KEISTIMEWAAN BULAN SYA’BAN
Banyak peristiwa yang agung terjadi bulan tersebut. Di antaranya:
1. PERPINDAHAN QIBLAT DARI BAITUL MUQADDAS (MASJIDIL AQSHA) MENJADI KA’BAH DI MASJIDIL HARAM.
Dalam tafsir a-Thobary dijelaskan bahwa
ketika Rasulullah berhijrah ke Madinah, sementara kebanyakan penduduknya
adalah Yahudi. Maka Allah memerintah menghadap Baitul Muqaddas (sebagai
kiblat). Orang Yahudi gembira karena Baitul Muqaddas merupakan kiblat
mereka.
Selama berkiblat ke Baitul Muqaddas ini
orang-orang Yahudi selalu mencaci maki Rasulullah. Mereka berkata:
“Muhammad menyelisihi agama kita tetapi berkiblat kepada kiblat kita”
dan masih banyak celotehan mereka. Sikap orang-orang Yahudi tersebut
membuat Nabi Muhammad SAW. tidak senang, dan setiap hari beliau berdo’a
menengadahkan muka ke atas langit dalam keadaan rindu agar Allah
menurunkan wahyu, bahwa kiblat dipindahkan dari Baitul Maqdis ke Ka’bah
Allah mengabulkan doa Rasulullah dengan turunnya surat al-Baqarah
ayat 144 yang berisi perintah untuk pindah dari berkiblat kepada Baitul
Muqaddas menjadi Ka’bah
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي
السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ
شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا
وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ
أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا
يَعْمَلُونَ
Artinya: “Sungguh Kami (sering)
melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan
kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil
Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan
sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab
(Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram
itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari
apa yang mereka kerjakan” (QS. Al-Baqarah: 144)
Umat Islam shalat menghadap baitul
Muqaddas selama 17 bulan lebih 3 hari. Yakni sejak hari Senin, 12
Rabi’ul Awal tahun pertama Hijrrah s.d Selasa 15 Sya’ban tahun kedua
Hijrah. Shalat yang pertama kali dilakukan pasca perpindahan qiblat
tersebut adalah shalat Asar
Kisah Lain :
Pada malam tanggal 15 Sya’ban (Nisfu
Sya’ban) telah terjadi peristiwa penting dalam sejarah perjuangan umat
Islam yang tidak boleh kita lupakan sepanjang masa. Di antaranya adalah
perintah memindahkan kiblat salat dari Baitul Muqoddas yang berada di
Palestina ke Ka’bah yang berada di Masjidil Haram, Makkah pada tahun ke
delapan Hijriyah.
Sebagaimana kita ketahui, sebelum Nabi
Muhammad hijrah ke Madinah yang menjadi kiblat salat adalah Ka’bah.
Kemudian setelah beliau hijrah ke Madinah, beliau memindahkan kiblat
salat dari Ka’bah ke Baitul Muqoddas yang digunakan orang Yahudi sesuai
dengan izin Allah untuk kiblat salat mereka. Perpindahan tersebut
dimaksudkan untuk menjinakkan hati orang-orang Yahudi dan untuk menarik
mereka kepada syariat al-Quran dan agama yang baru yaitu agama tauhid.
Tetapi setelah Rasulullah saw menghadap
Baitul Muqoddas selama 16-17 bulan, ternyata harapan Rasulullah tidak
terpenuhi. Orang-orang Yahudi di Madinah berpaling dari ajakan beliau,
bahkan mereka merintangi Islamisasi yang dilakukan Nabi dan mereka telah
bersepakat untuk menyakitinya. Mereka menentang Nabi dan tetap berada
pada kesesatan.
Karena itu Rasulullah saw berulang kali
berdoa memohon kepada Allah swt agar diperkenankan pindah kiblat salat
dari Baitul Muqoddas ke Ka’bah lagi, setelah Rasul mendengar ejekan
orang-orang Yahudi yang mengatakan, “Muhammad menyalahi kita dan
mengikuti kiblat kita. Apakah yang memalingkan Muhammad dan para
pengikutnya dari kiblat (Ka’bah) yang selama ini mereka gunakan?”
Ejekan mereka ini dijawab oleh Allah swt dalam surat al Baqarah ayat 143:
وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِى كُنْتَ عَلَيْهَا إلاَّ لِيَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ.
Dan kami tidak menjadikan kiblat yang
menjadi kiblatmu, melainkan agar kami mengetahui siapa yang mengikuti
Rasul dan siapa yang membelot…
Dan pada akhirnya Allah memperkenankan
Rasulullah saw memindahkan kiblat salat dari Baitul Muqoddas ke Ka’bah
sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 144.
Diantara kebiasaan yang dilakukan oleh
umat Islam pada malam Nisfu Sya’ban adalah membaca surat Yasin tiga kali
yang setiap kali diikuti doa yang antara lain isinya adalah:
“Ya Allah jika Engkau telah
menetapkan aku di sisi-Mu dalam Ummul Kitab (buku induk) sebagai orang
celaka atau orang-orang yang tercegah atau orang yang disempitkan
rizkinya maka hapuskanlah ya Allah demi anugerah-Mu, kecelakaanku,
ketercegahanku, dan kesempitan rizkiku..“
2. MALAM PELAPORAN AMAL PERBUATAN
Pada malam nisfu Sya’ban semua amal
manusia dilaporkan kepada Allah. Alangkah baiknya jika catatan amal
perbuatan kita berupa ibadah. Dalam hadits dijelaskan:
عن أسامة بن زيد رضي الله عنهما قال : قلت : يا رسول الله لم أرك تصوم من شهر من الشهور ما تصوم من شعبان ؟ قال : ” ذاك شهر يغفل الناس عنه بين رجب ورمضان ، وهو شـهر تُرفع فيه الأعمال إلى رب العالمين ، وأحب أن يُرفع عملي وأنا صائم ” قال المنذري: رواه النسائي ( 1) الترغيب والترهيب للمنذري 2/ 48 .
Dalam hadits riwayat Usamah bin Zaid
bertanya kepada Rasulullah: Wahai Rasul aku tidak melihatmu puasa pada
bulan-bulan lain seperti pada Bulan Sya’ban? Rasul menjawab, “Bulan ini
adalah bulan yang dilupakan manusia, antara bulan Rajab dan Ramadhan.
Dan bulan ini saat dilaporkannya amal perbuatan (manusia) kepada Tuhan
semesta alam. Dan aku senang jika amalku dilaporkan sedangkan aku dalam
keadaan puasa”
Saya mengartikan lafadz “turfa’u” dengan
kalimat “tu’rodhu” atau bermakna ditampakkan atau ditunjukkan (kepada
Allah) saya tidak memaknainya dengan diangkat.
Sebenarnya pelaporan Amal kita ini ada
yang harian ada yang mingguan, ada pula yang tahunan. Laporan harian
dilakukan Malaikat pada siang hari da malam hari. Yang migguan dilakukan
Malaikat setiap Senin dan Kamis. Adapun yang tahunan dilakukan pada
setiap Lailatul Qadar dan Malam Nisfu Sya’ban (Hasyiyatul Jamal bab Puasa Tathawwu’)
3. BULAN PENENTUAN UMUR DAN RIZQIعن عائشة رضي الله عنها قالت: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يصوم شعبان كله حتى يصله برمضان ولم يكن يصوم شهرا تاما إلا شعبان، فقلت يا رسول الله: إن شعبان لمن أحب الشهور إليك أن تصومه ؟ فقال: نعم يا عائشة إنه ليس نفس تموت في سنة إلا كتب أجلها في شعبان، فأحب أن يكتب أجلي وأنا في عبادة ربي وعمل صالح
Diriwayatkan dari sayyidah Aisyah ra,
bahwasannya Rasulullah puasa di bulan Sya’a seluruhnya sampai bertemu
dengan Ramadhan. Dan tidaklah Nabi puasa sebulan penuh (selain Ramadhan)
kecuali Sya’ban. Sayyidah Aisyah berkata, “Wahai Rasulullah, apakah
bulan Sya’ban adalah bulan yang paling engkau sukai untuk berpuasa?”
Rasulullah saw menjawab: “Benar wahai Aisyah, tidak ada satupun jiwa
yang akan mati pada satu tahun ke depan kecuali ditentukan umurnya pada
bulan Sya’ban. Dan senang seandainya ketika umurku ditulis aku dalam
keadaan beribadah dan beramal shaleh kepada Tuhanku”
عثمان بن محمد بن المغيرة بن الأخنس قال: إن رسول الله صلى الله عليه وسلّم قال: «تقطع الآجال من شعبان إلى شعبان حتى إن الرجل لينكح ويولد له وقد أخرج اسمه في الموتى» فهو حديث مرسل
Utsman bin Mugirah bin al-Akhnas,
berkata bahwasannya Rasulullah saw bersabda: “Ajal seseorang ditentukan
dari bulan Sya’ban ke bulan Sya’ban berikutnya, sehingga ada seseorang
bisa menikah dan melahirkan, padahal namanya sudah tercantum dalam
daftar orang-orang yang mati”. Hadits ini adalah hadits mursal (Tafsir
Ibnu Katsir).
قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: «يَسِحُّ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ الْخَيْرَ فِي أَرْبَعِ لَيَالٍ سَحًّا: لَيْلَةَ الأَضْحَى وَالْفِطْرِ، وَلَيْلَةَ النصْفِ مِنْ شَعْبَانَ يُنْسَخُ فِيهَا الآْجَالُ وَالأَرْزَاقُ وَيُكْتَبُ فِيهَا الْحَجُّ، وَفِي لَيْلَةِ عَرَفَةَ إِلٰى الأَذَانِ» . (الدَّيلمي عن عائشة رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا
Rasulullah saw bersabda: Allah SWT
membuka kebaikan dalam empat malam, 1) malam Idul Adha dan Idul Fitri,
2) Malam nisfu Sya’ban, di mana ditulis ajal dan rizqi serta ditulis
juga di malam tersebut haji, 4) malam Arafah sampai adzan
4. MALAM PENUH AMPUNAN DAN RAHMATعن علي بن إبي طالب عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (إذا كان ليلة نصف شعبان فقوموا ليلها، وصوموا نهارها، فإن الله تعالى ينزل فيها لغروب الشمس إلى سماء الدنيا، فيقول: ألا مستغفر فأغفرله, ألا مسترزق فأرزقه، ألا مبتلى فأعافيه، ألا كذا ألا كذا، حتى يطلع الفجر) رواه ابن ماجه
Dari Ali bin Abi Thalib, Rasulullah
saw bersabda: “Apabila dating malam Nishfu Sya’ban, maka shalatlah pada
malam harinya dan berpuasalah pada siang harinya, karena sesungguhnya
Allah akan turun ke dunia pada malam tersebut sejak matahari terbenam
dan berfirman: “Adakah orang yang meminta maaf kepadaku, maka akan Aku
ampuni. Adakah yang meminta rizqi, maka Aku akan melimpahkan rizqi
kepadanya. Adakah orang yang sakit, maka akan Aku sembuhkan”. Dan
hal-hal yang lain sampai terbitnya fajar”. (HR. Ibnu Majah).
عن عائشة قالت: فقدت النبي صلى الله عليه وسلم فخرجت فإذا هو بالبقيع رافع رأسه إلى السماء, فقال: (أكنت تخافين إن يحيف الله عليك ورسوله؟) فقلت: يا رسول الله، ظننت أنك أتيت بعض نسائك. فقال: (إن الله تبارك وتعالى ينزل ليلة النصف من شعبان إلى سماء الدنيا فيغفر لأكثر من عدد شعر غنم كلب) رواه أحمد والترمذى وابن ماجه
Siti Aisyah berkata: “Suatu malam
saya kehilangan Rasulullah saw, lalu aku mencarinya. Ternyata beliau
sedang berada di Baqi’ sambil menengadahkan wajahnya ke langit. Beliau
bersabda: “Apakah kamu (Aisyah) khawatir Allah akan menyia-nyiakan kamu
dan RasulNya?” Aku menjawab: “Wahai Rasulullah, saya pikir engkau sedang
mendatangi sebagian isteri-isterimu”. Rasulullah saw menjawab :
“Sesungguhnya Allah turun ke dunia pada malam Nishfu Sya’ban dan
mengampuni ummatku lebih banyak dari jumlah bulu dombanya bani kalb” (HR. Ahmad, Ibn Majah dan Turmidzi).
عن أبي موسى عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (إن الله ليطلع ليلة النصف من شعبان فيغفر لجميع خلقه، إلا لمشرك أو مشاحن) [رواه ابن ماجه
Dari Abu Musa, Rasulullah saw
bersabda: “Sesungguhnya Allah muncul (ke dunia) pada malam Nishfu
Sya’ban dan mengampuni seluruh makhlukNya, kecuali orang musyrik dan
orang yang saling dengki” (HR. Ibn Majah)
5. BULAN ISTIJABAHعن النبي صلى الله عليه وسلم قال: إذا كان ليلة النصف من شعبان نادى مناد: هل من مستغفر فأغفر له؟ هل من سائل فأعطيه؟ فلا يسأل أحد شيئا إلا أعطي إلا زانية بفرجها أو مشركا
Rasulullah saw bersabda: “Apabila
datang malam Nishfu Sya’ban, berseru dzat yang berseru (Allah): “Apakah
ada orang yang memohon ampun maka Aku akan mengampuninya? Apakah ada
yang meminta maka Aku akan memberinya? Tidak ada seseorang pun yang
meminta sesuatu kecuali Aku akan memberinya, kecuali wanita pezina atau
orang musyrik” (HR. Baihaki)
عن ابن عمر بن الخطاب ، قال: خمس ليال لا يرد فيهن الدعاء ليلة الجمعة، وأول ليلة من رجب، وليلة النصف من شعبان، وليلتا العيد
Dari Ibnu Umar ra berkata, “Terdapat
lima malam di mana doa tidak ditolak: 1) Malam Jum’at, 2) malam awal
bulan Rajab, 3) malam Nishfu Sya’ban, 4) Malam Idul Fitri, 5) mala idul
Adha”. (HR: Baihaqi)
قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: «شَعْبَانُ شَهْرِي وَرَمَضَانُ شَهْرُ اللَّهِ، وَشَعْبَانُ الْمُطَّهرُ، وَرَمَضَانُ الْمُكَفرُ» الدَّيلمي عن عائشةَ رضيَ اللَّهُ عنهَا
Rasulullah saw bersabda,” Bulan
Sya’ban adalah bulanku, dan bulan Ramadhan adalah bulan Allah. Bulan
Sya’ban mensucikan, sedang bulan Ramadhan melebur dosa” hadits ini
diriwayatkan ad-Daylami dari Sayyidah Aisyah
Ibnu Shoif al-Yamani menyebutkan
bahwasannya Bulan Sya’ban disebut bulannya Rasulullah karena pada bulan
tersebut turun ayat perintah membaca shalawat kepada Rasulullah saw.
Yakni termaktub pada surat al-Ahzab ayat 56.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Artinya: “Sesungguhnya Allah dan
malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang
beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam
penghormatan kepadanya” (QS. Al-Ahzab ayat 56).
7. BULAN AL-QUR’AN
Terdapat atsar yang menyebutkan penamaan
bulan Sya’ban dengan sebutan sebagai bulan Al-Qur’an. Sebagaimana
diketahui bahwa membaca alqur’an dianjurkan pada setiap waktu. Akan
tetapi anjuran ini dimua’akkadkan pada waktu-waktu yang berbarokah dan
pada tempat-tempat yang mulia semisal Ramadhan dan Sya’ban, serta Makkah
Mukarromah dan Raudhoh yang mulia dan pada masa-masa yang diutamakan.
Amalan di Malam Nishfu Sya’ban
mengenai doa dimalam nisfu sya’ban adalah sunnah Rasul saw, sebagaimana hadits2 berikut :
Sabda Rasulullah saw : “Allah mengawasi dan memandang hamba hamba Nya di malam nisfu sya’ban, lalu mengampuni dosa dosa mereka semuanya kecuali musyrik dan orang yg pemarah pada sesama muslimin” (Shahih Ibn Hibban hadits no.5755)
Sabda Rasulullah saw : “Allah mengawasi dan memandang hamba hamba Nya di malam nisfu sya’ban, lalu mengampuni dosa dosa mereka semuanya kecuali musyrik dan orang yg pemarah pada sesama muslimin” (Shahih Ibn Hibban hadits no.5755)
berkata Aisyah ra : disuatu malam aku
kehilangan Rasul saw, dan kutemukan beliau saw sedang di pekuburan
Baqi’, beliau mengangkat kepalanya kearah langit, seraya bersabda : “Sungguh
Allah turun ke langit bumi di malam nisfu sya’ban dan mengampuni dosa
dosa hamba Nya sebanyak lebih dari jumlah bulu anjing dan domba” (Musnad Imam Ahmad hadits no.24825)
berkata Imam Syafii rahimahullah : “Doa
mustajab adalah pada 5 malam, yaitu malam jumat, malam idul Adha, malam
Idul Fitri, malam pertama bulan rajab, dan malam nisfu sya’ban” (Sunan Al Kubra Imam Baihaqiy juz 3 hal 319).
dengan fatwa ini maka kita memperbanyak
doa di malam itu, jelas pula bahwa doa tak bisa dilarang kapanpun dan
dimanapun, bila mereka melarang doa maka hendaknya mereka menunjukkan
dalilnya?,
bila mereka meminta riwayat cara berdoa,
maka alangkah bodohnya mereka tak memahami caranya doa, karena caranya
adalah meminta kepada Allah,
pelarangan akan hal ini merupakan perbuatan mungkar dan sesat, sebagaimana sabda Rasulullah saw : “sungguh
sebesar besarnya dosa muslimin dg muslim lainnya adalah pertanyaan yg
membuat hal yg halal dilakukan menjadi haram, karena sebab pertanyaannya” (Shahih Muslim)
disunnahkan malam itu untuk memperbanyak
ibadah dan doa, sebagaimana di Tarim para Guru Guru mulia kita
mengajarkan murid muridnya untuk tidak tidur dimalam itu, memperbanyak
Alqur’an doa, dll
سيدي عبد القادر الجيلاني يقول: ليلة
النصف من شعبان هي أفضل الليالي بعد ليلة القدر. اهـــ (كلام الحبيب علوي
بن شهاب: 2\390) الفوائد المختارة: 446
كان سيدنا علي بن أبي طالب كرم الله وجهه يفرّغ نفسه للعبادة في أربع ليال من السنة, وهي: أول ليلة من رجب, وليلتا العيدين, وليلة النصف من شعبان. اهــــ (المنهج السوي: 502) ومثله في (تذكير الناس: 185) الفوائد المختارة: 446
AMALAN MALAM NISFU SYA’BAN
Di atas sudah dijelaskan keutamaan dan
keagungan malam nisfu Sya’ban. Malam Nisfu Sya’ban adalah malam yang
mulya dan penuh barakah. Menghidupkannya malam Nisfu Sya’ban hukumnya
mustahab sebagaimana keterangan dari hadits-hadits di atas. Cara
menghidupkannya bermacam-macam. Antara lain dengan shalat tanpa ada
ketentuan jumlahnya. Juga dengan membaca al-Qur’an dan dzikir serta
berdoa kepada Allah. Termasuk di antaranya mentelaah ilmu-ilmu syariat
dan amalan-amalan sholeh yang lain.
1. Shalat
Imam al-Ghazali meriwayatkan sebuah
hadits tentang shalat Nisfu Sya’ban. Dalam hadits tersebut dijelaskan
bhawa shalat Nisfu Sya’ban itu adalah shalat 100 rakaat dengan salam
setiap dua rakaatnya. Dalam setiap rakaat setelah baca Fatihah, baca
surat al-Ikhlash 11 kali. Bisa juga dilaksanakan 10 rakaat dengan sekali
salam setiap dua rakaat, dan setelah fatihah baca surat al-Ikhlash 100
kali. Ulama menamakan shalat ini dengan sebutan shalat raghaib.
Hadits yang diriwayatkan oleh al-Ghazali
ini dan juga hadits-hadits lain mengenai shalat Nisfu Sya’ban ini oleh
Imam Ibnu Abdis Salam dinyatakan maudhu’. Pendapat ini diikuti oleh Imam
Nawawi sebagaimana termaktub dalam kitam Majmu Syarh Muhaddzab. Banyak
fuqaha’ yang menukil pendapat Imam Nawawi tersebut. Termasuk di antara
Ulama yang mengikuti pendapat Imam Nawawi yang memaudhu’kan hadits ini
adalah as-Sayyid Dr. Muhammad Alawi al-Maliki sebagaimana yang beliau
tulis dalam kitab beliau berjudul “Ma dza fi Sya’ban”
Sebagian ulama menyatakan bahwa shalat
raghaib ini hukumnya mustahab. Pendapat ini didasarkan dari penilaian
mereka mengenai hadits malam nisfu sya’ban yang memiliki banyak jalur
sanad sehingga kedhaifannya mencapai kadar yang boleh diamalkan terkait
dengan fadhailul a’mal. (I’anatut Thalibin)
Bagi kita boleh mengamalkan shalat Nisfu
Sya’ban ini lepas dari perselisihan tentang kemaudhu’an haditsnya,
dengan landasan bahwa hukumnya sunnah menghidupkan malam Nisfu Sya’ban
dengan shalat. Adapun kita melaksanakan shalat 100 rakaat dengan bacaan
al-Ikhlash 11 kali atau shalat 10 rakaat dengan surat al-Ikhlash 100
kali, itu hanya karena kita itba’ kepada Imam al-Ghazali yang
menghidupkan malam Nisfu Sya’ban dengan cara shalat yang sedemikian.
Yang tidak boleh bagi kita (bila mengikuti pendapat Imam yang menyatakan
hadits itu maudhu) hanyalah jika beranggapan bahwa kaifiyah shalat yang
semacam itu terdapat dalam hadits.
(مسألة): صلاة الرغائب من البدع المنكرة كما ذكره ابن عبد السلام وتبعه النووي في إنكارها، وهي جائزة بمعنى لا إثم على فاعلها، والجماعة فيها جائزة أيضاً، نعم لو صلاها معتقداً صحة أحاديثها الموضوعة أثم. (بغية المسترشدين)
Diantara kebiasaan kaum muslimin pada
malam Nisfu Sya’ban adalah melakukan salat pada tengah malam dan datang
ke pekuburan untuk memintakan maghfirah bagi para leluhur yang telah
meninggal dunia. Kebiasaan seperti ini adalah berdasar dari amal
perbuatan atau sunnah Nabi Muhammad saw. Antara lain ada hadist yang
diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dalam Musnadnya dari Sayidah Aisyah RA,
yang artinya kurang lebih sebagai berikut:
“Pada suatu malam Rasulullah saw
berdiri melakukan salat dan beliau memperlama sujudnya, sehingga aku
mengira bahwa beliau telah meninggal dunia. Tatkala aku melihat hal yang
demikian itu, maka aku berdiri lalu aku gerakkan ibu jari beliau dan
ibu jari itu bergerak lalu aku kembali ke tempatku dan aku mendengar
beliau mengucapkan dalam sujudnya: “Aku berlindung dengan maaf-Mu dari
siksa-Mu; aku berlindung dengan kerelaan-Mu dari murka-Mu; dan aku
berlindung dengan Engkau dari Engkau. Aku tidak dapat menghitung
sanjungan atas-Mu sebagaimana Engkau menyanjung atas diri-Mu.” Setelah
selesai dari salat beliau bersabda kepada Aisyah, “Ini adalah malam
Nisfu Sya’ban. Sesungguhnya Allah ‘azza wajalla berkenan melihat kepada
para hamba-Nya pada malam Nisfu Sya’ban, kemudian mengampunkan bagi
orang-orang yang meminta ampun, memberi rahmat kepada orang-orang yang
memohon rahmat, dan mengakhiri ahli dendam seperti keadaan mereka.”
Nabi Muhammad saw pada malam Nisfu
Sya’ban berdoa untuk para umatnya, baik yang masih hidup maupun mati.
Dalam hal ini Sayidah Aisyah RA meriwayatkan hadits:
نَّهُ خَرَجَ فِى هَذِهِ اللَّيْلَةِ إلَى الْبَقِيعِ فَوَجَدْتُهُ يَسْتَغْفِرُ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ وَالشُّهَدَاءِ.
“Sesungguhnya Nabi Muhammad saw telah
keluar pada malam ini (malam Nisfu Sya’ban) ke pekuburan Baqi’ (di kota
Madinah) kemudian aku mendapati beliau (di pekuburan tersebut) sedang
memintakan ampun bagi orang-orang mukminin dan mukminat dan para syuhada.”
Banyak hadits yang diriwayatkan oleh
Ahmad bin Hanbal, at-Tirmidzi, at-Tabrani, Ibn Hibban, Ibn Majah,
Baihaqi, dan an-Nasa’i bahwa Rasulullah saw menghormati malam Nisfu
Sya’ban dan memuliakannya dengan memperbanyak salat, doa, dan istighfar.
2. Membaca Surat Yasin
ما يفعله عامة الناس من قراءة سورة يس ثلاث مرات : مرة بنية طول العمر مع التوفيق للطاعة ، الثانية بنية العصمة من الآفات والعاهات ونية سعة الرزق ، الثالثة لغنى القلب وحسن الخاتمة ، والصلاة التي يصلّونـها بين الدعاء ، والصلاة بنية خاصة لقضاء حاجة معينة ، كل ذلك باطل لا أصل له ولا تصح الصلاة إلا بنية خالصـة لله تعالى لا لأجل غرض من الأغراض ،
قال تعالى : ﴿ وما أمروا إلا ليعبدوا الله مخلصين له الدين ﴾ (1) سورة البينة ، آية 5
هذا كلام المنكرين .
أقول : إن هذه الدعوى هي بنفسها باطلة لأنـها مبنية على قول لا دليل عليه ، وفيه تحكم وتحجير لفضل الله ورحمته . والحق أنه لا مانع أبداً من استعمال القرآن والأذكار والأدعية للأغراض الدنيوية والمطالب الشخصية والحاجات والغايات والمقاصد بعد إخلاص النية لله في ذلك ، فالشرط هو إخلاص النية في العمل لله تعالى . وهذا مطلوب في كل شئ من صلاة وزكاة وحج وجهاد ودعاء وقراءة قرآن ، فلا بد في صحة العمل من إخلاص النية لله تعالى ، وهو مطلوب لا خلاف فيه بل إن العمل إذا لم يكن خالصاً لله تعالى فإنه مردود ، ، قال تعالى : ﴿ وما أمروا إلا ليعبدوا الله مخلصين له الدين ﴾ ، لكن لا مانع من أن يضيف الإنسان إلى عمله مع إخلاصه مطالبه و حاجاته الدينية والدنيوية ، الحسية والمعنوية ، الظاهرة والباطنة . ومن قرأ سورة يس أو غيرها من القرآن لله تعالى طالباً البركة في العمر والبركة في المال والبركة في الصحة فإنه لا حرج عليه . وقد سلك سبيل الخير بشرط أن لا يعتقد مشروعية ذلك بخصوصه ) فليقرأ يس ثلاثاً أو ثلاثين مرة أو ثلاثمائة مرة ، بل ليقرأ القرآن كله لله تعالى خالصاً له مع طلب قضاء حوائجه وتحقيق مطالبه وتفريج همه وكشف كربه وشفاء مرضه وقضاء دينه
Di antara cara kita menghidupkan malam
Nisfu Sya’ban sebagaimana dilakukan para salafus sholeh ialah dengan
membaca Surat Yasin tiga kali dengan cara sbb:
Setiap selesai baca yasin diikuti shalat
dua rakaat dengan niat semoga hajatnya terkabul lalu diikuti doa khusus
sebagaimana dilakukan oleh salafus sholeh.
1. NIAT YANG PERTAMA : BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIIM
Ya Allah Ya Tuhanku ampunilah segala
Dosaku dan Dosa ibu bapaku dan Dosa keluargaku dan dosa jiranku dan Dosa
muslimin dan muslimat, dan panjangkanlah umurku di dalam tha’at ibadat
kepada engkau dan kuatkanlah imanku dengan berkat surat Yasiin.
2. NIAT YANG KE DUA : BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIIM
Ya ALLAH YA TUHANKU ampunilah segala
dosaku dan dosa ibu bapaku dan dosa keluargaku dan dosa jiranku dan dosa
muslimin dan muslimat, dan peliharakanlah diriku dari segala kebinasaan
dan penyakit, dan kabullanlah hajatku dengan berkat surat Yasiin.
3.NIAT YANG KETIGA : BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIIM
YA ALLAH YA TUHANKU ampunilah segala
dosaku dan dosa ibu bapaku dan dosa keluargaku dan dosa jiranku dan dosa
muslimin dan muslimat, dan kayakanlah hatiku dari segala makhluk dan
berilah aku dan kelurgaku dan jiranku HUSNUL KHATIMAH dengan berkat
surat Yasiin.
Sebagian dari orang-orang yang mengaku
ahli ilmu telah menganggap ingkar perbuatan tersebut, menuduh
orang-orang yang melakukannya telah berbuat bid’ah dan melakukan
penyimpangan terhadap agama karena doa dianggap ada kesalahan ilmiyah
yaitu meminta penghapusan dan penetapan dari Ummul Kitab. Padahal kedua
hal tersebut tidak ada tempat bagi penggantian dan perubahan.
Tanggapan mereka ini kurang tepat, sebab
dalam syarah kitab hadist Arbain Nawawi diterangkan bahwa takdir Allah
swt itu ada empat macam:
1. Takdir yang ada di ilmu Allah. Takdir ini tidak mungkin dapat berubah, sebagaimana Nabi Muhammad saw bersabda:
لاَيَهْلِكُ اللهُ إلاَّ هَالِكًا
“Tiada Allah mencelakakan kecuali
orang celaka, yaitu orang yang telah ditetapkan dalam ilmu Allah Taala
bahwa dia adalah orang celaka.”
2. Takdir yang ada dalam Lauhul Mahfudh. Takdir ini mungkin dapat berubah, sebagaimana firman Allah dalam surat ar-Ra’du ayat 39 yang berbunyi:
يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الكِتَابِ.
“Allah menghapuskan apa yang Dia
kehendaki dan menetapkan apa yang dikehendaki, dan di sisi-Nyalah
terdapat Ummul Kitab (Lauhul Mahfudz).”
Dan telah diriwayatkan dari Ibnu Umar, bahwa beliau mengucapkan dalam doanya yaitu “Ya
Allah jika engkau telah menetapkan aku sebagai orang yang celaka maka
hapuslah kecelakaanku, dan tulislah aku sebagai orang yang bahagia“.
3. Takdir dalam kandungan, yaitu malaikat
diperintahkan untuk mencatat rizki, umur, pekerjaan, kecelakaan, dan
kebahagiaan dari bayi yang ada dalam kandungan tersebut.
4. Takdir yang berupa penggiringan hal-hal yang telah ditetapkan kepada waktu-waktu yang telah ditentukan.
Takdir ini juga dapat diubah sebagaimana hadits yang menyatakan:
“Sesungguhnya sedekah dan silaturrahim dapat menolak kematian yang jelek
dan mengubah menjadi bahagia.” Dalam salah satu hadits Nabi Muhammad
saw pernah bersabda,
إنَّ الدُّعَاءَ وَالبَلاَءَ بَيْنَ السَّمَاءِ والاَرْضِ يَقْتَتِلاَنِ وَيَدْفَعُ الدُّعَاءُ البَلاَءَ قَبْلَ أنْ يَنْزِلَ.
“Sesungguhnya doa dan bencana itu
diantara langit dan bumi, keduanya berperang; dan doa dapat menolak
bencana, sebelum bencana tersebut turun.”
Adapun doa yang dibaca setiap usai shalat setelah membaca surat yasin ialah:بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ وصَلَّى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصـحبه وسـلَّـم اَللَّهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلاَ يُمَنُّ عَلَيْك يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلاِكْرَامِ يَا ذَا الطَوْلِ وَاْلاِنْعَامِ، لا إلهَ الاَّ اَنْتَ ظَهَرَ اْللاَّجِئِيْنَ وَجَارَ الْمُسْتَجِريْنَ وَمَأمَنَ الْخَائِفِيْنَ. اَللَّهُمَّ اِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِي عِنْدَكَ شَقِيًّا أَوْ مَحْرُوْمَا أَوْ مَطْرُوْدًا أَوْ مُقْتَرًا عَلَيَّ فِي الرِّزْقِ فَامْحُ الَّلهُمَّ بِفَضْلِكَ شَقَاوَتِيْ وَحِرْمَانِي وَطَرْدِيْ وَاِقْتَارَ رِزْقِيْ وَاثْبُتْنِيْ عِنْدَكَ في أم الكتاب سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا موفقا لِلْخَيْرَاتِ، فَانَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ فِي كِتَابِكَ اْلـمُنْزَلِ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ اْلـمُرْسَلُ: (يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ) اِلَهِي بِالتَّجَلِّى اْلاَعْظَمِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَهْرِ شَعْباَنِ اْلـمُكَرَّمِ الَّتِى يُفْرَقُ فِيْهَا كُلُّ أَمْرٍ حَكِيْمٍ وَيُبْرَمُ، أَسْأَلُكَ يَا أَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ أسألك أَنْ تَكْشِفَ عَنَّا مِنَ الْبَلاَءِ مَا نَعْلَمُ وَمَا لاَ نَعْلَمُ وَمَا اَنْتَ بِهِ أَعْلَمُ، اِنَّكَ أَنْتَ اْلأَعَزُّ اْلاَكْرَمُ وَصَلَّى اللهُ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Ya Allah Yang Maha Pemurah, semoga
Allah senantiasa memberi rahmat dan keselamatan kepada gusti kita
Muhammad dan keluarganya dan sahabatnya. Duhai dzat yang
meiliki anugerah dan tidak diberi anugerah kepadamu. Ya Allah yang maha
Agung lagi maha Mulia. Duhai dzat yang memberi anugerah dan kenikmatan.Tiada
Tuhan selain Engkau. Engkau yang membantu para pengungsi dan yang minta
pertolongan serta tempat aman bagi orang yang ketakutan. Duhai
Tuhan-ku, jika telah termaktub bahwa aku bagian orang yang celaka,
terhalang atau tertolak dari rahmat-Mu atau sempit dalam rizkiku, maka
hapuskanlah dengan fadholmu, nasib burukku, terhalangku (dari rahmatmu)
dan kekurangan rizkiku. Ya Allah, mohon aku dicantumkan dalam
kitab-Mu sebagai orang yang berbahagia yang diberikan diberi rizki dan
diberi pertolongan dalam kebaikan. Sesungguhnya Engkau
berfirman dan firmanmu selalu benar, dalam kitabmu yang diturunkan atas
lisan Nabimu yang terutus : yang artinya Allah dapat menghapus yang
dikehendaki dan menetapkan yang dikehendaki, dan Allah memiliki ummul
kitab. Ya tuhanku, dengan tampaknya keagungan pada malam nisfu
Sya’ban yang mulia ini, di mana Engkau memutuskan dan menetapkan nasib.
Kami memohon kepadaMu duhai dzat yang maha Pengasih dari yang pengasih.
Kami memohon kepadamu agar menjauhkan dari kami dari segala bencana yang
kami ketahui dan yang tidak kami ketahui dan Engkau yang mengetahui
segalanya. Ya Allah sesungguhnya Engkau yang maha mulia,
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad
dan keluarganya. Amin!
Diriwayatkan bahwa barang siapa yang berdoa semacam ini maka akan dilapangkan kehidupannya.
3. DOA NISFU SYA’BAN
اَللَّهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَ لا يَمُنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا اْلجَلاَلِ وَ اْلاِكْرَامِ ياَ ذَا الطَّوْلِ وَ اْلاِنْعَامِ لاَ اِلهَ اِلاَّ اَنْتَ ظَهْرَ اللاَّجِيْنَ وَجَارَ الْمُسْتَجِيْرِيْنَ وَ اَمَانَ اْلخَائِفِيْنَ . اَللَّهُمَّ اِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِى عِنْدَكَ فِيْ اُمِّ اْلكِتَابِ شَقِيًّا اَوْ مَحْرُوْمًا اَوْ مَطْرُوْدًا اَوْ مُقْتَرًّا عَلَىَّ فِى الرِّزْقِ فَامْحُ اللَّهُمَّ بِفَضْلِكَ فِيْ اُمِّ اْلكِتَابِ شَقَاوَتِي وَ حِرْمَانِي وَ طَرْدِي وَ اِقْتَارَ رِزْقِي وَ اَثْبِتْنِىْ عِنْدَكَ فِي اُمِّ اْلكِتَابِ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَ قَوْلُكَ اْلحَقُّ فِى كِتَابِكَ الْمُنْزَلِ عَلَى نَبِيِّكَ الْمُرْسَلِ يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَ يُثْبِتُ وَ عِنْدَهُ اُمُّ اْلكِتَابِ. اِلهِيْ بِالتَّجَلِّى اْلاَعْظَمِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَهْرِ شَعْبَانَ الْمُكَرَّمِ الَّتِيْ يُفْرَقُ فِيْهَا كُلُّ اَمْرٍ حَكِيْمٍ وَ يُبْرَمُ اِصْرِفْ عَنِّيْ مِنَ اْلبَلاَءِ مَا اَعْلَمُ وَ مَا لا اَعْلَمُ وَاَنْتَ عَلاَّمُ اْلغُيُوْبِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلَّمَ . اَمِيْنَ
Ya Allah, Dzat Pemilik anugrah, bukan
penerima anugrah. Wahai Dzat yang memiliki keagungan dan kemuliaan.
Wahai dzat yang memiliki kekuasaan dan kenikmatan. Tiada Tuhan selain
Engkau: Engkaulah penolong para pengungsi, pelindung para pencari
perlindungan, pemberi keamanan bagi yang ketakutan. Ya Allah, jika
Engkau telah menulis aku di sisiMu di dalam Ummul Kitab sebagai orang
yang celaka atau terhalang atau tertolak atau sempit rezeki, maka
hapuskanlah, wahai Allah, dengan anugrahMu, dari Ummul Kitab akan
celakaku, terhalangku, tertolakku dan kesempitanku dalam rezeki, dan
tetapkanlah aku di sisimu, dalam Ummul Kitab, sebagai orang yang
beruntung, luas rezeki dan memperoleh taufik dalam melakukan kebajikan.
Sunguh Engkau telah berfirman dan firman-Mu pasti benar, di dalam Kitab
Suci-Mu yang telah Engkau turunkan dengan lisan nabi-Mu yang terutus:
“Allah menghapus apa yang dikehendaki dan menetapkan apa yang
dikehendakiNya dan di sisi Allah terdapat Ummul Kitab.” Wahai Tuhanku,
demi keagungan yang tampak di malam pertengahan bulan Sya’ban nan mulia,
saat dipisahkan (dijelaskan, dirinci) segala urusan yang ditetapkan dan
yang dihapuskan, hapuskanlah dariku bencana, baik yang kuketahui maupun
yang tidak kuketahui. Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu
yang tersembunyi, demi RahmatMu wahai Tuhan Yang Maha Mengasihi. Semoga
Allah melimpahkan solawat dan salam kepada junjungan kami Muhammad SAW
beserta keluarga dan para sahabat beliau. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar