnah"


Jargon "Kembali Kepada Al-qur'an Dan As-sunnah"

(مسألة: ك): شخص طلب العلم، وأكثر من مطالعة الكتب المؤلفة من التفسير والحديث والفقه، وكان ذا فهم وذكاء، فتحكم في رأيه أن جملة هذه الأمة ضلوا وأضلوا عن أصل الدين وطريق سيد المرسلين ، فرفض جميع مؤلفات أهل العلم، ولم يلتزم مذهباً، بل عدل إلى الاجتهاد، وادّعى الاستنباط من الكتاب والسنة بزعمه، وليس فيه شروط الاجتهاد المعتبرة عند أهل العلم، ومع ذلك يلزم الأمة الأخذ بقوله ويوجب متابعته، فهذا الشخص المذكور المدَّعي الاجتهاد يجب عليه الرجوع إلى الحق ورفض الدعاوى الباطلة، وإذ طرح مؤلفات أهل الشرع فليت شعري بماذا يتمسك؟ فإنه لم يدرك النبي عليه الصلاة والسلام، ولا أحداً من أصحابه رضوان الله عليهم، فإن كان عنده شيء من العلم فهو من مؤلفات أهل الشرع، وحيث كانت على ضلالة فمن أين وقع على الهدى؟ فليبينه لنا فإن كتب الأئمة الأربعة رضوان الله عليهم ومقلديهم جلّ مأخذها من الكتاب والسنة، وكيف أخذ هو ما يخالفها؟ ودعواه الاجتهاد اليوم في غاية البعد كيف؟ وقد قال الشيخان وسبقهما الفخر الرازي: الناس اليوم كالمجمعين على أنه لا مجتهد، ونقل ابن حجر عن بعض الأصوليين: أنه لم يوجد بعد عصر الشافعي مجتهد أي: مستقل، وهذا الإمام السيوطي مع سعة اطلاعه وباعه في العلوم وتفننه بما لم يسبق إليه ادعى الاجتهاد النسبي لا الاستقلالي، فلم يسلم له وقد نافت مؤلفاته على الخمسمائة، وأما حمل الناس على مذهبه فغير جائز، وإن فرض أنه مجتهد مستقل ككل مجتهد ـ اهـ بغية المسترشدين  ص ٧

‘’Ada orang orang yang pandai dan cerdas, banyak mempelajari kitab kitab karangan ulama salaf, baik itu tafsir, hadits, maupun ilmu fiqih, kemudian menghukumi suatu masalah dengan pendapatnya sendiri, maka orang yang seperti ini adalah orang yang sesat dan menyesatkan yang justru menjauhkan dari pokok agama yang benar dan jalan Pemimpin para Rasul yaitu Nabi Muhammad Saw.
Mereka menolak kitab kitab ulama salaf yang yang notabene adalah ahli ilmu, mereka menyuarakan tentang tidak wajibnya bermadzhab dan mengarahkan kepada pemahaman agama dari hasil ijtihadnya sendiri, mereka mengaku beristinbath(menggali Hukum) langsung kepada Al-Qur'an dan Sunnah dengan pemahaman sendiri, sedang mereka tidak memenuhi kriteria syarat syarat berijtihad yang sudah masyhur bagi ahli ilmu, mereka mewajibkan masyarakat untuk mengikuti hasil ijtihad mereka
Maka untuk orang orang yang seperti diatas (yang mengaku ngaku berijtihad langsung / menggali hukum langsung dari Al-Qur'an dan Sunnah) wajib atas mereka bertaubat dan kembali kepada jalan kebenaran (sesuai pemahaman mayoritas ulama salaf) dan masyarakat wajb menolak ajakan mereka yang bathil.
Apabila kitab-kitab karangan para ulama salaf dikesampingkan (tidak dipakai), maka dengan apa seseorang memahami agama ini yang selanjutnya dipakai untuk pedoman hidup ?
Padahal dia tidak bertemu langsung dengan Nabiyyuna Muhaamad SAW, juga tidak bertemu dengan para Sahabat Nabi ,
Bila kebetulan dia mempunyai sesuatu kitab karangan ulama salaf lalu dia mempelajarinya sendiri, lalu dalam proses memahami kitab tersebut dia salah pemahaman , maka kepada siapa dia akan minta petunjuk untuk membenarkan pemahamannya ? Silakan jelaskan kepada kami !
Sesungguhnya kitab kitab karya para Imam Agung empat Madzhab dan para ulama yang taqlid (mengikuti) kepada mereka, Sumbernya adalah Al-Qur'an dan Sunnah,
Bagaimana proses ijtihadnya sehingga menyelisihi pendapat pendapat mereka ?
Kenapa mereka mereka yang saat ini mengaku berijtihad langsung dan kembali kepada Al-Qur'an da Sunnah menghasilkan pendapat dan pemikiran yang sangat jauh dari para Imam Madzhab yang empat diatas ?
Berkata Al-Imam Asy-Syaikhoni dan pendahulu mereka Al-Imam Al-Fakhrur Rozi : "Orang-orang zaman sekarang ini ibarat perkumpulan banyak orang hanya saja tidak ada mujtahid di dalamnya".
Syaikh Ibnu Hajar menuqil fatwa dari sebagian para Ahli Ushuluddin: "Sesungguhnya setelah kurun masa Imam Syafi'i tidak ditemukan lagi seorangpun yang mencapai derajat mujtahid mustaqil (Mujtahid yang menggali langsung Al-Qur'an da Sunnah)".
Contoh terdekat , Imam As-Suyuthi yang dikenal luas ilmunya dan mengusai berbagai fan ilmu, beliau berijtihad dengan nisbi (mengikuti pendapat dari Imam Syafi'i), bukan seorang mujtahid mustaqil, kenapa beliau tidak berani ? padahal kitab kitab karangan beliau sangat banyak , tidak kurang dari 500 (lima ratus) kitab .
Sesunguhnya orang orang yang menggali hukum sendiri seperti layaknya seorang mujtahid mustaqil dan menganggap hasil ijtihad mereka benar , hal itu tidak diperbolehkan, walaupun mereka memastikan bahwa mereka adalah seorang mujtahid mustaqil, seperti layaknya mujtahid zaman dahulu’’.

@Bughyatul Mustarsyidin : 7

https://salafiyah-mahad.blogspot.co.id/2013/07/larangan-berfatwa-dan-mengeluarkan.html?showComment=1465391429879#c2258222482776636173

https://www.facebook.com/ical.rizaldysantrialit/posts/1148625711824449

Qonun Asasi Nahdlatul 'Ulama

  MUQODDIMAH_QONUN_ASASI_NU (Pendahuluan Fondasi Dasar Jam'iyyah NU)   Jam'iyyah Nahdhotul 'Ulama' mempunyai garis...