Rabu, 19 Februari 2014

DELAPAN SEMBILAN SEPULUH

                                                              DELAPAN TELADAN

قَالَ إِبْرَاهِيْمُ بْنُ بَشَارٍ : مَارَأَيْتُ فِي جَمِيْعِ مَنْ لَقِيْتــــُهُ مِنَ الْعُبَّادِ وَالْعُلَمَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَالزُّهَّادِ أَحَدًايُبْغِضُ الدُّنــْيَا وَلاَيــَنْظُرُ إِلَيْهَا مِثــْلَ إِبْرَاهِيْمَ بْنِ أَدْهَمَ. وَرُبَّمَا َمرَرْنــَا عَلَي قَوْمٍ قَدْ أَقَامُوْا حَائِطًا أَوْ دَارًا أَوْ حَانــُوْتــًا فَيُحَوِّلُ وَجْهَهُ وَلاَيــَمْلَأُ عَيْنَيْهِ مِنَ النَّظَرِ إِلَيْهِ. فَعَاتَبْتــُهُ عَلَي ذَلِكَ. فَقَالَ : يَا بَشَارٌ اِقْرَأْ مَاقَالَ اللهُ تَعَالَي : (لِيَبْلُوَكُمْ أَيـــُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً) وَلَمْ يَقُلْ أَيــُّكُمْ أَحْسَنُ عِمَارَةً لِلدُّنــْيَا وَأَكْثـــَرَ حُبًّا وَذَخَرًا وَجَمَالاً, ثـــُمَّ بَكيَ.

وَقَالَ صَدَقَ اللهُ عَزَّ اسْمُهُ فِيْمَا يَقُوْلُ (وَمَاخَلَقْتُ اْلجِنَّ وَاْلإِنــْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ) وَلمَ يَقُلْ إِلاَّ لِيَعْمُرُوْا الدُّنــْيَا وَيَجْمَعُوْا اْلأَمْوَالَ وَيبْنُوْا الدُوَرَ وَيُشَيِّدُوْا القُصُوْرَ وَيَتـــَلَذَّذُوْا وَيَتــَفَكَّهُوْا وَجَعَلَ يَوْمَهُ كُلَّهُ يُرَدِّدُ ذَلِكَ وَيَقُوْلُ (فَبِهُدَاهُمُ اقْتـــَدِهِ).
1. Berkata Ibrahim Bin Basyar, “Tidak pernah aku melihat dari sekian banyak orang yang pernah aku temui dari orang-orang ahli ibadah, ulama’, orang-orang sholeh dan orang-orang zuhud seorangpun yang membenci dunia dan tidak memandang kepada dunia seperti Ibrahim Bin Adham, ketika kita lewat pada kaum yang sedang mendirikan dinding atau rumah, maka ia palingkan wajahnya dan tidak memenuhi pandangan kedua matanya. Maka aku cela dia tentang sikapnya itu, maka ia berkata, “Hai Basyar, bacalah apa yang difirmankan oleh Allah subhanahu wata’ala (Supaya Allah menguji kamu, siapakah diantara kamu yang paling baik amalnya) Allah tidak berfirman, “Manakah diantara kalian yang paling bagus meramaikan dunia dan paling banyak cintanya, simpanannya dan keindahannya.” Kemudian ia menangis dan berkata, “Maha benar Allah yang Maha Mulia Nama-nya didalam firman-Nya (Tidaklah aku jadikan jin dan manusia kecuali untuk ibadah kepada-Ku). Allah tidak berfirman, “untuk meramaikan dunia, mengumpulkan harta, membangun rumah, mengokohkan gedung, berenak-enak dan riang banyak tertawa serta lucu jenaka.” Ia jadika hari-harinya mengulang-ulang itu, dan ia membaca ayat (Maka dengan petunjuk para Rasul maka ikutilah petunjuk itu).


كَتـــَبَ الْمَنْصُوْرُ إِلَي جَعْْفَرَ الصَّادِقِ يَقُوْلُ لَهُ : أَلاَ تَزُوْرُنَا كَمَا يَزُوْرُنَا النَّاسُ؟ فَأَجَابَهُ  لَيْسَ لَنَا مِنَ الدُّنْيَا مَا نَخَافُكَ عَلَيْهِ وَلاَعِنْدَكَ مِنَ الآخِرَةِ مَانَرْجُوْ مِنْكَ وَلاَ أَنْتَ بِنِعْمَةٍ فَنُهَنِّيْكَ وَلاَفِي نَقْمَةٍ فَنُعَزِّيْكَ. فَكَتــَبَ إِلَيْهِ المَنْصُوْرُ : تُصْحِبُنَا لِتــُنْصِحَنَا. فَقَاَلَ : مَنْ يَطْلُبُ الدُّنــْيَا لاَيــَنْصَحُكَ وََمَنْ يَطْلُبُ الآخِرَةَ لاَيــُصْحِبُكَ.
2. Khalifah Al Manshur menulis surat kepada Ja’far Ash Shodiq radiyallahi anhu. Al Manshur berkata kepada Ja’far, “Mengapa kamu tidak pernah mengunjungi saya seperti orang-orang mengunjungi saya?” Maka Ja’far menjawab, “Tidak ada dunia yang aku khawatirkan hilang dari kamu dan kamu tidak memiliki akhirat yang saya harap dari kamu. Juga kamu tidak mendapat nikmat yang harus saya ucapkan ‘bahagialah kamu’, juga kamu tidak sedang ditimpa musibah yang harus saya ucapkan ‘bersabarlah kamu’.” Maka Khalifah Al Manshur menulis surat kembali kepada Ja’far, “Engkau temani saya supaya engkau menasehati saya!” Maka Ja’far menjawab, “orang yang mencari dunia tidak akan menasehati kamu, dan orang yang mencari akhirat tidak akan menemani kamu.”


كَانَ السَّلَفُ الصَّالِحُ يَسْتــَحِبُّوْنَ اْلأَنــَاةَ فِي كُلِّ شَيْئٍ إِلاَّ فِي الصَّلاَةِ فَقَدْ قِيْلَ لِلْأَحْنَفِ بْنِ قَيْسٍ أَنَّ فِيْكَ أَنَاةً شَدِيْدَةً فَقَالَ : قَدْعَرَفْتَ مِنْ نَفْسِي عَجَلَةً فِي صَلاَتِي إِذَا حَضَرَتْ  حَتَّي أُصَلِّيَهَا.
3. Para salaf yang sholeh senang pelan-pelan dalam segala hal, kecuali didalam shalat, maka dikatakan kepada Ahnaf bin Qois, “Sesungguhnya engkau sangat pelan sekali?”  Maka ia jawab, “Sungguh kamu tahu dari diriku bersegera di dalam shalatku, yaitu ketika waktu shalat tiba, segera saja aku mengerjakan shalat.”


كَانَ المُحَدِّثُ الثـــِّقَةُ بَشَرُ بْنُ الحَسَنِ يُقَالُ لَهُ (الصَّفَي) لِأَنَّهُ كَانَ يَلْزَمُ الصَّفَّ اْلأَوَّلَ فِي مَسْجِدِ الْبَصْرَةِ خمَسِيْنَ سَنَةً.
4. Seorang ahli hadits yang terpercaya bernama Basyar Bin Hasan, dia mendapat julukan (ahli Shoff) karena dia selalu berada di shoff pertama di masjid bashrah selama 50 tahun.


إِبْرَاهِيْمُ بْنُ مَيْمُوْنَ المَرُوْزِي أَحَدُ الدُعَاةِ المُحَدِّثِيْنَ الثـــِّقَاتِ مِنْ أَصْحَابِ عَطَاءَ بْنِ أَبِي رَبَّاحٍ وَكَانَتْ مِهْنَتـــُهُ الصِّيَاغَةُ وَطُرُقُ الذَّهَبِ وَاْلفِضَّةِ.  قَالُوْا : كَانَ فَقِيْهًا فَاضِلاً مِنَ اْلأَمَّارِيْنَ بِاْلمَعْرُوْفِ. وَقَالَ ابْنُ مُعِيْنٍ كَانَ إِذَا رَفَعَ الِمطْرَقَةَ فَسَمِعَ النِّدَاءَ لَمْ يَرُدَّهَا.
5. Ibrahim Bin Maimun Al Maruzi, salah seorang ahli da’wah, ahli hadits yang terpercaya darikalangan shahabat-shahabat Imam ‘Atho’ bin Abi Robah, dan ia sebagai tukang emas, kerjanya memukuli emas dan perak, banyak orang berkata, “Ia adalah orang yang faqih lagi orang utama. Termasuk orang-orang yang senang memerintah yang ma’ruf.” Berkata Imam Ibnu Mu’in, “Apabila ia sedang berkerja kemudian ia mendengar adzan, maka palu tidak jadi dipukulkan.”


قِيْلَ لِكَثِيْرِ بْنِ عُبَيْدٍ الحَمْصِي عَنْ عَدَمِ سَهْوِهِ فِي الصَّلاَةِ قَطٌّ وَقَدْ أَمَّ أَهْلَ حَمْصَ سِتـــِّيْنَ سَنَةً كَامِلَةً فَقَالَ مَادَخَلْتُ مِنْ بَابِ الْمَسْجِدِ قَطٌّ وَفِي نَفْسِي غَيْرَ اللهِ.
6. Pernah ditanyakan kepada Katsir Bin ‘Ubaid Al Homs tentang tidak pernah lupa dalam shalat sekalipun, padahal ia menjadi imam di Masjid Homs selama 60 tahun tidak pernah absen. Maka ia berkata, “Ketika aku masuk pintu mesjid, tidak ada dihatiku selain Allah subhanahu wata’ala.”
قَالَ قَاضي قُضَاةِ الشَّامِ سُلَيْمَانُ بْنُ حَمْزَةَ المَقْدِسِي وَهُوَ مِنْ ذُرِّيَّةِ ابْنُ قُدَامَةَ المَقْدِسِي صَاحِبُ كِتَابِ الْمُغْنِي. لَمْ أُصَلِّ الفَرِيْضَةَ قَطٌّ مُنْفَرِدًا إِلاَّ مَرَّتَيْنِ وَكَأَنِّي لَمْ أُصَلِّهِمَا قَطٌّ. مَعَ أَنَّهُ قَارِبُ التـــِّسْعِيْنَ.
7. Berkata hakim agung syam Sulaiman Bin Hamzah Al Maqdisi, ia termasuk keturunan Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisi pengarang kitab Al Mughni, “Saya tidak pernah shalat fardlu seorang diri sekalipun kecuali dua kali, dua kali itu seakan-akan aku belum shalat.” Padahal umurnya sudah mendekati 90 tahun.


قَالَتْ امْرَأَةُ حِسَانِ بْنِ سِنَانِ كَانَ يَجِيْئُ فَيَدْخُلُ مَعِي فِي فِرَاسِي ثُمَّ يُخَادِعُنِي كَمَا تُخَاِدعَ المَرْأَةُ صَبِيِّهَا فَإِذَا عَلِمَ أَنِّي نِمْتُ سِلَّ نَفْسَهُ فَخَرَجَ ثُمَّ يَقُوْمُ فَيُصَلِّي قَالَتْ فَقُلْتُ لَهُ ياَ أَبَا عَبْدِ اللهِ كَمْ تُعَذِّبُ نَفْسَكَ أَرْفِقْ بِنَفْسِكَ فَقَالَ أُسْكُتِي وَيْحَكِ فَيُوْشَكُ اَنْ أَرْقُدَ رُقْدَةً لاَأقَوْمُ مِنْهَا زَمَانًا.
8. Istri Hissan Bin Sinan berkata, “Suami saya datang dan masuk kamar bersama saya untuk tidur, ia memperdayaiku seperti seorang ibu yang memperdayai anaknya. Setelah ia yakin bahwa aku sudah tidur, pelan-pelan ia bangun dan keluar. Ia berdiri mengerjakan shalat. Saya (yang tadinya berpura-pura tidur) memanggilnya, “Wahai Abu Abdillah, sampai kapan kamu menyiksa diri? kasihanilah dirimu sendiri!” “Sssst… jangan bicara! Telah dekat masanya aku tidur dan tidak bangun dari tidur itu selamanya.” Jawab suami saya.”
                                                    

                                                         SEMBILAN PERBAIKAN


ذَكَرَ العُلَمَاءُ اَنَّ صَلاَحَ الْقَلْبِ :

فِي قِرَاءَةِ القُرْآن ِبِالتــَّدَبُّرِ وَالتـــَّفَكُّرِ فِيْهِ وَفِيْمَا صَحَّ عَنِ النَّبِيِّ

فِي تَقْلِيْلِ اْلأَكْلِ

قِيَامُ اللَّيْلِ وَإِحْيَاؤُهُ بِالْعِبَادَةِ

التـــَّضَرَّعُ عِنْدَ السَحُرِ

مُجَالَسَةُ الصَّالِحِيْنَ

الصُّمْتُ عَمَّا لَايَعْنِي

العُزْلَةُ عَن اَهْلِ الْجَهْلِ وَالسَّفَهِ وَعَنْ فَرَطَتْ أَعْمَارَهُمْ

تَرْكُ الخَوْضِ مَعَ النَّاسِ عَمَّا لَايَعْنِي

أَكْلُ الحَلَالِ
Ulama menyebutkan sesungguhnya perbaikan hati itu ada sembilan :

  1. Membaca al Qur’an dengan mengangan-angan dan memikirkan isinya dalam keterangan-keterangan yang shohih dari Nabi shollallahu alaihi wasallam,
  2. Menyedikitkan makan,
  3. Qiyamul lail dan menghidupkan malamnya dengan ibadah,
  4. Merendahkan diri dalam berdoa diwaktu sahur,
  5. Berteman dengan orang shaleh,
  6. Tidak bicara terhadap hal-hal yang tidak berguna,
  7. Tidak berteman dengan orang-orang bodoh dan tidak menghargai umurnya,
  8. Tidak bergabung bersama manusia terhadap hal-hal yang tidak berguna,
  9. Makan-makanan halal.

                                                               SEPULUH KRITIKAN


قَالَ إِبْرَاهِيْمُ بْنُ أَدْهَمَ حِيْنَ سَأَلُوْهُ عَنْ قَوْلِ اللهِ تَعَالَي (اُدْعُوْنِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ) وَإِنَّا نَدْعُوْهُ فَلَمْ يَسْتَجِبْ لَنَا فَقَالَ : مَاتَتْ قُلُوْبُكُمْ مِنْ عَشْرَةِ أَشْيَاءِ :

أَوَّلُهَا أَنَّكُمْ عَرَفتُمُ اللهَ وَلَمْ تَؤُدُّوْهُ حَقَّهُ

وَقَرَأْتُمْ كِتَابَ اللهِ وَلَمْ تَعْمَلُوْا ِبهِ

وَادَّعَيْتُمْ عَدَاوَةَ إِبْلِيْسَ وََوَالَيْتُمُوْهُ

وَادَّعَيْتُمْ حُبَّ الرَسُوْلِ وَتَرَكْتُمْ أَثَرَهُ وَسُنَّتَهُ

وَادَّعَيْتُمْ حُبَّ الجَنَّةِ وَلَمْ تَعْمَلُوْا لَهَا

وَادَّعَيْتُمْ  خَوْفَ النَّارِ وَلَمْ تَنْتَهُوْا عَنْ الذُّنُوْبِ

وَادَّعَيْتُمْ أَنَّ اْلَمَوْتَ حَقٌّ وَلَمْ تَسْتـــَعِدُّوْا لَهُ

وَدَفَنْتُمْ مَوْتَاكُمْ وَلَمْ تَعْتــَبِرُوْا بِهِ

وَاشْتَغَلْتُمْ بِعُيُوْبِ غَيْرِكُمِ وَتَرَكْتُمِ عُيُوْبَ أَنْفُسِكُمِ

وَتَأْكُلُوْنَ رِزْقَ اللهِ وَلاَتَشْكُرُوْنَهُ
Ibrahim Bin Adham menjawab pertanyaan ketika ditanya tentang firman Allah subhanahu wata’ala (Berdoalah kamu kepada-Ku, akan Aku kabulkan permintaanmu itu). Kita sudah meminta kepada Allah I, tetapi Allah tidak mengabulkan permintaan kita. Jawab Ibrahim, “Hatimu telah mati dari sepuluh perkara :

  1. Kamu sekalian mengenal Allah, tapi kalian tidak mau menunaikan hak-Nya,
  2. Kamu sekalian membaca kitab Allah, tapi kamu tidak mengamalkannya,
  3. Kamu sekalian mengatakan bermusuhan dengan iblis, tapi kamu masih tetap setia kepadanya,
  4. Kamu sekalian menyatakan mencintai Rasulullah r, tapi kamu tinggalkan sunnah-sunnahnya,
  5. Kamu sekalian menyatakan mencintai surga, tapi kamu tidak beramal untuknya,
  6. Kamu sekalian menyatakan takut pada neraka, tapi kamu tidak mau berhenti mengerjakan dosa,
  7. Kamu sekalian menyatakan kematian itu benar-benar terjadi, tapi kamu tidak bersiap-siap untuknya,
  8. Kamu sekalian menguburkan orang-orang mati kalian, tapi kalian tidak mengambil pelajaran dengannya,
  9. Kamu sekalian sibuk mengupas aib orang lain, tapi kamu biarkan aib dirimu sendiri,
  10. Kamu sekalian makan rizki Allah, tapi kamu tidak pernah mensyukurinya.
Dikutip dari kitab :
إرشاد العباد للاستعداد ليوم المعاد

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Qonun Asasi Nahdlatul 'Ulama

  MUQODDIMAH_QONUN_ASASI_NU (Pendahuluan Fondasi Dasar Jam'iyyah NU)   Jam'iyyah Nahdhotul 'Ulama' mempunyai garis...