Jumat, 23 Oktober 2015

FUTUHUL GHAIB Risalah 61-70 [Menyingkap Rahasia Ilahi] Mutiara karya Syeikh Abdul Qodir Al-Jailany ra.



المقالة الحادية والستون
فـي الـتـوقـف عـنـد كـل شـئ حـتـى يـتـبـيـن لـه إبـاحـة فـعـلـه
قـال رضـي الله تـعـالى عـنـه و أرضـاه : كل مؤمن مكلف بالتوقف و التفتيش عند حضور الأقسام عن التناول و الأخذ، حتى يشهد له الحكم بالإجابة، و العلم بالقسمة، و المؤمن فتاش و المنافق لقاف. و قال صلى الله عليه و سلم ( المؤمن وقاف ) و قال صلى الله عليه و سلم : ( دع ما يريبك إلى ما لا يريبك ) فالمؤمن يقف عند كل قسم من مأكول و مشروب و ملبوس و منكوح و سائر الأشياء التي تفتح له فلا يأخذ حتى يحكم له بجواز الأخذ و التناول كحكمه إذا كان في حالة التقوى. أو حتى يحكم له بذلك الأمر إذا كان في حالة الولاية. أو حتى يحكم العلم في حالة البدلية و الغوثية، و الفعل الذي هو القدر المحض و هي حالة الفناء، ثم تأتيه حالة أخرى تتناول كل ما يأتيه و يفتح له ما لم يعترض عليه الحكم والأمر والعلم، فإذا اعترض أحد هذه الأشياء امتنع من التناول، فهي ضد الأولى.
ففي الأولى الغالب عليه التوقف و التثبت. و في الثانية الغالب عليه التناول و الأخذ و التلبس بالفتوح. ثم تأتى الحالة الثالثة.
فالتناول المحض و التلبس بما يفتح من النعم من غير اعتراض أحد الأشياء الثلاثة و هي حقيقة الفناء، فيكون المؤمن فيها محفوظاً من الآفات وخرق حدود الشرع مصاناً مصروفاً عنه الأسواء، كما قال الله تعالى : كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاء إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ.يوسف24. فيصير العبد مع الحفظ عن خرق الحدود كالمقرض إليه المأذون له و المطلق له في الإباحات الميسر له الخير، ما يأتيه قسمه المصفى له من الآفات و التبعات في الدنيا و الآخرة، و الموافق لإرادة الحق و رضاه و فعله و لا حالة فوقها و هي الغاية، و هي السادة الأولياء الكبار الخلص أصحاب الأسرار، الذين أشرفوا على عتبة أحوال الأنبياء صلوات الله عليهم أجمعين.

RISALAH 61

Setiap mu’min harus mengadakan pemeriksaan dan penelitian terlebih dahulu serta tidak boleh tergesa-gesa ketika bagian-bagiannya sampai kepadanya dan ia terima, sampai datang perintah hukum yang menyatakan bahwa bagian itu dibolehkan untuknya dan ilmu Allah yang menghalalkan dan membenarkan bahwa bagian itu adalah untuknya. Nabi bersabda, “Sesungguhnya orang mu’min itu berwaspada, sedangkan orang munafik itu terus menerkam apa saja yang datang kepadanya.” Beliau juga bersabda, “Orang mu’min itu tidak terburu-buru.” “Buanglah segala sesuatu yang menimbukan keraguan di dalam hatimu dan terimalah segala sesuatu yang tidak meragukan.”, demikian sambung beliau.

Jadi, orang mu’min itu selalu berhati-hati terhadap semua perkara seperti makanan, minuman, pakaian, perkawinan dan apa saja yang sampai kepadanya. Ia tidak akan asal menerima saja (nerimo), kecuali jika ia telah yakin bahwa perkara itu halal. Ini di dalam peringkat mu’min biasa. Sedangkan dalam peringkat wilayah (kewalian), maka terlebih dahulu ia mendengarkan perintah hatinya; jika hatinya itu menghalalkan, maka barulah ia menerimanya. Jika dalam peringkat Abdal dan Ghauts, maka ia menentukannya dengan ilmu Allah. Dan jika dalam peringkat fana’, peringkat terakhir, maka ia mengikuti perbuatan Allah, dan ini adalah takdir itu sendiri.

Masih ada satu peringkat keadaan lagi, di mana seorang menerima apa saja yang datang kepadanya selagi masih mengikuti hukum-hukum syari’at atau perintah hati atau ilmu Allah. Tetapi, jika ketiga perkara tersebut melarangnya, maka apa yang dilarangnya itu tidak akan diterima olehnya. Keadaan peringkat ini bertentangan dengan keadaan peringkat pertama, di mana kewaspadaan dan kehati-hatian diperlukan, sedangkan peringkat ini hanya memerlukan penerimaan saja.

Masih ada peringkat lain lagi yang lebih atas daripada peringkat tadi. Dalam peringkatini, seseorang hanya menerima saja dan mempergunakannya tanpa mengikuti hukum syari’at, perintah hati atau ilmu Allah. Inilah hakekat fana’. Dalam peringkat ini, si mu’min berada dalam pemeliharaan Allah semata-mata dan ia tidak lagi dijamah oleh malapetaka, iblis, dosa dan noda, atau keluar dari hukum-hukum syari’at. Firman Allah, “… demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (QS 12:24)

Dengan demikian, si hamba tadi terpelihara oleh Allah dari melanggar batas-batas hukum. Segala hal ihwalnya dipelihara oleh Allah. Allah memberikan kekuasaan kepadanya untuk mendapatkan segala kebaikan. Jadi, apa saja yang datang kepadanya adalah terlepas dari kesusahan, bencana dan kesulitan di dunia dan di akhirat serta ia benar-benar bersesuaian dengan keridhaan, tujuan dan perbuatan Allah SWT. Tidak ada peringkat yang lebih tinggi lagi dari ini. Inilah tujuan. Peringkat ini dimiliki oleh ketua para wali yang besar, yang mereka itu adalah orang-orang suci dan memiliki rahasia-rahasia Allah, yaitu orang-orang yang sampai ke gerbang keadaan yang dimiliki oleh para Nabi. Semoga kesejahteraan dilimpahkan kepada mereka.



المقالة الثانية والستون
فـي الـمـحـبـة و الـمـحـبـوب و مـا يـجـب فـي حـقـهـمـا
قـال رضـي الله تـعـالى عـنـه و أرضـاه : ما أكثر ما يقول المؤمن قرب فلان و بعدت، وأعطى فلان و حرمت، وأغنى فلان و أفقرت و وفى فلان و أسقمت، و عظم فلان و حقرت، و حمد فلان و ذممت، و صدق فلان و كذبت. أما يعلم أنه الواحد. وأن الواحد يحب الوحدانية في المحبة، و يحب الواحد في محبته.
إذا قربك بطريق غيره نقصت محبتك له عز و جل و شعبت فربما دخلك الميل إلى من ظهرت المواصلة و النعمة على يديه، فتنقص محبة الله في قلبك، و هو عز و جل غيور لا يحب شريكه فكف أيدي الغير عنك بالمواصلة و لسانه عن حمدك و ثنائك و رجليه عن السعي إليك كيلا تشتغل به عنه، أما سمعت قول النبي صلى الله عليه و سلم : ( جبلت القلوب على حب من أحسن إليها ) فهو عز و جل يكف الخلق عن الإحسان إليك من كل وجه و سبب حتى توحده و تحبه، و تصير له من كل وجه بظاهرك و باطنك في حركاتك و سكناتك، فلا ترى الخير إلا منه و لا الشر إلا منه عز و جل ، و تفنى عن الخلق و عن النفس، و عن الهوى و الإرادة و المنى، و عن جميع ما سوى المولى، ثم يطلق الأيدي إليك بالبسط و البذل و العطاء، و الألسن بالحمد و الثناء فيدلك ابداً في الدنيا ثم في العقبى، فلا تسئ الأدب، انظر إلى من ينظر إليك، و اقبل على من أقبل إليك، و أحب من يحبك و استجب من يدعوك و أعط يدك من يثبتك من سقطك و يخرجك من ظلمات جهلك، و ينجيك من هلكك و يغسلك من نجاسك، و ينظفك من أوسخاك، و يخلصك من جيفك و نتنك، و من أوهامك الردية، و من نفسك الأمارة بالسوء و أقرانك الضلال المضلين شياطنيك، و أخلائك الجهال قطاع طريق الحق الحائلين بينك و بين كل نفيس و ثمين و عزيز.
إلى متى المعاد، إلى متى الحق، إلى متى الهوى، إلى متى الرعونة، إلى متى الدنيا، إلى متى الآخرة، إلى متى سوى المولى؟ أين أنت من خالقك و الأشياء، و المكون الأول الآخر الظاهر الباطن، و المرجع و المصدر إليه، و له القلوب و طمأنينة الأرواح و محط الأثقال و العطاء و الامتنان، عز شأنه.

RISALAH 62

Alangkah mengherankan bila kamu selalu mengatakan bahwa si Anu itu dekat kepada Allah, tetapi si Anu itu jauh dari Allah; bahwa si Anu itu diberi karunia, sedangkan si Anu itu tidak diberi; bahwa si Anu itu dikayakan, sedangkan si Anu itu dimiskinkan; bahwa si Anu itu disehatkan, tetapi si Anu itu disakitkan; bahwa si Anu itu dimuliakan, tetapi si Anu itu dihinakan; bahwa si Anu itu dipuji, sedangkan si Anu itu dicaci; dan bahwa si Anu itu dibenarkan, sedangkan si Anu itu disalahkan.

Tidakkah kamu mengetahui bahwa Dia itu Satu dan bahwa Yang Satu itu menyukai kesatuan di dalam perkara cinta dan menyayangi orang yang cintanya hanya satu, yaitu kepada Dia ?

Jika kamu dibawa untuk dekat kepada-Nya melalui selain Dia, maka cintamu kepada-Nya itu akan ternoda dan tidak lagi satu. Sebab, kadangkala terlintas di dalam pikiranmu bahwa kamu bisa mendapatkan karunia dan keberkatan itu lantaran melalui selain Dia itu. Akhirnya, cintamu kepada Allah akan tercacad. Allah Yang Maha Besar cemburu kepadamu, karena kamu telah menyekutukan cintamu kepada-Nya dengan cintamu kepada yang selain Dia. Oleh karena itu, Dia menahan tangan orang lain untuk menolongmu, menahan lidah mereka untuk memuji kamu dan menahan kaki mereka untuk melangkah menuju kamu, agar dengan demikian mereka tidak dapat memalingkan kamu dari Dia sendiri. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Hati itu telah dijadikan sedemikian rupa, sehingga seseorang itu terpaksa mencintai orang yang memberi kebaikan dan membenci orang yang memberi mudharat kepada dirinya.”

Jadi, Allah menahan seseorang untuk berbuat baik terhadapmu sampai kamu menyadari keesaan-Nya dan mencintai-Nya dengan sepenuh hati, tanpa membagi kecintaan, baik secara lahir maupun batin dan baik ketika bergerak maupun ketika diam, sehingga kamu menyadari bahwa tidak ada kebaikan yang datang, kecuali kebaikan yang datang dari Allah, kamu menyadari bahwa segala kebaikan dan kejahatan itu semuanya datang dari Allah SWT dan kamu terus hilang dari mahluk dan diri kamu sendiri, dari kehendak dan keinginan kamu sendiri, dan apa saja selain Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi.

Setelah itu, barulah tangan mereka akan dibukakan untuk kamu dengan kemurahan dan pemberian mereka, dan lidah mereka akan memuji kamu. Kemudian, kamu akan dipelihara dengan sebaik-baiknya di sepanjang masa, baik di dalam dunia ini maupun di akhirat kelak.

Oleh karena itu, janganlah kamu bersikap kurang sopan. Lihatlah orang melihat kamu. Jagalah orang yang menjaga kamu. Cintailah orang yang mencintai kamu. Jawablah orang yang memanggilmu. Peganglah tangan orang yang memegangmu dari jatuh tersungkur, yang membawamu keluar dari gelapnya kejahilan, yang menyelamatkanmu dari kebinasaan, yang membersihkan kotoran-kotoranmu, yang mengeluarkanmu dari kehinaan, yang melepaskanmu dari cengkeraman hawa nafsu iblismu dan yang mengasingkan dirimu dari teman-temanmu yang jahil dan menghalangimu untuk menuju Allah.

Berapa lamakah kamu akan tetap tinggal bersama hawa nafsu kebinatanganmu, bersama mahluk, bersama kehendak dan keinginanmu, bersama keingkaranmu, bersama kehidupan dunia dan akhiratmu serta bersama apa saja selain Allah ?

Mengapa kamu menjauh dari Pencipta mahluk dan yang mewujudkan segalanya, Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Batin, tempat kembali dan tempat bermula segala sesuatu, yang memiliki hati dan kedamaian jiwa, yang meringankan beban, yang memberi karunia dan yang memberi rahmat dan ni’mat ?



المقالة الثالثة والستون
فــي نــوع مــن الــمــعــرفــة
قـال رضـي الله تـعـالى عـنـه و أرضـاه : رأيت في المنام كأني أقول يا مشرك بربه في باطنه بنفسه و في ظاهره بخلقه و في عمله بإرادته، فقال رجل إلى جنبي ما هذا الكلام، فقلت هذا نوع من أنواع المعرفة.

RISALAH 63

Pernah di dalam mimpiku seakan-akan aku berkata, “Wahai kamu yang menyekutukan Tuhanmu dengan dirimu sendiri di dalam pikiranmu, dengan mahluk-Nya di dalam perbuatan lahirmu, dan dengan keinginanmu di dalam perbuatanmu.” Mendengar seruanku itu, orang yang berada di sisiku bertanya, “Apa yang terjadi ?” Jawabku, “Ini adalah sejenis ilmu kerohanian.”



المقالة الرابعة والستون
فــي الـمـوت الذي لا حـيـاة فـيـه و الـحـيـاة الـتـي لا مـوت فـيـهـا
قـال رضـي الله تـعـالى عـنـه و أرضـاه :ضاق أبى الأمر يوماً فتحرك في النفس، فقيل لي : ماذا تريد؟؟ فقلت: أريد موتاً لا حياة فيه و حياة لا موت فيها؟؟ فقيل لي: ما الموت الذي لا حياة فيه و ما الحياة التي لا موت فيها؟؟ قلت:الموت الذي لا حياة فيه موتى عن جنسي من الخلق فلا أراهم في الضر و النفع، و موتى عن نفسي و هوائي و إرادتي و منائى في الدنيا و الأخرى فلا أحس في جميع ذلك و لا أجد.
و أما الحياة التي لا موت فيها: فحياتي بفعل ربى عزّ و جلّ بلا وجودي فيه، و الموت في ذلك وجودي معه عزّ و جلّ، فـكـانـت هـذه الإرادة أنـفـس إرادة أردتـهـا مـنـذ عـقـلـت.


RISALAH 64

Pada suatu hari, suatu perkara telah mengacaukan pikiranku. Batinku terasa berat menanggung beban itu. Kemudian aku memohon kesenangan dan kesentosaan serta jalan jeluar. Aku ditanya tentang apa yang aku inginkan. Aku berkata, “Aku menginginkan kematian yang tidak ada kehidupan di dalamnya dan suatu kehidupan yang tidak ada kematian di dalamnya.”

Kemudian, akupun ditanya lagi tentang jenis kematian yang tidak ada kehidupan di dalamnya dan jenis kehidupan yang tidak ada kematian di dalamnya. Aku menjawab, “Kematian yang tidak ada kehidupan di dalamnya ialah kematianku dari jenisku sendiri supaya aku tidak melihatnya, baik ia memberikan manfaat maupun memberikan mudharat, dan kematian dari diriku sendiri, dari keinginanku, tujuanku dan harapanku dalam hal keduniaan dan keakhiratan, sehingga aku tidak berada dalam semua ini. Sedangkan kehidupan yang tidak ada kematian di dalamnya ialah kehidupanku dengan perbuatan Tuhanku di dalam keadaanku yang tidak ada wujud di dalamnya, dan kematianku di dalamnya adalah wujudku dengannya. Oleh karena aku telah mengetahui hal ini, maka ini menjadi tujuanku yang paling berharga sekali.”



المقالة الخامسة والستون
فـي الـنـهـي عـن الـتـســخـط عـلـى الله فـي تـأخـيـر إجـابـة الـدعـاء
قـال رضـي الله تـعـالى عـنـه و أرضـاه : ما هذا التسخط على ربك عزَّ و جلّ من تأخير إجابة الدعاء؟؟ تقول حرم على السؤال للخلق و أوجب على السؤال و أنا أدعوه و هو لا يجبيبنى فيقال لك أحر أنت أم عبد فإن قلت أنا حر فأنت كافر وغن قلت أنا عبد لله، فيقال لك أمتهم أنت لوليك في تأخير إجابة دعائك و شاك في حكمته و رحمته بك و بجميع خلقه وعلمه بأحوالهم أو غير متهم له عزَّ و جلّ ؟؟ فإن كنت غير متهم له و مقر بحكمته و إرادته و مصلحته لك و تأخير ذلك فعليك بالشكر له عزَّ و جلّ، لأنه اختار لك الأصلح و النعمة و دفع الفساد، و إن كنت متهماً له في ذلك فأنت كافر بتهمتك له، لأنك بذلك نسبت له الظلم و هو ليس بظلام للعبيد، لا يقبل الظلم و يستحيل عليه أن يظلم إذ هو مالكك و مالك كل شئ فلا يطلق عليه اسم الظالم، و إنما الظالم من يتصرف في ملك غيره بغير إذنه فانسد عليك سبيل التسخط عليه في فعله فيك بما يخالف طبعك و شهوة نفسك و إن كان في الظاهر مفسدة لك.
فعليك بالشكر و الصبر و الموافقة، و ترك السخط و التهمة و القيام مع رعونة النفس و هواها الذي يضل عن سبيل الله.
وعليك بدوام الدعاء و صدق الالتجاء، و حسن الظن بربك عزَّ و جلّ، و انتظار الفرج منه، و التصديق بوعده، و الحياء منه، و الموافقة لأمره، و حفظ توحيده و المسارعة إلى أداء أوامره، و التماوت عن نزول قدره بك و بفعله فيك، و إن كان لابد أن تتهم و تسئ الظن فنفسك الأمارة بالسوء العاصية لربها عزَّ و جلَّ أولى بهما، و نسبتك الظلم إليها أحرى من مولاك. فاحذر موافقتها و موالاتها، و الرضى بفعلها و كلامها في الأحوال كلها، لأنها عدوة الله و عدوتك، و موالية لعدو الله و عدوك الشيطان الرجيم، هي خليلته و جاسوسته و مصافيته، الله الله ثم الله، الحذر الحذر النجا النجا، أتهمها و أنسب الظلم إليها و اقرأ عليها قوله عزَّ و جلّ :مَّا يَفْعَلُ اللّهُ بِعَذَابِكُمْ إِن شَكَرْتُمْ وَآمَنتُمْ.النساء147. وقوله عزَّ و جلّ : إِنَّ اللّهَ لاَ يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْئاً وَلَـكِنَّ النَّاسَ أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ.يونس44. و غيرها من الآيات و الأخبار.
كن مخاصماً لله على نفسك مجادلاً لها عنه عزَّ و جلّ، و محارباً و سيافاً و صاحب جنده و عسكره، فإنها أعدى عدو الله عزَّ و جلّ، قال الله تعالى : " يا داود أهجر هواك فإنه لا منازع ينازعني في ملكي غير الهوى ".


RISALAH 65

Mengapa kamu marah kepada Allah lantaran doamu lambat diterima-Nya ? Kamu mengatakan bahwa kamu telah dilarang meminta kepada orang dan disuruh meminta kepada Allah saja. Kamu memohon kepada-Nya, tetapi Dia tidak memperkenankan permohonanmu.

Inilah jawabanku untukmu, “Apakah kamu seorang yang merdeka atau seorang budak ? Jika kamu mengatakan bahwa kamu itu seorang yang merdeka, maka itu menandakan bahwa kamu adalah seorang kafir. Tetapi, jika kamu mengatakan bahwa kamu adalah budak, maka aku akan bertanya padamu, ‘Apakah kamu akan menyalahkan tuanmu sendiri lantaran ia terlambat memenuhi permintaanmu, ragu tentang kebijaksanaan dan rahmatnya kepadamu dan kepada seluruh mahluk dan ragu tentang ilmunya yang mengetahui segala perkara ?

Atau, apakah kamu tidak menyalahkan Allah ? Jika kamu tidak menyalahkan-Nya dan mengakui kebijaksanaan-Nya di dalam melambatkan penerimaan doamu itu, maka wajiblah kamu bersyukur kepada-Nya, karena Dia telah membuat peraturan yang sebaik-baiknya untukmu, memberikan faidah kepadamu dan menjauhkanmu dari mudharat. Jika kamu menyalahkan Tuhan dalam hal ini, maka kamu adalah seorang yang kafir. Sebab, dengan menyalahkan-Nya itu berarti kamu menganggap Tuhan tidak adil, padahal Dia Maha Adil dan sekali-kali tidak dholim terhadap hamba-hamba-Nya. Mustahil jika Dia itu tidak adil. Maha Suci Dia dari sifat-sifat yang tercela. Ketahuilah, bahwa Dia itu adalah Tuhanmu yang memiliki segalanya. Dia mengawasi segalanya. Dia melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya. Oleh karena itu, istilah tidak adil dan dholim tidak berlaku bagi Allah. Orang yang dholim itu adalah orang yang mengganggu kepunyaan orang lain tanpa seijinnya. Mungkin kamu sendiri yang dholim, bukan Allah yang dholim.

Maka, janganlah kamu menyalahkan-Nya dalam perbuatan-Nya yang tampak melalui kamu, walaupun itu tidak kamu sukai dan tidak sesuai dengan kehendakmu, dan meskipun pada lahirnya membahayakan kamu. Kamu wajib bersyukur, bersabar dan ridha dengan Allah. Janganlah kamu merasa kesal dan menyalahkan Dia, karena mungkin hal itu akan memalingkan kamu dari jalan Allah. Kamu wajib selalu melakukan shalat dengan ikhlas, berbaik sangka terhadap Allah, percaya kepada janji-janji-Nya, men-tauhid-kan-Nya, menjauhi larangan-Nya, melaksanakan perintah-Nya dan bersikap seperti orang mati ketika Dia memanifestasikan takdir dan perbuatan-Nya terhadapmu.

Jika hendak menyalahkan juga dan terpaksa berbuat demikian, maka salahkanlah dirimu sendiri yang berisikan iblis dan ingkar kepada Allah Yang Maha Kuasa. Lebih baik kamu mengatakan bahwa diri kamu yang dholim dan bukan Allah yang dholim. Oleh karena itu, berhati-hatilah. Janganlah kamu benar-benar menuruti dirimu sendiri dan ridha dengan perbuatan dan perkataannya dalam semua keadaan, karena ia adalah musuh Allah dan musuh kamu. Ia adalah sahabat musuh Allah dan musuh kamu, yaitu setan yang dilaknat.

Takutlah kamu kepada Allah. Berwaspadalah dan berhati-hatilah. Larilah dari musuhmu ! Salahkanlah dirimu sendiri. Katakanlah bahwa dirimulah yang dholim itu. Dan katakanlah kepadanya ayat Allah ini, “Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman ?” (QS 4:147) dan ayat ini, “(Akan dikatakan kepadanya), “Yang demikian itu, adalah disebabkan perbuatan yang dikerjakan oleh kedua tangan kamu dahulu dan sesungguhnya Allah sekali-kali bukanlah penganiaya hamba-hamba-Nya.”” (QS 22:10) dan ayat ini lagi, “Sesungguhnya Allah tidak berbuat dholim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat dholim kepada diri mereka sendiri.” (QS 10:44).

Bacakanlah kepada dirimu ayat-ayat ini dan ayat-ayat lainnya yang berkenaan dengan hal ini, dan juga hadits Nabi SAW. Perangilah dirimu sendiri karena Allah. Lawanlah dan bunuhlah dirimu itu. Jadilah tentara Allah dan panglima perang-Nya. Karena diri itu adalah musuh Allah yang paling besar di antara musuh-musuh-Nya.

Allah berfirman kepada Daud yang kurang lebih maksudnya ialah, “Hai Daud, buanglah hawa nafsumu, karena tidak ada yang melawan-Ku dalam kepunyaan-Ku, melainkan hawa nafsu manusia.”



المقالة السادسة والستون المقالة السادسة والستون
فـي الأمـر بـالـدعـاء و الـنـهـى عـن تـركـه
قـال رضـي الله تـعـالى عـنـه و أرضـاه : لا تقل لا أدعو الله، فإن كان ما أسأله مقسوماً فسيأتي إن سألته أو لم أسأله، و إن كان غير مقسوم فلا يعطيني بسؤال، بل اسأله عزَّ و جلَّ جميع ما تريد و تحتاج إليه من خير الدنيا و الآخرة ما لم يكن فيه محرم و مفسدة لأن الله تعالى أمر بالسؤال له و حث عليه. قال تعالى : ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ{.غافر60. و قال عزَّ و جلَّ : وَلاَ تَتَمَنَّوْاْ مَا فَضَّلَ اللّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ وَاسْأَلُواْ اللّهَ مِن فَضْلِهِ.النساء32. قال النبي صلى الله عليه وسلم : ( اسألوا الله و أنتم موقنون بالإجابة ) و قال صلى الله عليه وسلم : ( اسألوا الله ببطون أكفكم ) و غير ذلك من الأخبار. و لا تقل إني أسأله فلا يعطيني فإذا لا أسأله، بل دم على دعائه، فإن كان ذلك مقسوماً ساقه إليك بعد أن تسأله، فيزيد ذلك إيماناً و يقيناً و توحيداً و ترك سؤال الخلق و الرجوع إليه في جميع أحوالك و إنزال حوائجك به عزَّ و جلَّ ، و إن لم يكن مقسوماً لك أعطاك الغناء عنه و الرضا عنه عزَّ و جلَّ بالقصص. فإن كان فقراً أو مرضاً أرضاك بهما و إن كان ديناً قلب الدائن من سوء المطالبة إلى الرفق و التأخير و التسهيل إلى حين ميسرتك أو إسقاطه عنك أو نقصه، فإن لم يسقط و لم يترك منه في الدنيا أعطاك عزَّ و جلَّ ثواباً جزيلاً ما لم يعطك بسؤالك في الدنيا، لأنه كريم غنى رحيم، فلا يخيب سائله في الدنيا و الآخرة فلابد من فائدة، و نائلة إما عاجلاً و إما آجلاً فقد جاء في الحديث: ( المؤمن يرى في صحيفته يوم القيامة حسنات لم يعملها و لم يدر بها فيقال له أتعرفها ؟ فيقول ما أعرفها من أين لي هذه ؟ فيقال له إنها بدل مسألتك التي سألتها في دار الدنيا ) و ذلك أنه بسؤال الله عزَّ و جلَّ يكون ذاكراً الله و موحداً و واضع الشئ في موضعه، و معطي الحق أهله، و متبرئاً من حوله و قوته، و تاركاً للتكبر و التعظيم و الأنفة، و جميع ذلك أعمال صالحة ثوابها عند الله عزَّ و جلَّ.


RISALAH 66

Janganlah berkata, “Aku tidak meminta apa-apa kepada Allah. Sebab, jika perkara yang aku minta itu telah ditentukan untukku, maka ia pasti datang kepadaku, baik aku memintanya maupun tidak. Jika perkara itu tidak ditetapkan untukku, maka perkara itu tidak akan aku dapatkan, sekalipun aku meminta kepada-Nya.”

Jangan ! Jangan berkata demikian. Hendaklah kamu berdoa dan memohon kepada Allah apa saja yang kamu kehendaki dan kamu perlukan, berupa perkara-perkara yang baik di dunia ini dan di akhirat kelak. Tetapi, janganlah kamu meminta perkara yang haram dan membahayakan kamu. Hal ini karena Allah telah menyuruh kita untuk memohon kepada-Nya.

Allah berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku akan memperkenankan doamu.” (QS 40:60). Dan firman-Nya, “… dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya …” (QS 4:32).

Nabi Muhammad SAW, pernah bersabda, “Mohonlah kepada Allah dengan sepenuh keyakinanmu bahwa permohonanmu itu akan diterima oleh Allah.” Beliau juga bersabda, “Berdoalah kepada Allah dengan menengadahkan telapak tanganmu.” Masih banyak lagi sabda-sabda beliau yang senada dengan itu.

Janganlah kamu berkata, “Sesungguhnya aku telah memohon kepada Allah, namun Dia tidak memperkenankan permohonanku. Maka, sekarang aku tidak mau lagi memohon kepada-Nya.”

Janganlah berkata demikian. Teruslah berdoa kepada Allah. Jika suatu perkara itu telah ditetapkan untukmu, maka perkara itu akan kamu terima setelah kamu meminta kepada-Nya. Ini akan memperkokoh keimananmu dan keyakinanmu kepada Allah serta kesadaranmu akan keesaan-Nya. Ini juga akan melatih kamu untuk senantiasa memohon kepada Allah dan bukannya kepada selain Dia di dalam setiap waktu dan keadaan, serta memperkuat kepercayaanmu bahwa permohonanmu itu akan dikabulkan oleh Allah Yang Maha Pemurah.

Jika suatu perkara itu tidak diperuntukkan kepadamu, maka Allah akan memberikan perasaan cukup (Self-sufficiency) kepadamu di dalam perkara itu dan memberikan rasa gembira berada di sisi Allah Yang Maha Gagah lagi Maha Perkasa, meskipun kamu miskin. Jika kamu berada dalam keadaan kemiskinan dan sakit, maka Allah akan membuatmu gembira dengan keadaan itu. Jika kamu berhutang, maka Allah akan melunakkan hati orang yang memberikan hutang kepadamu itu, sehingga ia tidak mengerasimu supaya membayar dengan segera, bahkan orang itu akan memberi tempo yang lama, atau mengurungkan pembayarannya, dan atau menghapus hutang itu. Jika pembayaran itu tidak dikurangi atau tidak dihapuskannya di dunia ini, maka Allah akan memberikan ganjaran kepadamu di akhirat kelak sebagai ganti apa yang tidak diberikan-Nya kepadamu saat kamu memohon kepada-Nya di dunia, karena Allah itu Maha Pemurah dan tidak menghendaki balasan apa-apa.

Oleh karena itu, Allah tidak akan menyia-nyiakan permohonan orang yang memohon kepada-Nya di dunia ini dan di akhirat kelak. Walau bagaimanapun, ia akan tetap mendapatkan apa yang dimohonnya. Jika tidak di dunia ini, maka di akhirat kelak ia akan mendapatkannya jua. Nabi SAW pernah mengatakan bahwa di hari perhitungan kelak, si mu’min akan melihat di dalam catatan-catatan perbuatannya beberapa perbuatan baik yang tidak ia laksanakan dan ia sendiri tidak menyadarinya. Ia akan ditanya, “Kenalkah kamu kepada perbuatan itu ?” ia menjawab, “Aku tidak tahu dari mana datangnya ini ?” Maka dikatakan kepadanya, “Sesungguhnya ini adalah balasan doamu yang kamu lakukan di dunia dahulu, dan ini karena di dalam kamu berdoa kepada Allah itu kamu ingat kepada-Nya dan mengakui keesaan-Nya, meletakkan sesuatu pada tempat yang semestinya, memberi seseorang apa yang pantas diberikan kepadanya, tidak mengatakan bahwa daya dan upaya itu datang dari dirimu sendiri dan membuang kebanggaan dan kesombongan. Semua itu adalah perbuatan yang baik dan semua itu memiliki balasannya di sisi Allah Yang Maha Gagah lagi Maha Agung.”



المقالة السابعة والستون
فـي جـهـاد الـنـفـس و تـفـصـيـل كـيـفـيـتـه
قـال رضـي الله تـعـالى عـنـه و أرضـاه : كلما جاهدت نفسك و غلبتها و قتلتها بسيف المخالفة أحياها الله، و نازعتك و طلبت منك الشهوات و اللذات الجناح منها و المباح، لتعود إلى المجاهدة ليكتب لك ثواباً دائماً، و هو معنى قول النبي صلى الله عليه وسلم : ( رجعنا من الجهاد الأصغر إلى الجهاد الأكبر ) أراد مجاهدة النفس لدوامها و استمرارها على الشهوات و اللذات، و إنهماكها في المعاصي، و هو معنى قوله عزَّ و جلَّ :وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ.الحجر99. أمر الله عزَّ و جلَّ لنبيه صلى الله عليه وسلم بالعبادة و هي مخالفة النفس، لأن العبادة كلها تأباها النفس و تريد ضدها إلى أن يأتيه اليقين يعنى الموت.
فإن قيل : كيف تأبى نفس رسول الله صلى الله عليه وسلم العبادة و هو عليه والصلاة و السلام لا هوى له وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَى * إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى.النجم3–4 فيقال أنه عزَّ و جلَّ خاطب نبيه صلى الله عليه وسلم ليتقرر به الشرع فيكون عاماً بين أمته إلى أن تقوم الساعة. ثم إن الله عزَّ و جلَّ أعطى نبيه عليه الصلاة و السلام القوة على النفس و الهوى، كيلا يضراه و يحوجاه إلى المجاهدة، بخلاف أمته، فإذا دام المؤمن على هذه المجاهدة إلى أن يأتيه الموت و يلحق بربه عزَّ و جلَّ بسيف مسلول ملطخ بدم النفس و الهوى أعطاه ما ضمن له من الجنة، لقوله عزَّ و جلَّ : وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى * فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى.النتزعات40–41. فإذا أدخله الجنة و جعلها داره و مقره و مصيره، أمن من التحويل عنها و الانتقال إلى غيرها و العودة إلى دار الدنيا جدد له كل يوم و كل ساعة من أنواع النعيم و تغير عليه أنواع الحال و الحلى إلى ما لا نهاية و لا غاية و لا نفاد، كما جدد في الدنيا كل يوم و كل ساعة و لحظة مجاهدة النفس و الهوى.
و أما الكافر و المنافق و العاصي لما تركوا مجاهدة النفس و الهوى في الدنيا و تابعوها، و وافقوا الشيطان تمرجوا في أنواع المعاصي من الكفر و الشرك و ما دونهما حتى أتاهم الموت من غير الإسلام و التوبة، أدخلهم الله النار التي أعدت  للكافرين في قوله  عزَّ و جلَّ : وَاتَّقُواْ النَّارَ الَّتِي أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ.آل عمران131. فإذا أدخلهم فيها و جعلها مقرهم و صيرهم، فأحرقت جلودهم و لحومهم جدد لهم عزَّ و جلَّ جلوداً و لحوماً كما قال عزَّ و جلَّ : كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُمْ بَدَّلْنَاهُمْ جُلُوداً غَيْرَهَا.النساء56. يفعل عزَّ و جلَّ بهم ذلك كما وافقوا أنفسهم و أهواءهم في الدنيا في معاصيه عزَّ و جلَّ ، فأهل النار تجدد لهم كل وقت جلود و لحوم لإيصال العذاب و الآلام إليهم. و سبب ذلك مجاهدة النفس و عدم موافقتها في دار الدنيا و هذا معنى قول النبي صلى الله عليه وسلم : ( الدنيا مزرعة الآخرة ).


RISALAH 67

Apabila kamu telah dapat membunuh dan mematikan dirimu, maka Allah akan menghidupkannya kembali, ia akan melawan lagi dan minta dipuaskan hawa nafsunya serta menikmati perkara-perkara yang haram dan yang diperbolehkan. Oleh karena itu, kamu masih perlu berjuang lagi dan mengawasi diri kamu itu. Dengan demikian, balasan akan dituliskan untukmu dalam setiap kali kamu berjuang. Inilah yang disabdakan oleh Nabi SAW, “Kita baru saja kembali dari jihad yang kecil (perang melawan orang-orang kafir) dan masuk kepada jihad yang besar (melawan hawa nafsu).”

Jihad besar ini ialah berjuang melawan hawa nafsu diri sendiri yang tiada putus-putusnya, berjuang melawan kehendak dan keinginan untuk melakukan dosa dan maksiat. Inilah yang dimaksudkan oleh Allah di dalam firman-Nya, “… dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)” (QS 15:99)

Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya supaya menyembah Dia saja. Ini memerlukan perlawanan terhadap ego atau diri beserta kehendak dan kemauannya yang selalu bertentangan dengan kehendak Allah. Demikianlah, perjuangan itu selalu ada sampai datang ajal.

Jika ada pertanyaan, “Bagaimana Nabi bisa kurang berkhidmat kepada Allah, sedangkan ia tidak mempunyai keinginan dan melulu hawa nafsu badaniah ? dan Allah berfirman, “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS 53:3-4)”

Jawabannya ialah bahwa Allah menyatakan ini kepada Rasul-Nya dimaksudkan untuk mengiyakan atau menekankan perkara ini, agar menjadi ikutan bagi seluruh umatnya di sepanjang masa. Allah Yang Maha Agung memberikan kekuasaan kepada Rasul-Nya untuk mengontrol dirinya dan tidak bersusah payah lagi beliau melawan diri atau egonya sendiri, dan ini membedakan beliau dari para pengikutnya. Apabila si mu’min terus berjuang melawan dirinya sampai akhir hayatnya, maka Allah akan memberinya surga, sebagaimana firman-Nya ini, “Maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.” (QS 79:41)

Apabila Allah telah memasukkan dia ke dalam surga itu, maka jadilah surga itu sebagai tempat beristirahatnya yang kekal dan abadi. Ia tidak akan dipindahkan ke tempat lain atau ke dunia lagi. Dari masa ke masa, semakin bertambah banyak dan baiklah karunia Allah yang diterimanya, ini juga kekal dan tidak ada putus-putusnya, sebagaimana ia berjuang melawan hawa nafsunya di dunia ini dengan tiada henti-hentinya.

Tetapi, orang-orang yang kafir dan munafik serta orang-orang yang berbuat dosa dan maksiat, bila mereka berhenti melawan diri mereka sendiri dan keinginan mereka terhadap dunia ini, mereka mengikuti iblis dan setan, bercampur baur dengan berbagaik ekufuran dan syirik, dan bergelimang disa dan noda sampai nyawa mereka bercerai dengan badan mereka, tanpa masuk Islam dan bertobat, maka Allah akan memasukkan mereka ke dalam neraka yang penuh dengan azab dan siksa, sebagaimana firman Allah, “Maka jika kamu tidak dapat membuatnya, peliharalah dirimu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (QS 2:24)

Allah menjadikan neraka sebagai tempat tinggal mereka. Di situ, kulit, tulang dan daging mereka akan dibakar hangus oleh api neraka. Kemudian, kulit, tulang dan daging mereka itu akan diganti dengan yang baru, yang akan dibakar lagi.

Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lainnya, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS 4:56)

Allah berbuat demikian itu lantaran mereka telah bersatu dengan diri mereka sendiri dan dengan keinginan mereka terhadap dunia di dalam perkara berbuat dosa. Oleh karena itu, kulit dan daging mereka terus-menerus hangus terbakar, kemudian diganti dengan yang baru, setelah itu dibakar lagi dan diganti lagi dengan yang baru. Demikianlah, dengan tidak ada putus-putusnya. Mereka senantiasa berada dalam azab dan siksa yang pedih.

Sebaliknya, para penghuni surga senantiasa menikmati karunia Allah yang baru, terus berganti baru dan bertambah-tambah dengan tidak ada putus-putusnya. Dengan demikian, merekapun selalu bertambah syukur atas karunia Allah itu. Inilah balasan yang mereka dapati dari hasil perjuangannya yang tiada henti-hentinya di dunia dahulu, ketika mereka melawan kehendak dan keinginan hawa nafsu angkara murka mereka agar bersesuaian dengan kehendak Allah. Inilah apa yang disabdakan oleh Nabi besar Muhammad SAW yang maksudnya kurang lebih, “Dunia ini ialah ladang akhirat.”



المقالة الثامنة والستون
فـي قـولـه تـعـالـى : ( كـل يـوم هـو فـي شــأن )
قـال رضـي الله تـعـالى عـنـه و أرضـاه : إذا أجاب الله عبداً ما سأله و أعطاه ما طلبه لم تنخرم إرادته و لا ما جف به القلم و سبق به العلم، لكنه يوافق سؤاله مراد ربه عزَّ و جلَّ في وقته، فتحصل الإجابة و قضاء الحاجة في الوقت المقدر الذي قدره له في السابقة لبلوغ القدر وقته كما قال أهل العلم قوله عزَّ و جلّ : }كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ{.الرحمن29. أي يسوق المقادير إلى المواقيت، يعطى الله أحداً شيئاً في الدنيا بمجرد دعائه، و كذلك لا يصرف عنه شيئاً بدعائه المجرد، و الذي ورد في الحديث ( و لا يرد القضاء إلا الدعاء ) قيل إن المراد به لا يرد القضاء إلا الدعاء الذي قضى أن يرد لقضائه، و كذلك لا يدخل أحد الجنة في الآخرة بعمله، بل برحمة الله عزَّ و جلَّ، لكنه يعطى العباد في الجنة الدرجات على قدر أعمالهم.
و قد ورد في حديث عائشة رضي الله عنها ( أنها سألت النبي صلى الله عليه و سلم هل يدخل أحد الجنة بعمله؟ فقال لا برحمة الله، فقالت و لا أنت؟ فقال و لا أنا إلا أن يتغمدني الله برحمته و وضع يده على هامته ) و ذلك لأن الله عزَّ و جلَّ لا يجب عليه لأحد حق و لا يلزمه الوفاء بالعهد، بل يفعل ما يريد يعذب من يشاء و يغفر لمن يشاء، و يرحم من يشاء، فعال لما يريد و لا يسال عما يفعل و هم يسئلون، يرزق من يشاء بغير حساب بفضل رحمته و منته، و يمنع من شاء بعدله، و كيف لا يكون كذلك و الخلق من لدن العرش إلى الثرى التي هي الأرض السابعة السفلى ملكه و صنعه، لا مالك لهم غيره و لا صانع لهم غيره، قال عزَّ و جلَّ :}هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ{.فاطر3. و قال تعالى : }أَإِلَهٌ مَّعَ اللَّهِ{.النمل60–61–62–63–64. و قال تعالى : }هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيّاً{.مريم65. و قال تعالى :قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَن تَشَاء وَتَنزِعُ الْمُلْكَ مِمَّن تَشَاء وَتُعِزُّ مَن تَشَاء وَتُذِلُّ مَن تَشَاء بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَىَ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ * تُولِجُ اللَّيْلَ فِي الْنَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الَمَيَّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَن تَشَاء بِغَيْرِ حِسَابٍ{.آل عمران26–27.

RISALAH 68

Apabila Allah memperkenankan permohonan dan doa seorang hamba, maka ini tidak berarti bahwa simpanan Allah itu akan berkurang, karena Allah itu Maha Kaya; dan juga tidak semestinya Allah merasa terpaksa menerima permohonan hamba itu, seakan-akan Dia takluk kepada permohonan hamba itu. Sebenarnya, permohonan atau doa hamba itu sesuai dengan kehendak Allah dan juga sesuai dengan masanya. Sebenarnya, penerimaan doa itu telah tertulis dalam azalinya, dan hanya tinggal menunggu masa dikabulkan doa itu oleh Allah. Inilah apa yang dikatakan oleh orang-orang ‘arif di dalam menerangkan kalam Allah, “Setiap saat Dia dalam keadaan baru.”

Ini berarti bahwa Allah menerima permohonan hamba itu pada masa yang telah ditentukan-Nya. Allah telah menentukan masa dikabulkannya doa itu. Allah tidak akan memberi sesuatu kepada seseorang dalam dunia ini, kecuali dengan doa yang datang dari diri hamba itu sendiri. Begitu juga Allah tidak akan menolak sesuatu dari hamba itu, kecuali dengan doanya. Ada sabda Nabi yang menyatakan bahwa ketentuan takdir Illahi itu tidak akan terelakkan, kecuali dengan doa yang ditakdirkan Allah dapat menolak ketentuan takdir itu. Begitu juga, tidak ada orang yang akan masuk ke dalam surga hanya melalui perbuatan baiknya saja, melainkan dengan rahmat Allah juga. Walaupun demikian, hamba-hamba Allah itu akan diberi derajat di surga sesuai dengan amal perbuatannya.

Diriwayatkan bahwa Aisyah pernah bertanya kepada Nabi, “Dapatkah seseorang itu memasuki surga hanya dengan melalui perbuatan baiknya saja ?” Nabi menjawab, “Tidak, kecuali dengan rahmat Allah.” Aisyah bertanya lagi, “Sekalipun engkau sendiri ?” Beliau menjawab, “Ya, sekalipun aku, kecuali jika Allah meliputi aku dengan rahmat-Nya.” Setelah bersabda demikian, beliau meletakkan tangannya di atas kepalanya.

Beliau berbuat demikian untuk menunjukkan bahwa tidak ada seorangpun yang berhak untuk melanggar ketentuan takdir Illahi, dan Allah itu tidak harus memperkenankan doa-doa hamba-hamba-Nya. Dia berbuat apa yang di kehendakinya. Dia mengampuni siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dia menghukum siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dia memiliki kekuasaan yang mutlak. Segala ketentuan kembali kepada-Nya. Allah tidak boleh ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, tetapi hamba itulah yang ditanya. Allah memberikan karunia-Nya kepada orang yang dikehendaki-Nya dan tidak memberikannya kepada orang yang tidak dikehendaki-Nya juga. Segala apa yang berada di langit dan di bumi serta di antara keduanya adalah kepunyaan Allah belaka dan berada dalam kontrol-Nya. Tidak ada tuan-tuan yang memiliki semua itu, melainkan Allah saja. Dan tidak ada pencipta, melainkan Dia juga. Firman Allah, “Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah sesuatu pencipta selain Allah yang dapat memberikan rizki kepada kamu dari langit dan bumi ? Tidak ada Tuhan selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?” (QS 35:3). Firman-Nya lagi, “Atau siapakah yang memimpin kamu dalam kegelapan di daratan dan lautan dan siapa (pula)kah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum (kedatangan) rahmat-Nya ? Apakah di samping Allah ada Tuhan (yang lain) ? Maha Tinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya).” (QS 27:63). Firman-Nya lagi, “Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?” (QS 19:65). Selanjutnya Allah berfirman, “Kerajaan yang haq pada hari itu adalah kepunyaan Tuhan Yang Maha Pemurah. Dan adalah (hari itu), satu hari yang penuh kesukaran bagi orang-orang kafir.” (QS 25:26)



المقالة التاسعة والستون
فـي الأمـر بـطـلـب الـمـغـفـرة و الـعـصـمـة
و الـتـوفـيـق و الـرضـا و الـصـبـر مـن الله تـعـالـى
قـال رضـي الله تـعـالى عـنـه و أرضـاه : لا تطلبنّ من الله شيئاً سوى المغفرة للذنوب السابقة و العصمة منها في الأيام الآتية اللاحقة، و التوفيق لحُسن الطاعة، و امتثال الأمر و الرضا بمر القضاء، و الصبر على شدائد البلاء، و الشكر على جزيل النعماء و العطاء، ثم الوفاة بخاتمة الخير، و اللحوق بالأنبياء و الصديقين و الشهداء و الصالحين و حسن أولئك رفيقاً و لا تطلب منه الدنيا و لا كشف الفقر و البلاء إلى الغناء و العافية، بل الرضا بما قسم و دبر، و اسأله الحفظ الدائم على ما أقامك فيه و أحلك و ابتلاك، إلى أن ينقلك منه إلى غيره و ضده، لأنك لا تعلم الخير في أيهما، في الفقر أو في الغناء، في البلاء أو في العافية، طوى عنك علم الأشياء و تفرد هو عزّ و جلّ بمصالحها و مفاسدها.
فقد ورد عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه : لا أبالى على أي حال أصبح، على ما أكره أو على ما أحب، لأني لا أدرى الخير في أيهما. قال ذلك لحسن رضاه بتدبير الله عزّ و جلّ، و الطمأنينة على اختياره و قضائه. قال الله تعالى : }كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئاً وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ{.البقرة216.
كن على هذا الحال إلى أن يزول هواك و تنكسر نفسك فتكون ذليلة مغلوبة تابعة ثم تزول إرادتك و أمانيك، و تخرج الأكوان من قلبك و لا يبقى في قلبك شئ سوى الله تعالى، فيمتلئ قلبك بحب الله تعالى، و تصدق إرادتك في طلبه عزّ و جلّ فيرد إليك الإرادة بأمره بطلب حظ من الحظوظ دنيوية و أخروية، فحينئذ تسأله عزّ و جلّ بذلك و تطلبه ممتثلاً لأمره، إن أعطاك شكرته و تلبست به، و إن منعك لم تتسخط عليه و لم تتغير عليه في باطنك و لا تتهمه في ذلك ببخل، لأنك لم تكن طلبته بهواك و إرادتك، لأنك فارغ القلب عن ذلك غير مريد له، بل ممتثلاً لأمره بالسؤال و السلام.

RISALAH 69

Janganlah meminta kepada Allah SWT selain ampunan atas segala dosa yang telah lalu, perlindungan dari segala dosa yang sekarang dan dosa yang akan datang, kekuatan untuk ta’at kepada Allah, kekuatan untuk dapat melakukan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya, dapat rela dengan senang terhadap kesusahan dan ketentuan takdir-Nya, dapat sabar di dalam menghadapi malapetaka, dapat mensyukuri karunia-Nya, dapat mati di dalam keadaan iman dan baik serta dapat bersatu dengan golongan para Nabi, orang-orang besar, para syuhada dan orang-orang yang diridhai, karena inilah sebaik-baiknya rekan dan teman.

Janganlah kamu meminta kepada Allah perkara-perkara seperti dihindarkan dari kemiskinan dan kesusahan serta diberi kekayaan dan kesenangan. Tetapi, hendaklah kamu meminta rasa senang dengan apa yang telah ditentukan-Nya dan meminta perlindungan yang kekal untuk berada di dalam suasana dan keadaan yang telah ditentukan-Nya untukmu sampai kamu dipindahkan ke lain suasana dan keadaan atau ke lain keadaan yang berlawanan. Sebab, kamu tidak mengetahui letak kebaikan. Di dalam kayakah atau miskinkah ? Di dalam kesusahankah atau di dalam kesenangankah ? Allah merahasiakan pengetahuan tentang itu kepada kamu. Dia saja yang mengetahui baik buruknya sesuatu perkara.

Diriwayatkan bahwa Umar bin Khattab berkata, “Keadaan yang aku lihat di pagi hari, tidak menjadi permasalahan bagiku, baik ia membawa apa yang aku sukai maupun tidak aku sukai, karena aku tidak tahu di mana letak kebaikan itu.”

Ia mengatakan itu, karena ia ridha dengan apa saja yang diperbuat Allah dan berpuas hati dengan ketentuan dan pilihan Allah untuknya. Allah berfirman, “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS 2:216). Allah mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak baik, sedangkan kamu tidak mengetahuinya.

Tetaplah tinggal dalam keadaan ini sampai keinginan hawa nafsumu musnah dan dirimu hancur, hina, dapat dikuasai dan ditaklukkan. Setelah itu, tujuan, keinginanmu dan semua yang wujud akan keluar dari dalam hatimu dan tidak ada yang tinggal lagi di dalamnya, kecuali Allah saja. Ketika itu, hatimu akan dipenuhi dengan kecintaan kepada Allah, dan niatmu untuk mencapai-Nya akan menjadi ikhlas. Setelah itu, dengan perintah-Nya, maka tujuan dan kehendakmu akan dikembalikan lagi kepadamu untuk menikmati dunia ini dan akhirat. Kemudian, semua ini akan kamu pinta dari Allah, dan kamu akan mencarinya di dalam kepatuhan kepada Allah dan bersesuaian dengan Allah SWT. Jika Dia memberikan karunia kepadamu, maka kamu bersyukur dan jika Dia menarik kembali karunia itu, maka kamu pun tidak berkecil hati dan tidak pula menyalahkan Allah. Jiwa dan pikiranmu akan tenang dan damai, karena kamu mencarinya bukan dengan keinginan dan hawa nafsumu, lantaran hati kamu telah kosong dari keinginan dan hawa nafsumu itu, dan kamu tidak melayani hasratmu terhadap perkara-perkara ini, tetapi kamu semata-mata hanya mengikuti perintah Allah saja melalui doamu kepada-Nya. Semoga ketentraman dan kedamaian dilimpahkan kepadamu.



المقالة السبعون
فـي الـشــكـر و الاعـتـراف بـالـتـقـصـيـر
قـال رضـي الله تـعـالى عـنـه و أرضـاه : كيف يحسن منك العجب في أعمالك و رؤية نفسك فيها و طلب الأعواض عليها، و جميع ذلك بتوفيق الله تعالى و عونه و قوته و إرادته و فضله، و إن كان ترك معصيته فبعصمته و حفظه و حميته.
أين أنت من الشكر على ذلك و الاعتراف بهذه النعم التي أولاكها، ما هذه الرعونة و الجهل، تعجب بشجاعة غيرك و سخائه و بذل ماله إذا لم تكن قاتلاً بعودك إلا بعد معاونة شجاع ضرب في عدوك ثم تمنيت قتله، لولاه كنت مصروعاً مكانه و بدله، و لا باذلاً لبعض مالك إلا بعد ضمان صادق كريم أمين ضمن لك عوضه و خلفه، لولا قوله و طمعك فيما وعد لك و ضمن لك ما بذلت حبة منه، كيف تعجبك بمجرد فعلك.
أحسن حالك الشكر و الثناء على المعين و الحمد لله الدائم و إضافة ذلك إليه في الأحوال كلها إلا الشر و المعاصي و اللوم، فإنك تضيفها إلى نفسك و تنسبها إلى الظلم و سوء الأدب و تتهمها به، فهي أحق بذلك لأنها مأوى لكل شر و أمارة بكل سوء و داهية وإن كان هو عزّ و جلّ خالقك و خالق أفعالك مع كسبك، أنت الكاسب و هو الخالق كما قال بعض العلماء بالله عزّ و جلّ : تجئ و لا بد منك، و قوله صلى الله عليه و سلم : ( اعملوا و قاربوا و سددوا فكل ميسر لما خلق له ).

RISALAH 70

Mengapa kamu merasa sombong dengan perbuatanmu sendiri, bangga dengan dirimu sendiri dan mengharapkan ganjaran sambil mengatakan bahwa semua ini adalah karena kekuatan yang dikaruniakan Allah kepadamu, pertolongan-Nya dan idzin-Nya ?

Jika kamu bisa mengelakkan dosa dan noda, maka hal itu adalah karena pertolongan dan perlindungan Allah. Mengapa pula kamu tidak bersyukur kepada Allah atas pertolongan dan perlindungan-Nya ? Dan mengapa pula kamu tidak menyadari bahwa kebiasaanmu menghindarkan dosa itu adalah karena karunia dan rahmat Allah ? Mengapa kamu bangga dengan sesuatu yang bukan kepunyaanmu sendiri ?

Apabila kamu tidak mampu membunuh musuhmu tanpa pertolongan orang yang lebih gagah daripada kamu yang dapat membunuh musuhmu itu, yang kamu hanya menyelesaikan pembunuhan itu saja dan yang jika tanpa pertolongan orang yang gagah itu kamu pasti kalah, maka mengapa kamu merasa sombong dengan perbuatanmu itu ?

Apabila kamu tidak dapat membelanjakan uangmu sendiri, kecuali jika ada seseorang yang pemurah, yang benar dan bisa diharapkan dapat menjaminmu dengan mengatakan bahwa seluruh uang yang kamu belanjakan itu akan digantinya, kamu baru berani membelanjakan uangmu itu, maka mengapa kamu merasa sombong dengan perbuatanmu itu ?

Cara yang baik bagimu ialah bersyukur dan memuji penolongmu itu, yaitu Allah SWT. Pujilah selalu Allah. Segala kejayaanmu itu adalah dari Allah jua. Janganlah kamu mengatakan bahwa kejayaan itu dari dirimu sendiri, kecuali perkara dosa dan maksiat. Perkara dosa dan maksiat ini hendaklah kamu katakan datang dari dirimu sendiri. Diri itulah yang patut kamu salahkan, karena di situlah terletak kesalahan dan kejahatan. Allah-lah yang menciptakan perbuatan dan tingkah lakumu itu, sedangkan kamu hanya tinggal menjalankan saja. Itulah sebabnya, ada orang-orang yang bijak di dalam ilmu ketuhanan berkata, “Perbuatan itu akan datang dan kamu tidak akan dapat lari darinya.”

Nabi Muhammad SAW bersabda tentang hal ini, “Perbuatlah perbuatan yang baik, dekatilah Allah dan perbaikilah dirimu. Sebab, setiap orang itu dimudahkan untuk mendapatkan apa yang telah diciptakan untuknya.”

Wallohu a'lam


sumber : http://mizan79.blogspot.co.id/2015/05/futuhul-ghaib-risalah-61-70-menyingkap.html?m=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Qonun Asasi Nahdlatul 'Ulama

  MUQODDIMAH_QONUN_ASASI_NU (Pendahuluan Fondasi Dasar Jam'iyyah NU)   Jam'iyyah Nahdhotul 'Ulama' mempunyai garis...