Kamis, 23 Juni 2016

Kontroversi "Ibnu Arobi" Dan Hikayat Ataqoh-nya





Ibnu Arobi, salah satu ulama sufi yang begitu terkenal didunia islam, namun terlepas dari ke'ulamaan'-nya beliau juga seorang ulama yang tak lepas dari kontrovesi, penilaian ulama lain terhadap dirinya.

Maka dapat disimpulkan, bahwa para ulama terpecah dalam empat (4) firqoh/golongan dalam hal ini.
1. Golongan ulama yang mengi'tiqodkan atas wilayahnya (kewaliannya) dan kema'rifatannya.
2. Golongan ulama yang menganggapnya sesat
3. Golongan ulama yang tawaquf untuk menilainya, dan
4. Golongan ulama yang menggabungkan antara penilaian sufi dan fiqih,dan mengambil jalan tengah.

Sebutlah seorang ulama yang bernama "Burhanuddin Al-buqo'i" (برهان الدين البقاعي), beliau menulis sebuah kitab yang diberi nama "Tanbihu Al-ghobiy bi Takfiri Ibni 'Arobi" (تنبيه الغبي بتكفير ابن العربي), beliau menilai Ibnu 'Arobi berada dalam 'kekufuran'

Maka seorang ulama ahli tafsir kenamaan (syafi'iyyah), beliau adalah Al-imam Jalaluddin As-suyuthi, tidak sependapat atas penilaian Syeikh burhanuddin al-buqo'i (mengganggap kufur Ibnu 'Arobi).
Oleh karenanya, Al-imam Jalaluddin As-suyuthi menyampaikan penolakannya dalam sebuah risalah, yang risalah ini beliau beri nama "Tanbiatu Al-ghobiy bi Tabri_ati Ibni 'Arobi" (تنبئة الغبي بتبرئة ابن عربي). As-suyuthi dalam risalahnya menyatakan Ibnu 'Arobi bebas dari tuduhan 'kufur' yang dilayangkan oleh Syeikh Burhanuddin Al-buqo'i.


BERIKUT HIKAYAT KEWALIAN IBNU 'AROBI DAN HADIAH ATAQOH-NYA

Imam As-suyuthi menulisnya dalam risalah beliau, hikayatnya sebagai berikut :

قال وحكى لى الشيخ عبد العزيز : ان شخصا كان بدمشق فرض على نفسه ان يلعن ابن عربي كل يوم عقب كل صلاة عشر مرات، فاتفق لانه مات وحضر ابن عربي مع الناس جنازته ثم رجع وجلس فى بيت بعض اصحابه وتوجه الى القبلة، فلما جاء وقت الغذاء احضر اليه الغذاء فلم يأكل ولم يزل على حاله متوجها، يصلى الصلوات ويتوجه الى ما بعد العشاء الاخرة.فالتفت وهو مسرور وطلب الطعام، فقيل له فى ذلك. فقال التزمت مع الله ألا آكل ولا اشرب حتى يغفر لهذا الرجل الذى كان يلعننى فبقيت كذلك وذكرت له سبعين الف "لا اله الا الله" ورأيته، وقد غفر له.

Aku menerima hikayat ini dari Syeikh Abdul Aziz:
Bahwa ada seseorang dikota damaskus, ia wewajibkan dirinya untuk melaknat Ibnu 'Arobi 10 kali pada setiap ia selesai melaksanakan sholat fardhu dan ia lakukan itu setiap hari, hingga ajal menjemputnya.
Ketika orang ini wafat, maka Ibnu 'Arobi datang beserta manusia lainnya untuk ikut mensholati jenazahnya, kemudian setelah selesai mensholati ia pergi dari tempat itu dan menuju rumah sahabatnya.
Dirumah sahabatnya, ia (Ibnu 'Arobi) duduk menghadap qiblat, hingga datang waktu makan petang, makanan pun disiapkan oleh sahabatnya, namun ia tak mau makan, ia terus duduk menghadap qiblat, hanya ketika datang waktu sholat fardhu ia menghentikan muwajahnya untuk melaksanakan sholat fardhu dan sholat lainnya, setelah selesai melaksanakan sholat, Ia (Ibnu 'Arobi) kembali duduk muwajahah hingga waktu isya terakhir (menjelang waktu subuh).
Ia selesai dalam muwajahahnya dan terlihat sangat gembira, kemudian ia meminta makanan pada sahabatnya.
Sahabat Ibnu 'Arobi menanyakan akan apa yang dilakukan Ibnu 'Arobi, maka Ibnu 'Arobi menjawab : "Aku mewajibkan diriku kepada Allah (nadzar kepada Allah) untuk tidak makan dan tidak minum, sehingga Allah mengampuni orang/jenazah yang selama hidupnya telah melaknatku, maka aku melakukan itu, dan aku berdzikir dengan kalimat "Laa ilaaha illallah" sebanyak 70.000 kali, dan aku hadiahkan pada orang/jenazah yang telah melaknatku, dan aku menyaksikan bahwa Allah telah mengampuninya".


Terlepas lagi dari penilaian para ulama atas beliau,maka patut diperhatikan apa yang disampaikan seorang ulama yang bernama Syarofuddin Al-munawiy, beliau mempunyai sikap sebagai berikut :

ان السكوت عنه اسلم، وهذا هو اللائق بكل ورع يحشى على نفسه
 
"sesungguhnya memilih diam (tidak ikut menilai pada Ibnu 'Arobi) adalah sikapyang dinilai paling selamat, karena sikap ini layak bagi hamba yang waro' yang mengkhawatirkan atas dirinya (jika salah menilai Ibnu 'Arobi)".

wallohu a'lam

sumber : (تنبئة الغبي بتبرئة ابن عربي) "Tanbi_atu al-ghobiy bi tabri_ati Ibni 'arobi" , halaman 7-8.
Risalah karya Al-Imam Jaluluddin As-suyuthi.
____________________________________________
@santrialit
Ramadhan, kamis 23 juni 2016 M / 18 ramadhan 1437 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Qonun Asasi Nahdlatul 'Ulama

  MUQODDIMAH_QONUN_ASASI_NU (Pendahuluan Fondasi Dasar Jam'iyyah NU)   Jam'iyyah Nahdhotul 'Ulama' mempunyai garis...